Chereads / Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat / Chapter 28 - Seorang wanita di ranjangnya

Chapter 28 - Seorang wanita di ranjangnya

Matanya yang hitam menangkap sebuah tubuh mungil nan langsing, sedang memeluknya. Tubuh itu hanya ditutupi dengan kemeja putih miliknya, tulang belikat hingga buah dadanya terekspos karena 3 kancing atasnya tidak dikunci. Mata Deon juga dapat menangkap sekumpulan tanda-tanda kebiruan yang membekas di tubuhnya. Seharusnya itu awalnya berwarna merah, namun waktu membuatnya menjadi biru keunguan.

Hanya sepersekian detik, Deon sudah dapat mencerna segala yang terjadi, terutama bayangan saat dirinya menekan gadis ini, bermain di balik matanya.

Deon gugup dan suara yang semakin lantang di luar membuatnya cepat-cepat menutupi tubuh gadis ini. Rupanya, masih sama seperti semalam, meski suara kegaduhan di luar masih terbilang cukup pelan, tetapi tetap saja pasti mengganggu. Tetapi wanita ini malah tidur begitu terlena.

Entah datang dari mana pemikiran ini, Deon mengangkat tangannya dan mengelus pipi semu wanita itu. Bayangan ketika dia mencium matanya yang sedang mengeluarkan air mata, kembali dalam benak Deon. Semalam ... Dia benar-benar sangat gila dan di luar batas!

Deon menarik selimut hingga membungkus semua badan gadis ini, yang tersisa hanya leher dan kepalanya saja. Ia pun melepaskan pegagan gadis ini dari perutnya yang berotot, barulah Deon turun dari ranjang.

Begitu pintu dibuka, wajah dingin Deon muncul dari dalam. Deon pun buru-buru langsung menutup pintu. Meskipun jarak antara ranjang dan pintu masih dihalangi oleh ruang tamu kecil, tetap saja, Deon tidak bisa mengizinkan neneknya melihat ada gadis di kamarnya. Apalagi dengan penampilan seperti itu. Dia juga tidak ingin suara neneknya ini sampai mengganggu tidur gadis tersebut.

Melihat wajah Deon yang tidak bersahabat, baik Lewi maupun Loye merasa takut dan gugup. Mereka yang tadinya masih berdebat kecil, menjadi diam.

Mata elang Deon menyenter neneknya, Lewi. Dia sangat kesal karena pagi harinya diganggu, tetapi, tetap saja, pria dewasa sepertinya, tidak bisa marah pada neneknya. Jadi, dia menatapnya dengan lembut.

"Nenek, apa yang membawamu ke sini pagi-pagi sekali?" Dia ini baru tidur setelah fajar datang, dan sekarang masih jam 9, seharusnya dia tidur masih sekitar 2 jam lebih, tetapi kedua orang ini malah sudah mengganggunya. Memikirkan sampai di sini, mata Deon menatap Loye dengan tajam, seakan sedang mengatakan, 'Sebaiknya kau pikirkan alasan yang tepat kenapa membawa nenek ke sini. Kalau tidak, anak Schallert Holdings yang berada di Afrika sana, yang menjadi tempatmu'.

Ditatap seperti itu, membuat Loye kesulitan meneguk air liurnya. Tatapan Deon benar-benar bisa membuat seseorang mati berdiri di tempat!

"Kenapa aku ke sini? Sangat bagus, benar-benar sangat bagus. Setelah kau membuatku malu, kau bahkan tidak meminta maaf padaku?" bentak Lewi, dia masih menambahkan, "Hei, bocah tengik, apakah kau masih menganggap aku ini nenekmu? Kau benar-benar tidak memberiku muka di depan teman baikku?"

Kening Deon berkerut, dengan suara yang tenang, dia berkata, "Nenek, sebenarnya apa yang kau katakan?"

Dia sudah memikirkannya, dia tidak melakukan sesuatu hal yang membuat neneknya ini marah. Dan, tentang paksaan menikah yang dibuat neneknya ini, dia menyetujuinya dan meminta waktu satu bulan. Ini baru berlangsung beberapa hari.

Mendengar jawaban Deon itu, Lewi semakin marah, "Oh, bagus, sangat bagus. Kau bahkan berpikir ucapanku tidaklah penting? Deon, haruskah kau mempermalukan nenek tua ini?"

Deon semakin tidak mengerti, urat-urat di dahinya semakin banyak bermunculan.

Di saat seperti ini, Loye dengan berani angkat bicara, "Itu .... Presdir sebenarnya semalam nenek ada meneleponku, mengatakan bahwa beliau meminta Anda menghadiri acara makan malam dengan cucu dari teman baiknya. Nenek berkata, sudah menyampaikannya padamu, aku hanya perlu mengingatkannya. Rupanya, meeting dadakan dengan klien yang dari luar negeri, membuat aku lupa mengingatkan Anda..."

Berbicara sampai di sini, wajah Deon menggelap. Dia belum bereaksi, Lewi sudah menggila.

"Aku tahu, kau pria yang sangat tinggi, berkuasa dan disegani. Kau tidak membutuhkan apa pun, termasuk pendamping hidup. Kau pasti hanya akan menikah dengan pekerjaanmu dan perusahaanmu. Tetapi, tidakkah kau bisa memberi muka padaku? Dia itu cucu dari teman baikku. Dia wanita yang sangat bermartabat tetapi malah rela menunggumu Berjam-jam. Meski tidak suka, tidak bisakah kau datang walau hanya sekadar basa-basi?"

Deon sangat tidak menyukai hal ini, dia paling tidak suka ketika neneknya ini menyusun acara kencan buta dengannya secara diam-diam, tetapi, dia tetap menahan diri dan menjawab, "Kapan aku mendapatkan pesanmu untuk menghadiri acara makan malam itu? Nenek tidak memberitahuku apa-apa, aku mana akan tahu. Karena Loye yang kau hubungi, kenapa tidak meminta Loye yang menghadiri acara makan malam itu?"

Loye seketika memucat. Bosnya ini memang paling lihai melibatkan dirinya dalam segala hal.

Lewi masih mengamuk, "Tidak menghubungimu, kau bilang? Masih pagi-pagi sekali, aku sudah mengirimimu pesan dan alamat restoran tempat kalian makan malam. Tengah hatinya, aku juga mengirimkan foto gadis itu padamu. Malam hari, aku selalu meneleponmu, tetapi kau tidak kunjung menjawabku. Apakah aku sangat tidak penting bagimu sampai-sampai kau mengabaikan telepon dan pesan dariku?"

"Mengirimiku pesan?" ulang Deon. Di detik berikutnya, dia berkata, "Kalau hal ini, sebaiknya nenek tanyakan pada Loye, seharian semalam, dia yang memegang ponselku." Mengingat dirinya yang sangat membutuhkan ponselnya untuk menghubungi dokter, tetapi tidak ada, Deon benar-benar ingin membunuh sekretarisnya ini sampai mati!

Awalnya, dia berpikir, kedatangan neneknya ini pasti untuk menangkap dirinya yang tidur dengan perempuan lain, lalu akan memaksanya menikahi gadis itu. Karena yang berani melakukan tindakan, seperti sampai memberikan minuman yang ditambah dengan obat perangsang di dalamnya, pasti hanya neneknya ini saja. Apalagi mengingat, wanita tua ini sangat menginginkan dirinya segera menikah agar dia bisa menggendong cicit. Dia pun seketika sangat kesal, mengingat gadis polos semalam yang membuatnya menggila hingga tahan berjam-jam dan beberapa ronde, adalah suruhan neneknya, dia seketika menjadi sangat kesal dan geli padanya.

Wanita yang disuruh untuk tidur dengannya tanpa memikirkan dirinya yang bahkan masih perawan, memangnya bisa apalagi selain sikapnya yang serakah. Pasti isi pikirannya hanya tentang uang, uang, dan uang saja.

Kenapa tidak, pada umumnya, Para wanita hanya akan memberikan kali pertamanya pada seseorang yang ia cintai. Walau mungkin kali kedua dan kesekiannya, ada saja yang melakukannya demi kesenangan hidup, tetap kali pertama, pastilah jatuh pada pria yang dicintainya. Tetapi, wanita itu malah dengan mudah memberikannya padanya, dan hasil suruhan neneknya.

Ini membuat Deon sangat tidak senang dan ingin segera menyeret gadis yang sedang tertidur itu, keluar.

Namun, setelah mendengar tujuan kedatangan neneknya ini, tanpa sadar, Deon pun menghela nafas lega. Rupanya, dia tidak ada hubungannya dengan neneknya. Gadis itu benar-benar korban dalam kejadian semalam.

"Eh, Presdir, ponsel Anda bukan pada saya..." jawab Loye ragu-ragu, membawa Deon kembali ke kenyataan.