Hanya mendengar teriakannya saja, tanpa perlu mengecek ke bawah sana, Deon segera tahu wanita ini masih bersegel sebelum bersamanya. Apalagi tadi saat dia sedang membuat penyatuan, 'milik' Arabella tidak langsung menerimanya melainkan Deon merasa ada banyak dinding yang menolak masuk 'kebanggaannya'.
"Kamu ..... masih perawan?" tanyanya dengan ekspresi rumit. Deon sedikit sulit bereaksi dan kaku, tetapi ada rasa senang yang begitu besar di dalam dirinya.
Ia menepiskan semua kegundahan di hati dan kembali memeluk Arabella semakin erat dan erat. Bibirnya yang tipis dan dingin hinggap di kening Arabella, berlari ke kedua pipinya, hidung kecilnya, matanya yang basah dikecup dengan lembut, lalu tangannya yang besar menarik lembut dagu Arabella dan mengecupnya, barulah dia berhenti di bibir merah ranum milik Arabella.
Bibir itu sangat lembut dan berisi. Sungguh dapat membuat gairah naik dengan cepat meski hanya sekilas bersentuhan dengan bibir lembut itu. Tetapi Deon hanya mengecupnya lembut dan tidak mengajak bibir itu bermain-main. Dia tidak menggunakan nafsunya, hanya mencium dan menyatukan bibir mereka selama beberapa detik.
Setelah itu, Deon berbisik pelan di telinga Arabella, "Maafkan sudah menyakitimu."
Deon bukan pria yang lembut. Bahkan orang ini terkenal sebagai raja iblis dari nekara ketika berada di meja perunding dengan para pebisnis lainnya. Terhadap wanita, apalagi jika dia tahu wanita itu memiliki maksud terselubung padanya, sikap Deon pasti akan sangat dingin. Meski begitu, pria ini juga tidak bisa dikatakan sebagai pria yang kasar, karena dia tidak memiliki temperamen yang seperti itu. Selain terhadap neneknya dan mantan kekasihnya yang dulu, Arabella adalah wanita ketiga yang mendengar suara lembut penuh bujukan dari Deon Evans Schallert!
Untuk sesaat, Arabella seperti baru saja mendapatkan sihir. Tubuhnya bengong dan jiwanya terlena mendengar suara lembut Deon. Suara yang sungguh magnetis, dengan mudah bisa memengaruhi hati dan pikiran.
Deon menambahkan, "Tenanglah, jangan takut. Rasa sakit itu sebentar saja sudah tidak akan terasa lagi." Dia terus berucap lembut sambil terus mengecup dan meraba pipi merona Arabella.
Saat ini dia sedang dipengaruhi oleh obat perangsang, tetapi entah mengapa Deon merasa kalau dirinya sangat sadar. Dia melakukan semua itu atas keinginannya sendiri.
Bujukan dan keterampilan menggoda Deon yang terbilang cukup mahir mampu membuat Arabella merasa nyaman. Perlahan kerutan kesakitan di keningnya mengendur. Dia pun menjadi tenang.
Deon tentu saja dapat merasakan perubahan Arabella. Dia tidak bisa untuk tidak menunjukkan sukacitanya. Ia memeluknya semakin erat, dan melupakan satu hal, bahwa wanita ini adalah wanita asing yang baru ia temui tadi! Tapi reaksinya ini bukankah menunjukkan kalau mereka sudah saling mengenal dan seperti pasangan yang sah?!
Deon tidak memiliki waktu untuk memikirkan atau sekadar menyadari itu semua. Begitu wanita yang berada di bawahnya itu merasa relaks, dia melanjutkan keinginan hasratnya yang sudah sangat menuntut.
Deon mengangkat pantat dan menggerakkan kakinya. Memosisikan dirinya tepat di tengah-tengah Arabella, lalu menjuruskan keinginannya. Awalnya sangat sulit, dia masih harus berusaha dengan menggunakan sedikit tenaga dan menekannya kuat. Barulah dinding pertahanan itu, jebol.
Di momen ini pun, ekspresi wajah Arabella tidak lepas dari pandangannya. Sambil menekan ia terus melihat setiap perubahan mimik wajah gadis itu, yang keningnya berkerut, air matanya mengalir, cakarannya semakin menajam, lehernya yang terus bergerak.
"Sakit....." Teriakan Arabella lebih kencang dari sebelumnya.
Deon sedikit panik, dia hampir saja menarik 'kebanggaannya' dari sana. Tetapi, setelah menyadari sesuatu, dia tidak bisa melakukan itu. Jadi Deon hanya bisa membenamkan kepemilikannya.
Dia pun juga segera membenamkan diri dan memeluk Arabella. Ia berucap dan membujuknya dengan lembut, "Cup, cup, cupp... Jangan menangis, jangan menangis. Memang sakit, tetapi sebentar saja sudah pasti tidak terasa lagi setelah dirimu terbiasa menerima kehadiranku. Kamu cukup tenang dan mencoba relaks, okay?" Deon membujuknya seperti anak kecil.
Tetapi, Arabella masih tidak cukup tenang. Ia bergerak tidak nyaman. Air matanya mengalir semakin deras.
Benarkah dirinya sudah kehilangan keperawanan yang dijaganya selama 21 tahun?
Arabella mengutuki dirinya yang bodoh. Dia sangat bersedih untuk kehilangannya.
"Hei, apakah sesakit itu? Kau menangis dengan sangat serius. Maafkan aku, sungguh." Deon menghapus air mata Arabella dengan tangan besarnya sambil terus mengelus-elus pipinya. Bibirnya hinggap kembali ke mata Arabella dan menciumnya, "Sudah, jangan menangis lagi, oke?"
Wanita adalah makhluk dengan perasaan paling sensitif. Perlakuan dan perhatian kecil saja, pasti memberi poin di hatinya. Bohong jika dikatakan tidak tersentuh pada kelembutan-kelembutan perbuatan yang seperti ini. Meski sekeras apa pun hati seorang wanita, pasti akan luluh juga jika diperlakukan dengan baik.
Deon masih menambahkan, "Atau kau ingin aku melepaskannya sebentar?" tanyanya lembut.
Mata Arabella yang indah menatapnya, seakan sedang berharap.
Tetapi Deon malah membalas ucapannya sendiri, "Tetapi aku tidak mungkin melakukannya, itu hanya akan semakin menyakitimu." Maksudnya, dilepaskan sebentar dan ditarik lagi, di kondisi yang seperti ini malah hanya akan memberikan rasa sakit dua kali pada Arabella. Apalagi Deon sudah memutuskan untuk pasti meneruskan 'pekerjaannya' ini. Dia mana mau berhenti begitu saja.
Pipi Arabella memerah. Setelah hal ini, dia mana mungkin tidak mengerti maksud dari perkataan pria ini. Ia menyingkirkan wajahnya ke samping, tidak ingin menunjukkan wajah malunya pada Deon.
Rupanya, Deon malah berhasil menemukan hal itu, karena sejak tadi, dia tidak melepaskan pandangannya dari wajah Arabella.
Hatinya girang. Dia berpikir, wanita ini sudah menerima dirinya seutuhnya. Kalau begitu, dia tidak akan sungkan lagi!
Deon pun mengangkat tulang punggungnya dan memulai permainannya dalam penyatuan diri dengan Arabella.
Seperti janjinya, ia melakukan gerakan yang sangat lembut dengan penuh irama. Meskipun ini terkesan malah menguji kesabarannya. Deon adalah pria, jika disaat yang paling 'bergairah' seperti ini, para pria akan terkesan sedikit kasar dalam menyalurkan hasrat di dalam penyatuan itu. Tetapi, dia tahu, wanita ini tidak berpengalaman, jadi dia harus menghargai 'keperawanannya' yang direnggut.
Untuk memberikan rasa nyaman terhadap Arabella, agar wanita itu semakin menerima dirinya, Deon menghadiahinya dengan ciuman-ciuman lembut di setiap inci wajahnya. Lidahnya masuk ke dalam, membangkitkan lidah kecil dan mengapung di antara giginya. Sambil terus memberikan gerakan yang lembut, memompa miliknya di dalam ruangan hangat itu.
Ciuman itu berpindah ke leher jenjang putih Arabella, menciuminya dengan sangat dalam. Mengaromai dan menghisapnya.
Awalnya bekas itu berupa warna merah muda yang tipis, kemudian memerah perlahan, kemudian berbentuk seperti bunga yang merekah, namun berakhir bagai kupu-kupu yang terbang dengan perlahan.
Tubuhnya yang putih dengan wangi yang lembut, sungguh membangkitkan gairah. Deon semakin menginginkannya dan sangat ingin! Dia tidak akan puas jika hanya sekali. Sedari awal dirinya sudah berubah menjadi seekor rubah yang ganas! Dia memang sedang diberi obat, tetapi Deon merasa bahwa sekarang ini dia sangat sadar, tidak pernah sesadar ini sebelumnya! Dia terus menginginkannya dengan menggila!