Deon tahu, gadis ini sedang merasa terpukul. Dia pun menjadi tidak berani. Saat ini, mata amber gadis itu pun secara samar menatap ke bercak darah yang menempel di seprei putih itu, terdapat jejak kesedihan ketika matanya menatap darah tersebut. Hal itu semakin membuat Deon merasa bersalah.
Untuk menghilangkan kecanggungan, Deon berdeham kecil, dan berucap, "Apakah kau ingin mandi?"
Mandi? Memang dia membutuhkan hal itu untuk menyingkirkan noda-noda di tubuhnya, akan tetapi, jika dia mandi 1000 kali pun, apakah dia akan kembali bersih?!
Arabella tidak menanggapi ucapan Deon, matanya menatap kosong ke depan. Dia seperti sudah kehilangan arwahnya.
Tetapi, dia juga wanita yang rasional, setelah melilitkan selimut itu ke tubuhnya, Arabella berjalan ke kamar mandi.
Di sana, dia menghidupkan pancuran kepala dan membasahi tubuhnya di bawah air pancur itu, berharap segala yang kotor di tubuhnya bisa menghilangkan terbawa air.
Deon menatap tubuh mungil yang tampak kehilangan arwah itu dengan penuh penyesalan. Saat ini, bell kamarnya kembali berbunyi.
Deon berjalan ke sana dan membuka. Loye muncul di depan pintu.
"Presdir, ini baju yang Anda minta."
Deon menerima itu dengan pandangan dingin.
Loye juga mengatakan, "Tentang penyelidikan yang Anda katakan tadi, aku sudah berhasil menemukan detailnya."
Dibahas tentang ini, Deon menjulurkan kepala ke belakang, menatap pintu kamar mandi yang tertutup rapat. Suara air pancur itu cukup membuat pihak yang ada di dalam kamar mandi tidak akan dapat mendengar pembahasan yang ada di ruangan.
Deon menatap Loye, dan mengeluarkan satu kata yang dingin, "Katakan..."
Dengan senang hati, Loye mengatakannya, "Gadis itu bernama Arabella Fawley. Dia adalah seorang karyawan dari sebuah perusahaan periklanan. Selain itu, setelah pulang bekerja, di hampir tengah malam, dia biasanya akan berjualan produk kebutuhan dewasa di depan hotel ini."
Deon mengerutkan kening ketika mendengar itu, tetapi dia tidak mengatakan apa-apa.
Loye melanjutkan, "Dia mengalami kesulitan hidup akhir-akhir ini, sehingga melakukan 3 pekerjaan dalam sehari." Loye menghela nafas dengan berat ketika mengatakan ini. Seperti sedang menyayangkan dan mengasihaninya.
Lalu dia melanjutkan, "Semalam, bos dari toko produk kebutuhan dewasa itu menghubunginya, memintanya mengantar pesanan ke kamar sebelah kamarmu. Meminta agar mengantar satu box kondom, karena yang memesan itu mengatakan, dia ingin melakukan pesta besar-besaran yang mesra dengan kekasihnya yang baru saja datang dari luar negeri setelah mereka LDR 3 tahun...."
Ketika tidak ada orang lain, Loye memang akan melupakan formalitas antara dirinya dan Deon. Dia akan memanggil Deon dengan nama, ataupun hanya kau.
Deon tanpa sadar mengerutkan kening, matanya juga membesar. Pesta yang bagaimana dengan membeli begitu banyak kondom?! Dia seorang pria dewasa, tentu saja dia mengerti makna 'pesta' yang dimaksud.
Namun, dia tidak menyangka ada orang yang begitu bodoh yang mempermalukan diri sendiri. Memesan kondom sebanyak itu, tubuhnya apakah mampu? Satu kotak kondom saja yang isinya 10, untuk satu malam, seharusnya sudah sangat hebat. Ini malah memesan satu box kondom dengan aroma yang bervariasi pula.
Seketika Deon merasa, pria yang memesan itu sangat tidak masuk akal.
Loye melanjutkan, "Gadis itu salah melihat nomor kamar, malah mengetuk pintu kamarmu. Lalu yang terjadi selanjutnya .... bukankah kau yang harus menjelaskannya?" Loye hampir saja tertawa ketika mengatakan ini, tetapi dia mana mungkin berani. Dia hanya memiliki satu nyawa!
Deon memicingkan mata, dia sangat ingin menendang pantat sekretarisnya ini sekarang, tetapi dia saat ini berada dalam suasana hati yang senang. Mendengar bahwa gadis semalam muncul bukan karena sebuah konspirasi, tanpa disadari suasana hati Deon menjadi sangat senang.
Dia menatap Loye dengan acuh, "Lalu, kenapa aku bisa dibius oleh obat afrodisiak?" Ini yang paling penting untuk diketahui!
Ugh.... untuk sesaat Loye terdiam. Bagaimanapun, ini pertama kalinya dia mengakali atasannya ini. Hati nuraninya mengatakan, saat ini dirinya seperti sedang mengkhianati kepercayaan Deon.
"Aku juga sudah menyelidikinya. Itu bukan dari minuman, tapi udara yang kau hirup mengandung obat perangsang. Itu terjadi saat kau pergi ke toilet. Toilet itu memang sengaja tidak dibuka, dan hanya kau yang boleh mengenakannya. Ketika mencium aroma itu, kau tanpa sadar sudah dalam pengaruh obat. Tapi, siapa pelakunya, masih belum berhasil aku temui. Jika kita tidak segera pergi dari acara itu, mungkin saja kau sudah berakhir dengan seorang wanita yang ..... tidak mudah dihadapi."
Mendengar itu semua, Deon tanpa sadar menghela nafas. Benar, jika tadi malam dia berakhir dengan wanita lain yang ada di dalam perjamuan itu, mungkin akhir yang terjadi saat ini malah akan sangat sulit dihadapi.
Loye menatap Deon diam-diam. Dia juga memerhatikan helaan nafas lega atasannya itu tadi, dengan berani dia berkata pelan, "Deon, bagaimana dengan gadis itu? Apa yang akan kau lakukan padanya?"
Bagaimanapun, Lewi memintanya untuk berbicara pada Deon agar tidak mencampakkan Arabella. Selain itu, dia merasa bersalah pada gadis itu. Jadi, dia harus mengamban sedikit tanggung jawab ini.
Bagaimana? Dia masih belum memikirkannya.
Tapi, dia sempat berpikir menjadikan gadis itu sebagai istri di atas kertas putih.
"Aku belum tahu. Kau mengatakan dia memiliki kesulitan yang membuatnya harus melakukan 3 pekerjaan dalam sehari. Apakah kau sudah tahu, hal sulit apa yang membuatnya harus bekerja keras seperti itu?"
Apalagi sampai harus menjajakan barang-barang keperluan pasangan? Wanita ini, apakah tidak pernah memikirkan pandangan orang lain terhadapnya?
"Namanya Arabella Fawley. Masih sedikit informasi yang aku dapatkan tentangnya, dan tidak ada yang spesial tentang identitasnya. Dia hanya hidup berdua dengan ibunya yang saat ini sedang dirawat di rumah sakit dengan kondisi yang cukup mengkhawatirkan. Biaya rumah sakit itu cukup mahal karena kondisi ibunya yang cukup parah, jadi gadis itu harus bekerja keras untuk membiayai pengobatan ibunya tersebut," jelas Loye. Fakta ini jugalah yang membuat Loye sangat ingin menjadikan Arabella sebagai istri dari atasannya. Wanita ini sangat gigih dan sangat bisa menjaga orang yang disayangi.
"Hemp, aku sudah mendengarnya. Kau bisa pergi."
Loye mengangkat pandangannya. Diam-diam melihat Deon, setelah beberapa saat dia masih tidak pergi, tetapi malah berbicara, "Presdir, apa yang akan kau lakukan terhadapnya?"
Deon menyipitkan mata, "Kenapa kau sangat memedulikan tentang itu?"
Loye seketika menciut, tetapi dia masih mengatakan, "Aku hanya sedikit berpikir, mungkin kehadiran gadis itu bisa membantu permasalahan yang saat ini kau hadapi. Nenek bukankah memintamu untuk segera menikah? Jika tidak, maka dia akan menjodohkanmu dengan nona muda dari keluarga Crich-"
Deon menghentikan ucapan Loye, dengan mata yang menyipit, dia berkata dengan dingin, "Kenapa kau mengingatkan aku dengan hal ini?"
Ugh....
Apakah Deon dapat melihat kejanggalan dari sikapnya? Demi Tuhan, jika itu terjadi, Loye tidak akan bisa menikmati fajar besok pagi.