Chereads / Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat / Chapter 23 - Kau sangat indah (21+)

Chapter 23 - Kau sangat indah (21+)

Kesempatan itu diambil Deon dengan semakin memperdalam ciumannya. Ia memberikan sensasi yang sama sekali tidak pernah dirasakan Arabella sebelumnya. Untuk sesaat, ciuman itu membuat otak Arabella menjadi kosong. Dia tidak dapat mencerna segala yang terjadi saat ini, apalagi dengan timbulnya perasaan aneh di dalam dirinya. Hatinya bergejolak layaknya sebuah ombak yang siap menerjang lautan.

Ciuman itu semakin bergairah, semakin dalam dan lidah mereka saling berperang di dalam rongga yang sempit itu. Untuk memberikan Arabella sensasi yang berbeda, Deon bahkan dengan sengaja menarik bibir bawah Arabella yang memerah, menghisap dan mempermainkannya dengan lembut. Ia menyesap dan menelan semua kemanisan dalam bibir merah yang lembut itu. Sesekali, entah sudah kali ke berapa, suara lenguhan kecil keluar dari mulut wanita itu di bawah ketidaksadarannya. Keterikatan antara bibir mereka yang saling 'bermain' satu sama lain, membuat Arabella melupakan perbuatan yang saat ini yang sedang mereka lakukan, melupakan kebenaran bahwa dia tidak seharusnya berada dalam satu ruangan dengan pria asing yang baru dijumpainya beberapa menit yang lalu.

Semakin dalamnya ciuman itu, maka semakin kuat juga tuntutan gairah yang harus dihadapi. Deon sangat menuntut, lebih tepatnya, tubuhnya sangat menuntut. Dia menginginkan lebih dari sekadar ciuman. Dia menginginkan segala yang ada di tubuh Arabella.

Matanya yang merah menatap tajam pada wajah Arabella yang hanya berjarak beberapa milimeter. Ia melepaskan ciuman mereka untuk sesaat, kemudian bibirnya yang tipis dan dingin berhenti di kening Arabella. Mengecupnya selama beberapa saat, lalu tangannya perlahan turun dan menyibak baju kaos oblong yang saat ini dipakai Arabella. Mata Deon terus menatap mata Arabella dengan tajam, tetapi wanita itu malah terpana dan sehingga mencuri semua kesadarannya.

Karena Arabella tidak memberikan reaksi apa pun, Deon segera bertindak. Dia berpikir aksi diam Arabella adalah bentuk persetujuan dari wanita itu. Jadi, Deon tidak akan sungkan lagi.

Tangan yang besar menyibak baju Arabella, sehingga kulitnya yang panas bersentuhan dengan perut rata Arabella. Dia menurunkan pandangannya menatap bibir gadis itu yang sudah sedikit bengkak, sembari tangannya terus bergerak maju ke atas. Selanjutnya, dia malah mencium bibir itu kembali tanpa menghentikan tangannya yang sejak tadi mengelus, menyentuh lembut perut Arabella, ke atas, semakin ke atas dan terus meraba hingga berhenti di sebuah 'benjolan' lembut yang sudah dicari dan sangat ia nantikan sejak tadi.

Tangan Deon yang besar berhenti di sana. 'Gundukan' lembut itu tidak terlalu besar, bahkan tangannya saja pun masih belum penuh menggenggamnya, tetapi tidak terlalu kecil juga. Yang paling penting, 'benjolan' itu sangat lembut ketika disentuh dan ketika dicubit sedikit, itu akan sangat kenyal. Sangat empuk sehingga membuat gairah bisa meningkat dengan cepat.

Gleg!

Tanpa sadar, Deon meneguk air liurnya. Dia terus menjamahnya, di bawah kurangan pakaian dalam yang masih membungkus bukit itu, dia mempermainkan 'kuncup' kecil merah muda yang berada di puncaknya dengan bersemangat.

Deon selalu bisa menahan diri, sehingga dia tidak akan pernah terpengaruh pada rayuan para wanita yang berusaha untuk 'menyenangkan' dirinya. Apalagi setelah mengalami 'kepahitan' dalam kisah asmara, Deon tidak pernah memikirkan apa itu cinta, seks, dan wanita. Jika ada wanita yang secara terang-terangan menggodanya, dia tidak akan sungkan juga menolaknya dengan kejam, tidak lupa ia juga menunjukkan sikap yang mengatakan kalau ia 'jijik' dengan mereka. Maka dari itu, sempat ada berita yang mengatakan kalau presdir Schallert Holdings memiliki masalah orientasi seksual. Tapi, berita itu hilang begitu saja karena tidak ada bukti untuk memperkuat dugaan itu.

Deon dengan enggan melepaskan pagutan bibir mereka, dan bersiap turun ke bawah untuk menikmati keindahan yang lainnya. Namun ketika tangan dan mulutnya bersatu untuk menyalurkan 'kenikmatan' itu pada Arabella, gadis itu tiba-tiba tersadar. Seperti yang baru koma panjang, dia sangat syok melihat sosok kekar yang sedang menindihnya, bahkan saat ini bajunya sudah terangkat hingga ke lehernya.

"Kau? Apa yang kau lakukan?" Arabella langsung meronta. Ia memukul dan mendorong Deon dengan kasar, tetapi itu tidak membuahkan hasil apa pun, pria itu tidak turun dari tubuhnya. "Lepaskan aku, lepas.....!" Dia terus meronta dengan kuat.

Deon sedikit terjaga, dia menatap Arabella dengan tidak senang. "Bukankah kau sudah setuju?"

Setuju? Apa maksud pria ini?

Arabella mengilas balik, sejak kapan ia memberikan persetujuan pada pria ini untuk menjamah tubuhnya.

Sementara itu, Deon sama sekali tidak memusingkan pemberontakan Arabella. Ia dengan sengaja kembali menutup mulut Arabella dengan ciuman panasnya, semakin panas dan lebih menggoda dari sebelumnya.

Kedua tangan Deon bekerja sama. Agar tidak mendapat perlawanan, satu tangan Deon menahan kedua tangan Arabella ke atas kepalanya. Sementara tangannya yang satu lagi, segera bekerja untuk merobek atasan wanita itu dengan garang. Ia saat ini sudah sangat 'bersemangat', tetapi gadis yang tidak penurut ini malah meronta. Dia harus membereskan gadis pembangkang ini.

Begitu baju kaos oblong itu robek. Nampaklah pakaian dalam renda hitam membungkus dua 'bukit putih kembar' yang sangat indah. Mata Deon segera menggelap. Pemandangan yang ada di depannya ini membuatnya benar-benar kehilangan kendali, hasrat yang sudah lama ditahan mulai mendominasi seluruh tubuhnya, bahkan pikirannya juga!

Entah karena pakaian dalam berwarna hitamnya yang menghasilkan sensasi yang berbeda ketika dilihat, atau memang Arabella dan seluruh yang ia miliki di tubuhnya yang memang sudah memesona, Deon sudah tidak dapat membedakan lagi gairah yang ia dapatkan ini datang dari mana.

Tangannya yang bebas itu dengan tidak sabar menelusur ke bawah, menyentuh punggung halus Arabella.

'Klik!'

Satu detik berikutnya, terdengar bunyi suara yang menyenangkan di udara; pengikat logam yang mengganggu itu terlepas. Bukit kembar putih itu kini berubah menjadi dua ekor kelinci putih nakal yang melompat dari kandangnya dengan bahagia. 'Puncak' merahnya bergoyang manja sambil memancarkan keindahan warna meronanya, seakan ingin menarik hati yang tengah dipenuhi hasr*t yang menggebu.

Deon Evans Schallert tersenyum puas. Ia mengangkat kepalanya dan terlihatlah matanya yang semerah darah, seperti vampir yang seolah-olah kehabisan darah. Tampak sangat mengerikan dan tampan di waktu yang bersamaan!

"Kau .... Sangat indah." Banyak kata yang ingin diungkapkan Deon, tetapi 'semangat' yang membakar jiwanya tidak menginginkan untuk dia banyak bicara melainkan harus segera bertindak!

Tidak ingin membuang waktu, seakan takut wanita ini akan menggila lagi dan meronta agar dibebaskan, bibir tipis Deon yang dingin hingga di salah satu puncuk merah itu. Awalnya dia masih hanya mengecupnya, tetapi 'semangat' yang ada di dalam dirinya malah menuntunnya untuk tidak hanya sekadar mencium, melainkan dia harus menyesapnya seperti menyesap kandungan nikotin dalam sigaret.