Chereads / Tuan Terhormat dan Istri Sejuta Manfaat / Chapter 20 - Menginginkan anak? Memangnya bersedia .....

Chapter 20 - Menginginkan anak? Memangnya bersedia .....

Di starlight hotel, di pusat kota.

"Presdir, klien itu ada di kamar ini. Kamu lihat sajalah, kamarnya saja kecil begini, klien itu merasa tidak senang, juga tidak berlebihan," ucap Lote saat sudah sampai di depan pintu kamar dengan nomor 3020.

Deon menatapnya dengan mata tajamnya, seakan sedang menyidang Loye. Sekretaris itu pun menyadari mulutnya yang sudah banyak bicara maka cepat-cepat menutup mulut dengan tangannya.

"Eh, presdir, apakah Anda langsung masuk menemui Klien yang ada di dalam? Ini sudah malam perjalanan dari negara Abona ke sini menempuh 6 jam mengudara, mungkin saja beliau sudah tidur. Apa tidak sebaiknya besok saja?"

Maksudnya sebenarnya sangat simpel, Loye hanya ingin mengingatkan Deon secara halus bahwa waktu jam makan malam sudah lewat, jadi sudah tidak cocok lagi untuk mengadakan perjamuan makan malam. Deon seperti apa, memangnya Loye masih belum jelas? Dia tahu dalam otak bosnya ini pasti sedang memikirkan untuk mengajak klien ini makan malam.

Deon mengurutkan kening dan perlahan mengangguk. Ia melihat arlogi yang menggulung di tangan kirinya, sudah jam 11.15 pm. "Memang sudah tidak pantas mengganggunya lagi. Sampaikan saja pesanku pada asistennya, besok pagi sebelum ke perusahaan, aku secara pribadi mengajaknya sarapan bersama di lobi hotel ini."

Setelah mengatakan hal ini, Deon melangkahkan kaki rampingnya. Loye melihat semua usahanya ini akan mati sia-sia, ia pun menggaruk kepala dan dengan cepat bereaksi, "Presdir, tunggu!" Dia menyusul dengan langkah besar.

"Bukankah Anda sudah tiba di sini? Mengapa tidak menemuinya saja dulu? Menunggu sampai pagi baru menyenangkannya, apakah itu tidak terlalu terlambat? Bagaimana jika klien itu berpikir bahwa Anda tidak terlalu menyambutnya lalu proyek kali ini..." Loye menghentikan ucapannya sendiri.

Deon berhenti, dia menatap Loye dengan garang, "Lalu aku harus menemuinya hari ini di waktu yang sudah selarut ini? Bukankah itu malah semakin membuatnya tidak senang?"

"Tapi dia bahkan tidak mendapatkan pesan apa pun dari Anda sejak tiba di Aklesia ini. Bukankah ini hal yang lebih buruk dari segala kesalahan yang sudah diperbuat staff hospitality, tadi?" Loye mengingatkan Deon dengan baik, lalu masih menambahkan, "Kalau Anda datang menemuinya hari ini, dan berterus terang bahwa Anda sama sekali tidak mengetahui kedatangan tiba-tiba ini karena asisten tersebut terlambat menghubungi Schallert Holdings, dan begitu mengetahui kedatangannya, setelah selesai menghadiri pertemuan penting barulah Anda bisa menyempatkan diri menemuinya sekalian memberikan penyambutan hangat yang terlambat, mungkin saja dia masih bisa memaklumi hal ini."

Deon memilah semua perkataan Loye, itu ada benarnya, tetapi bagaimana pun tidak mungkin mengganggu pihak yang sudah beristirahat. Apalgi, di tengah malam seperti ini, mengunjungi kamar seseorang bukanlah pilihan yang bagus. Setelah bertemu, apakah mengucapkan kalimat penyesalan tadi dengan cara berdiri di ambang pintu? Jika harus masuk, malam-malam begini berada dalam kamar seseorang, bukankah malah akan memberikan pandangan buruk? Pria dengan pria berada dalam satu ruangan kamar tidur. Berita ini sungguh ambigu...

Sudah diputuskan, "Pesan padaku satu kamar di sini, besok pagi aku yang secara pribadi mengajaknya sarapan."

"Oh, baiklah." mengingat jarak apartemen Deon ke hotel ini masih harus menempuh 1 jam berkendaraan, tentu saja, Deon yang super sibuk ini pasti memutuskan hal ini. Semua ini sudah diprediksi oleh Loye.

Mata Loye bersinar, teruntuk pertama kalinya dia sangat bangga pada diri sendiri karena sudah membuat keputusan paling benar dalam hidupnya sebagai bukti pengabdiannya pada Tuan Mudanya ini.

Sebenarnya, Loye bisa saja langsung mempertemukan Arabella dengan Deon. Bukankah Deon sendiri yang memintanya untuk mencarikan seorang wanita yang bersedia menjadi istri kontrak untuknya? Tetapi, setelah melihat sedikit cerita hidup Arabella, Loye memiliki pemikiran yang sama dengan Lewi, nyonya besar Schallert, bahwa Bella sangat cocok dengan Deon.

Alasannya sebenarnya sangat sederhana, Bella adalah seorang gadis yang rela mati-matian demi orang yang dicintainya, sementara Deon, adalah sebatang daging yang sudah dimatikan oleh sebuah perasaan cinta.

Loye hanya berharap, keteguhan hati Bella bisa menghidupkan 'perasaan' yang sudah lama mati di jiwa Deon. Jadi dia menginginkan bahwa pernikahan Deon dengan Bella nanti tidak hanya sebatas pernikahan kontrak. Tentu saja, jika wanita itu bukan Bella, Loye juga tidak akan memiliki keinginan yang seperti itu.

_

Waktunya tidak lama, hanya dengan 15menit, sebuah kamar senior suite room.

"Presdir, kamar telah di pesan. Saya akan mengantar Anda ke sana," ucap Loye saat menghampiri Deon yang duduk di ruang tunggu.

Deon mengangkat pantatnya dan langsung berdiri mengikuti langkah Loye.

Sesampainya di kamar, Loye membuka pintu mempersilahkan Deon masuk. Saat sebelum meninggalkan presdirnya sendiri di kamar itu, dengan baik Loye masih berkata, "Besok pagi, saya akan membawa semua perlengkapan yang Anda butuhkan."

Deon mengangguk dengan malas. Ia juga sedikit lelah. Setelah minum sedikit alkohol di acara pertemuan tadi dan meneguk mineral yang selalu tersedia di mobilnya, kepalanya terasa sangat berat. Memang, toleransi alkohol Deon sangat rendah. Benar-benar memalukan jika dia harus menolak ajakan minum sari para kliennya.

"Kalau begitu, Presdir, selamat malam." Loye menutup pintu kamar dengan hati-hati.

Begitu pintu ditutup, Loye berjalan menjauh dari kamar Deon sambil tersenyum licik.

Dia sungguh tidak tahan, dan mencibir, "Carikan aku istri! Pastikan dia bisa memberiku anak!" Loye mengikuti cara bicaranya Deon. Di detik berikutnya, dia berkata, "Huh, memangnya bisa akan muncul anak jika tidak 'dibuat'? Presdir ini biasanya sangat pandai, tetapi dalam hal ini malah sangat kaku. Memangnya jika seorang istri itu sudah ditemukan, memangnya sebagai suami apakah Presdir akan melakukan kewajibannya, yaitu menghangatkan ranjang istri?"

Seharusnya menurut sifat dari Deon, itu tidak akan mungkin terjadi jika pria itu masih dalam akal yang normal. Jangankan untuk 'tidur bermesraan' dengan wanita, hanya tangannya tanpa sadar telah melakukan hubungan kontak fisik dengan seorang wanita, Deon pasti langsung menyuci tangannya bersih-bersih dan akan membuang segala benda yang sudah disentuh wanita itu. Jika demikian, datang dari mana seorang anak yang ia katakan itu?

Loye tertawa semringah, "Presdir, jadi aku bantu sedikit, tidak apa-apa kan? Tidak perlu berterima kasih!"

Setelah mengatakan itu, Loye meninggalkan kamar. Semuanya sudah diatur dengan sempurna, dia hanya perlu menunggu besok pagi untuk mendapatkan berita yang luar biasa.

~

Sementara itu, Deon semakin merasa tidak nyaman. Dia seperti cacing yang bertemu matahari, sangat panas. Seluruh kulitnya seperti sedang dibakar. Dia merasa sangat haus tetapi malah tidak ada air di sini.

Deon membuka seluruh bajunya dan akal sehatnya masih membantunya untuk memasang pendingin udara dengan suhu yang paling rendah, tetapi dia tetap malah merasa kering dan panas. Dia seperti sedang menanti sesuatu, ada rasa haus yang datang dari dalam dirinya.