Hasrat itu semakin membara saat mata mereka saling bertemu. Entah karena pengaruh obat, atau memang gairah ini yang terlalu bergelombang, dalam sekali tatap saja, Deon merasa mata gadis yang berada di bawahnya ini adalah mata yang paling indah yang pernah ia lihat. Berbinar, merona karena malu, dan bercahaya. Kedipannya bisa mencuri hati. Ada percikan api asmara dalam tatapan itu yang mendorong Deon selalu memiliki hasrat untuk terus memasukkan dirinya ke dalam tubuh Arabella. Memasukinya lagi dan lagi dalam penyatuan...
Bagaimana pun Arabella menolak, tetapi dia tidak bisa berbohong, dia pun terbakar api gairah. Di bawah hasrat yang bergelora, dia mengejang, dan bahkan berkali-kali meleguh dengan manja. Ia memeluk Deon dengan erat, sesekali tangannya meremas seprai putih untuk melampiaskan kegilaan yang ada di dalam dirinya.
Melihat reaksi Arabella yang menerima dirinya seutuhnya bahkan tanpa menolak, membuat Deon merasa sangat berhasil sebagai laki-laki. Bisa membuat wanita yang berada di bawah tubuhmu merasakan kenikmatan, bukankah itu salah satu kesombongan tertinggi seorang pria? Deon sangat bangga akan dirinya! Padahal, meski usianya sudah 30 lebih, harus diakui, ini juga kali pertama baginya.
Deon terus bekerja keras dalam kenikmatan, melancarkan jurus serangan yang memberikan kesenangan pada keduanya. Ia dapat merasa tempat yang dimasukinya ini begitu menakjubkan, merasakan celah sempit yang menerkam ketat miliknya, berdenyut-denyut seakan siap memakannya hingga habis. Rasanya, Deon sudah dihisap habis oleh wanita asing ini. Semua sensasi perasaan inu membuatnya kehilangan segala akal sehatnya, Deon menggila sepenuhnya!
Entah sudah berapa lama, setelah tekanan dan dorongan irama yang keluar masuk, sekali demi sekali, bibir Arabella semakin rajin mengeluarkan erangan-erangan kecil yang bermain dengan udara, "Eh... Ah... Ah... Ah..."
Suara indah itu, membangkitkan keinginan Deon yang semakin dalam. Dia semakin bersemangat dan terus memasuki liang hangat itu semakin dalam dan dalam.
Permainan itu kian panas dan menjadi sangat serius di tengah-tengah dinginnya udara malam. Udara di sekitar pun dipenuhi dengan aroma percintaan yang panas, yang malah membuat gairah semakin terus naik. Suara leguhan manja dan nafas yang berat itu mengisi keheningan malam yang kalbu. Deon terus menggila di dalam setiap aksinya. Dia bahkan sesekali bertindak kasar dan posesif. Ketika wanita yang sedang berada di bawahnya itu menggelinjang dan menarik sepray, dia akan langsung menarik tangan Arabella dan meletakkannya di punggungnya.
Dengan sikap mendominasi, dia berseru, "Kau tidak diperbolehkan menyentuh apa pun selain tubuhku. Punggung dan rambutku bukankah cukup kuat untuk merasakan gelojak yang sedang membara di tubuh bagian bawahmu?" Deon juga tidak perlu basa-basi, dia terus berucap dengan lantang.
Arabella tidak mendengarkan apa pun, ketika tangannya ditarik paksa dan diletakkan di bahu pria itu, dia hanya memeluk dan menjambak rambutnya dengan kuat. Dia tidak tahu apa yang terjadi padanya, tetapi di saat ini, berpegangan seperti sangat membantunya.
Arabella yang terbakar api gairah, berkali-kali mengejang dan meleguh manja dari bibirnya. Sikapnya ini menyadarkan Deon bahwa wanita ini telah berhasil mencapai puncak kenikmatan permainan ini. Jadi, dia pun tidak akan lagi berlama-lama.
Dia terus bekerja keras, lebih keras dan sedikit kasar. Memasukinya dan mengeluarkannya lagi. Terus seperti itu, hingga dia pun merasa sudah tidak sanggup lagi harus menahan gejolak di hati, barulah menyemburkan bukti kenikmatan itu ke dalam liang Arabella.
Ia terkulai lemas di tubuh Arabella. Tetapi, selemas apa pun dirinya saat ini, dia tidak mungkin menumpahkan seluruh berat badannya pada wanita yang ada di bawahnya ini. Lengannya yang kuat sedikit menopang berat badannya, tetapi kepalanya malah bersandar tepat di tengah-tengah dada gadis itu.
Arabella pun sangat lemas. Dirinya sangat berkeringat dan terasa penat. Dia langsung menutup mata tanpa berpikir panjang.
Deon memerhatikan wanita yang ada di bawahnya itu. Dia masih belum sepenuhnya melepaskan diri darinya. Kebanggaannya yang sejak tadi dipaksa kerja keras, masih terbenam di sana.
Matanya yang hitam menyorot Arabella yang terlihat sangat lelah. Bahkan, jika diminta hanya untuk menggerakkan tangannya saja, wanita ini sudah pasti tidak kuat lagi.
Matanya yang tertutup itu menunjukkan bulu matanya yang lentik seperti kipas. Hidungnya yang kecil dan tinggi itu memerah. Bibirnya yang tebal semakin tebal karena ulahnya sendiri. Memikirkan itu adalah hasil perbuatannya, Deon tersenyum kecil. Pipi gadis itu putih, tetapi kini malah mengeluarkan rona yang merah.
Karena Deon masih ada di atas tubuhnya, dia dapat merasakan irama napas berat wanita ini.
Sekarang barulah dia sadar, dan berkata dengan suara serak, "Siapa namamu?"
"..."
Arabella tidak peduli lagi dengan sekitarnya. Hanya sebentar saja, dia sudah masuk ke alam mimpi. Rasa sakit dan penat di tubuhnya, membawanya cepat masuk ke tidur yang nyenyak.
Deon masih tidak menyerah. Dia ingat perkataan wanita ini sebelumnya kalau dia datang mengantarkan paket.
Dengan tidak sabar, dia bertanya, "Siapa yang menyuruhmu?" Kini amarah mulai mengisi hatinya setelah memikirkan bahwa mungkin saja seseorang telah menyuruh wanita ini untuk menggodanya.
Namun, Deon tidak mendapatkan jawaban apa pun. Gadis itu tertidur dengan begitu nyenyak.
Tiba-tiba Deon merasa, gadis ini sedikit lucu. "Apakah dia sama sekali tidak memiliki rasa waspada diri? Bagaimana jika aku ini orang jahat?"
Berbicara sampai di sini, Deon seperti menyadari satu hal dan segera ingin menampar dirinya.
Wanita yang ada di bawahnya ini terlihat begitu kelelahan. Meski sedang tidur pun, keningnya berkerut, seperti sedang bermimpi buruk. Kesedihan di wajahnya yang sedang tertidur itu, terlihat jelas. Bulu matanya yang lentik itu, basah, di kedua matanya, masih terlihat genangan air mata, yang asalkan dia memiringkan kepalanya sedikit saja, pasti akan terjatuh dua butir air mata yang jernir. Jika bukan karena dia orang jahat, apakah gadis ini masih harus menerima semua ini? Yah, dia adalah orang jahat.
Deon seketika langsung merasa malu terhadap dirinya. Dia .... Bagaimana dia bisa begitu tidak bisa menahan diri sehingga menerkam gadis ini begitu saja? Bahkan, dia masih berpikir kalau gadis ini bisa berakhir di sini atas suruhan seseorang yang ingin menjebaknya, padahal seharusnya gadis ini juga merupakan korban dalam hal ini, itu terbaca dari kesedihan di wajahnya. Apalagi .... perempuan ini masih sangat polos sebelum bersamanya. Wanita yang begitu polos dan memiliki mata yang bersinar, mana mungkin memiliki niat yang begitu buruk?!
Deon benar-benar menyesali perbuatannya. Tetapi, bagaimana pun dia menyesal, semua sudah terjadi. Gadis polos ini sudah dia nodai.
Di saat seperti ini, Deon teringat dengan ucapan serta janjinya pada neneknya. Haruskah dia meminta gadis ini untuk menikah dengannya? Lebih tepatnya lagi, dijadikan sebagai istri sementara, sampai dia berhasil memberinya anak. Bersediakah gadis ini? Bagaimana jika dia sudah memiliki kekasih?