Chereads / Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat / Chapter 31 - Menangkap dada polosnya

Chapter 31 - Menangkap dada polosnya

Seperti menyadari sesuatu, Deon memukul kepalanya, "Deon, pikiran apa yang terlintas dalam otakmu!"

Buru-buru dia menelepon sekretarisnya, Loye. Hanya sekejap saja, panggilan itu sudah terhubung.

"Presdir, ada apa?" Jawaban sederhana dari seberang sana terdengar.

Sebelum menjawab Loye, Deon menatap Arabella terlebih dulu, barulah berkata dengan suara yang berat, "Semalam ada seorang wanita yang tidak kukenal membunyikan bell kamarku. Saat itu, aku dalam kondisi yang tidak baik. Aku juga tidak tahu mengapa, tapi aku menduga mungkin saja ada seseorang yang mencampurkan sesuatu ke dalam minumanku.."

Mendengar ini, Loye meneguk air liurnya dengan kesulitan. Dia bahkan tidak mampu untuk bernapas sekarang ini.

Namun, Deon masih melanjutkan, "Aku tidak pergi ke mana pun setelah pulang dari perjamuan. Mungkin saja ada yang menargetkan aku di sana lalu mengirim gadis ini untuk merayuku."

Setelah Deon mengatakan ini, barulah Loye bisa bernafas normal lalu menjawab, "Baik, Presdir. Aku akan mencari tahu hal ini dan memberikan informasi lengkapnya pada Anda secepat mungkin."

Ketika panggilan itu akan berakhir, Loye masih mengatakan, "Eh, tapi, apakah ini artinya, wanita yang ada di kamar presdir adalah wanita yang tidak Anda kenali? Dia .... bukannya memang kekasih .... Anda?"

Deon menyipitkan mata. Jika pria yang sedang bersambung telepon dengannya saat ini ada di depannya, Deon sudah pasti akan menendang pantatnya. "Apa otakmu terbentur benda keras? Wanita itu yang datang sendiri ke kamarku dan dia juga masih membawa satu box yang isinya kondom semua," ucap Deon dengan nada yang tidak senang.

Ugh..... Loye bahkan tidak takut mendengar nada dingin dari ucapan Deon, malahan hampir saja dia tertawa mendengar kata-kata presdirnya tersebut, dan mengurungkan niatnya. Tetapi masih dengan berani menjawab, "Bukan. Hanya saja, bekerja dengan Anda bertahun-tahun, aku mana mungkin tidak mengenal orang seperti apa Anda. Anda memiliki pengendalian diri yang kuat, wanita itu datang menggodamu tetapi jika Anda sendiri tidak ingin, maka mustahil hal seperti yang .... dikatakan nenek tadi pagi terjadi." Dia langsung blak-blakkan.

Deon sangat geram mendengar itu, tetapi, pikirannya juga dengan cepat merespons dan membenarkan yang dikatakan Loye, jadi Deon pun tidak bisa mengatakan apa pun dan memutuskan panggilan itu.

Di seberang sana, Loye hanya tertawa geli sambil menatap ponselnya yang sudah kembali ke menu utama. Menyuruhnya mencari tahu hal yang dia lakukan sendiri, tentu saja Loye hanya bisa menutup semua jalan yang bisa membuat dirinya ketahuan bahwa dialah dalang dibalik ini.

Loye kembali ke tempat duduknya. Di hadapannya ada seorang pria usia awal 40-an. Itu adalah klien mereka dari negara Abona.

"Tuan Max, maaf membuat Anda menunggu. Ini panggilan dari Presdir Schallert. Dia menyampaikan, akan menjamu Anda secara pribadi nanti, setelah menyelesaikan beberapa urusan."

Pria itu tersenyum ramah, dan menjawab, "Ah, tidak, tidak masalah. Bisa bertemu dengan sekretaris dari Schallert langsung pun sudah menjadi kehormatan bagi saya."

Sebenarnya, Max dari negara Abona ini, tidak seribet yang diceritakan Loye pada Deon. Sebaliknya, orangnya bahkan sangat santai. Kerja sama yang akan mereka garap, pun, sebenarnya tidak membutuhkan Deon yang terjun tangan langsung. Hanya berhadapan dengan direktur proyek itu, pun sudah cukup. Dan kini, loteng secara langsung datang menemuinya, itu merupakan sanjungan pada Max dan perusahaannya. Jadi, dia mana berani meminta lebih.

"Untuk urusan yang lainnya, seperti biasanya, nanti pihak dari perusahaan akan menjemput Anda dan kita akan membahasnya lebih detail di sana." Setelah mengatakan beberapa ucapan lagi, Loye pergi.

_

Deon berjalan ke ranjang. Dia menatap Arabella dengan banyak pertanyaan dalam benaknya. Gadis itu masih tidur dengan nyaman. Di dalam tidurnya, keningnya berkerut. Wajahnya yang semalam terlihat merona, kini menunjukkan tampilan bahwa dia kelelahan.

Deon kembali berpikir, 'Apakah dia sangat lelah hingga tidak kunjung terbangun bahkan setelah mendengar beberapa keributan tadi?"

Tadi neneknya berbicara cukup keras. Pada saat Deon melakukan panggilan suara dengan Loye, dia juga sedikit meninggikan suaranya, tetapi wanita yang di ranjang ini tidak kunjung terjaga, selain sesekali mengigau, dia hanya gerakan-gerakan kecil yang menandakan ada hal yang mengganggu tidurnya.

Deon seketika mengingat perlakuannya semalam. Dia menekan gadis mungil ini untuk melepaskan hasratnya hingga beberapa ronde. Bahkan dipermainkan terakhir, gadis itu tampak sudah sangat menyerah dan hanya menerima semua perlakuan Deon dengan mata yang tertutup. Setelah fajar menyinari bumi, dan melihat wanita yang di bawah teramat kelelahan, barulah Deon melepaskannya. Tapi kan, sejak awal permainan, hanya Deon yang bekerja, wanita ini hanya tidur di ranjang dan menerima segala perlakuan. Meski sesekali Deon meminta wanita itu naik ke atas tubuhnya, tetapi yang bergerak juga adalah Deon. Ketika melakukannya dengan posisi duduk pun, wanita ini hanya mengalungkan tangannya di leher Deon dan mengikuti ritme permainan Deon yang mengguncang tubuhnya. Tidak dikira, dia malah berakhir dengan sangat lelah seperti ini sebaliknya Deon malah merasa begitu semangat dan berenergi.

Arabella melakukan pergerakan kecil dan sedikit menguap. Perlahan-lahan, bulu matanya yang lentik bergoyang dan mata ambernya terbuka dan sebuah sosok kekar langsung memenuhi bola matanya.

Arabella terkejut hingga melompat duduk. Matanya terbuka sempurna menatap tajam dan dalam pada sosok yang ada di hadapannya. Tadi, ketika dia tertidur, dia merasa ada sosok asing yang sedang menatapnya erat-erat, itu membuatnya terjaga barulah dia terbangun. Tidak dikira ketika terbangun, yang dia temui adalah sosok pria.

Arabella masih belum bisa berpikir dengan jernih, selain bengong. Otaknya serasa kosong. Sementara Deon, dia menangkap ekspresi terkejut Arabella. Dia ingin mengatakan 'jangan takut', tetapi matanya malah menangkap dada polos Arabella. Selimut yang menutupi tubuh telanjangnya, sudah melorot hingga ke pinggang. Di dada itu bahkan hingga perut, bahkan hingga ke bawahnya lagi, banyak sekali jejak-jejak yang dia lakukan semalam. Memikirkan dirinya yang begitu kehilangan kontrol, Deon malah berpikir, apakah benar itu semua karena pengaruh obat itu?! Tetapi kenapa rasanya dia melakukan itu dengan sangat sadar?!

Deon ingin mengutuk dirinya, namun saat ini, teriakan histeris dari gadis itu terdengar, "Kau, siapa kau? Kenapa bisa ada di rumahku?"

Deon menatap wajah yang ketakutan itu. Dia seketika bingung harus melakukan apa di saat seperti ini. Namun, dia tetap berkata, "Rumahmu? Nona, kaulah yang masuk ke kamarku. Coba lihat sekelilingmu?"

Berkata sampai sini, Arabella mengedarkan pandangannya. Dia pun semakin memucat.

Deon hanya menghela nafas, "Apakah kau sudah mengingatnya?"

Arabella menatapnya, barulah bayangan demi bayangan kejadian semalam muncul di balik matanya.

Mata amber itu membulat, dia pun langsung menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang sudah terekspos karena reaksi keterkejutannya yang tadi.

Deon menatapnya dengan acuh, "Ditutupi bagaimanapun, agaknya sudah terlambat."

Kata-kata ini memperjelas ingatan Arabella. Dia merasa lemas, namun genggaman tangannya yang menutupi tubuhnya itu semakin mengerat.