Awalnya dia masih hanya mengecupnya, tetapi 'semangat' yang ada di dalam dirinya malah menuntunnya untuk tidak hanya sekadar mencium, melainkan dia harus menyesapnya seperti menyesap kandungan nikotin dalam sigaret. Mempermainkan kuncup merah muda kecil yang menggoda itu, dengan membuat lidahnya melayang-layang di sana. Menyenggol sedikit demi sedikit. Kuncup merah muda itu malah menari-nari mengikuti arah permainan lidahnya, seakan memang menikmati permainan yang sedang berlangsung kini.
"Kau .... kumohon, lepaskan aku," kata Arabella di tengah-tengah badai hasrat yang sedang membentengi jiwanya. Saat ini mulutnya sudah tidak dikurung lagi, jadi dia sudah bisa bicara dengan bebas. Tetapi tidak dengan tangan dan kakinya yang dikurung erat oleh Deon, sehingga dia tidak bisa melakukan pemberontakan yang berlebihan.
Mendengar erangan Arabella, Deon sedikit menyengit. Dia tidak bisa untuk mengabaikannya. Mata tajam Deon menatap wanita yang saat ini sudah berlinang air mata dengan pandangan rumit, yang mendorongnya untuk berkata, "Aku sangat panas. Tubuhku sangat panas. Kau juga dapat merasakannya. Tetapi jika aku menyentuhmu, malah sangat nyaman."
"Aku tidak peduli! Lepaskan aku!!" Arabella menjerit sekuatnya.
Deon yang awalnya menunjukkan sikap permohonan, kini malah bersikap agresif. Ia meneruskan permainan lidahnya di gundukan kenyal itu. Jika di awal permainan tadi dia melakukannya dengan sangat lembut, kini Deon sudah tidak sungkan lagi. Ia terus menyesap, mengisap, menarik-narik puncak kuncup kecil itu meresapnya dengan mulut. Deon bahkan menenggelamkan wajahnya di antara bukit putih kembar itu. Dia terus memberikan dorongan-dorongan 'kenikmatan' agar gadis tidak patuh ini segera takluk di bawah permainan hasratnya.
Benar saja, leguhan nakal yang tanpa sadar keluar beberapa kali dari mulut Arabella. Perlawanannya pun mengendur. Ia bahkan dengan refleks mengangkat dadanya ke atas, seakan ingin semakin merapatkan 'bukit' di dadanya ke mulut Deon.
Deon sangat puas melihat perubahan Arabella. Dia tersenyum penuh kemenangan.
Jika begini, dia tidak akan sungkan lagi. Dia melepaskan seluruh pakaian Arabella sampai wanita itu kini benar-benar tanpa busana. Di detik berikutnya, tangannya yang terbebas malah dengan santai menyelinap ke pang*al paha Arabella, masuk ke dalam dan merabanya dengan lembut dan sangat hati-hati.
Deon hanya melihatnya dan memeriksanya saja, tidak melakukan hal yang lebih, tetapi mulut nakalnya malah berbicara, "Rupanya sudah sangat basah..." Senyum nakal itu terbentuk di sudut bibir dingin Deon.
Deon turun dari tubuh Arabella. Dia tahu, wanita ini tidak akan menggila seperti tadi. Terlihat dari nafas serta wajahnya yang merona, mana mungkin lagi kepikiran untuk mengakhiri kenikmatan ini.
Deon segera berhenti di antara kedua kaki Arabella. Memandangi wanita telanjang itu sebentar dan dia pun membuka bajunya sendiri.
Seringai iblis memenuhi mulut nakalnya. Membuat siapa pun menjadi merasa merinding karena ketakut.
Di waktu yang sama, tangannya menyentuh kaki Arabella. Betisnya yang kecil dan putih tidak terlepas dari pandangannya. Deon menunduk, dan mencium betis itu. Menurutnya itu sangat seksi, karena tampilan kaki jenjang wanita itu terlihat sangat jelas.
Benar-benar tubuh yang seksi dan porposional. Itulah penilaian Deon.
Deon sangat memanjakan Arabella. Dia sangat bersabar dan tidak buru-buru. Dia melayani Arabella hingga sampai gadis yang tidak patuh itu menjadi jinak.
Ciuman itu dari betis terus berlanjut hingga ke paha. Satu demi satu paha Arabella dihinggapi bibir tipis Deon. Lagi-lagi wanita itu merasa aneh di dalam dirinya. Di basah sana seperti ada sesuatu yang keluar, tetapi dia tidak mengerti dengan semua ini.
"Kau ... Apa yang kau lakukan?" ucap Arabella. Ia segera duduk. Tetapi saat dia belum berada dalam posisi duduk yang benar, Deon sudah menganggap pinggang rampingnya dan menidurkannya kembali.
"Kenapa sangat tidak patuh?" jelas sekali kalau dia tidak senang dengan semua ini.
"Aku .... Kumohon lepaskan aku. Kumohon, jangan lakukan ini." Kini kesadaran Arabella kembali penuh, dan air matanya pun turut mengalir begitu tahu bahwa dirinya saat ini sudah dilecehkan.
Deon mengabaikan suara itu, dia terus memberikan sengatan 'gairah' dari bibir tipisnya yang terus mencium kaki, paha Arabella sedikit demi sedikit.
Perjalanan bibir Deon sudah sampai di antara kedua pangkal paha Arabella. Tidak ragu-ragu, Deon menggunakan satu tangannya menyentuh ke dalam tetapi tidak melakukan reaksi lebih, karena berikutnya ia menurunkan kepala, menghinggapi kacang merah muda di bawah sana. Seketika itu mulutnya langsung memakannya dengan rakus. Lidahnya yang lincah mulai menjulur, menjilati dan berbenturan di sana.
Nafas hangat Deon tersembur di tempat sensitif Arabella. Membuat bibir dan seluruh tubuh Arabella gemetaran. Rangsangan ini sungguh tidak dapat tertahankan dan terelakkan, apalagi dengan perbuatan Deon yang sangat lembut, sungguh melelehkan hati Arabella.
"Ah...."" desahan itu berhasil lolos dari bibir Arabella seiring lidah Deon semakin rajin mempermainkan 'mahkota' di bawah sana, sengaja menggelitikinya dengan berbagai gaya kenikmatan.
Bagaimana pun Arabella menolak hal ini, tetapi tubuhnya malah memberikan reaksi yang sebaliknya. Ia terlena dan sebenarnya .... cukup menikmatinya.
Ini adalah kali pertama dan sensasi pertama yang ia rasakan. Jadi dia tidak banyak berpikir dan menerima semuanya. Ingin menolak pun, dia lebih-lebih tidak tahu bagaimana cara menolak hasrat yang menggelombangi dirinya.
Tanpa sadar, 10 jari Arabella turun ke kepala Deon, menjambaknya yang mana malah secara otomatis menurunkan kepala pria itu semakin dalam menuju dirinya. Kakinya pun semakin alami terbuka lebar.
Merasa Arabella sudah terbuka dan menerima dirinya, Deon pun melepaskan celananya untuk segera melepaskan keinginan hasrat yang sejak tadi menuntut. Kemudian, Deon memeluk tubuh Arabella dengan erat, bersiap menghampirinya dengan nyata.
Deon menundukkan kepala dan menggigit caping telinga mungil Arabella. Dengan suara serak, dia berkata, "Aku mau kamu, boleh?"
Arabella membuka matanya yang sejak tadi tertutup, ia menatap wajah tampan Deon dalam-dalam. Ketika ia baru akan menyuarakan penolakan, Deon sudah mendahuluinya, "Diam? Kalau begitu, aku menganggapmu sudah setuju..." Lagi-lagi pria itu memberikan seringai kejam.
Deon mengecup kening Arabella selama beberapa saat sebelum akhirnya ia menekuk kaki Arabella, memberikan tempat yang lapang untuk 'kebanggaannya' menerobos masuk. Dia sangat bersemangat sehingga ketika ingin memasukinya, malah memberikan kesan yang kasar.
Baru saja 'kebanggaan' Deon memasuki Arabella, dia dapat merasakan bahwa tubuh wanita ini bergetar. Getaran ditubuhnya bukan reaksi karena ketakutan melainkan seperti sedang menahan sakit. Genggamannya di punggung Deon pun semakin mengerat, mencakar kulit tebalnya. Kemudian disusul dengan teriakan yang menyedihkan, "Ah.... Sakit..."
Arabella menjerit kesakitan, badannya sekilas tegang. Kedua mutiara bening segera terjatuh dari kedua kelopak matanya.
Deon mengerutkan kening mendengar teriakan kesakitannya. Kemudian ia pun menatap wajah gadis yang saat ini sedang berada di bawah kungkungannya.