Di tengah gelora yang sedang bergelombang di jiwanya, tiba-tiba pintu diketuk dari luar. Mata tajam Deon menyipit dan terdengar helaan nafas lega.
Dia sangat yakin, yang datang adalah Loye. Mungkin saja sekretaris 'pembangkang' itu menyadari kalau dirinya sudah membawa ponsel Deon. Secara sadar, Deon menghela napas. Tadi, saat dirinya merasakan bahwa perasaannya sungguh tidak nyaman, ia cepat-cepat mencari ponsel di sakunya untuk menghubungi dokter, tetapi yang dicarinya malah tidak ada.
Dia sangat tidak puas dengan sekretarisnya ini, sehingga mengumpatinya dengan kesal, "Tunggu di sana dan terima bagianmu nanti," ucapnya sambil menuju pintu dengan jalan yang sempoyongan.
Di luar, Arabella yang mendengar itu menjadi tegang. Dia sedikit bergidik ngeri dan intuisi membawanya untuk segera kabur. Tetapi ..... dia malah sudah menerima uang dari pembeli misterius yang memborong semua 'kondom' dagangannya.
Setengah jam yang lalu, pemilik toko dewasa tempatnya biasa mengambil barang, menelepon dia dan berkata dengan sangat bergembira, "Ada kabar baik, ada kabar baik."
Arabella menjadi sedikit penasaran, ia menaikkan sudut bibirnya dan berkata, "Benarkah? Bos, kabar baik apa yang terjadi?"
"Begini Arabella, tadi ada pelanggan yang membeli barang dagangan kita. Dia memintamu mengantarnya ke kamarnya yang ada di hotel starlight, yang ada tepat di belakangmu berjualan." Suara pria itu masih sama semangatnya seperti sebelumnya.
Arabella merasa aneh dengan ucapan pemilik toko ini. Ia berkata dengan hati-hati, "Bos, jika dia meneleponmu untuk meminta barang, kenapa tidak kau kirim saja langsung barang yang ada di tokomu? Jika itu aku yang memberikan padanya, bukankah ini artinya barang daganganku yang laku karena barang-barang ini sudah ter-anggap sebagai barang daganganku yang aku beli darimu."
Pria yang ditelepon menjawab dengan tidak sabar, "Yang kau katakan memang benar, dan aku sedang memberikan peluang padamu."
Kening Arabella berkedut, "Bisakah lebih jelas lagi?"
Dengan sabar, pemilik toko itu menjawab, "Jadi begini, pria itu menelepon ke tokoku. Dia meminta permintaan yang sangat aneh, yaitu, dia akan memberikan bayaran yang tinggi asalkan yang mengantarkan 'pengaman' itu seorang wanita. Aku tidak memiliki pelanggan wanita, jadi kamu saja. Itupun kalau kau mau mengambil kesempatan ini."
Arabella menjadi sedikit marah mendengar itu, dia langsung berbicara dengan tidak sopan, "Saya tidak akan mau, jika kau mau, kau ambil saja kesempatan ini untukmu. Lagi pula, dia berkata akan memberikan bayaran yang mahal dengan syarat seorang wanita yang harus menghampiri kamarnya dan memberikan barang itu, dan kau percaya begitu saja? Bagaimana kalau ini hanya triknya dan setelah itu menarik tanganku ke kamarnya dan melakukan hal yang tidak bermoral? Permintaan gila seperti ini pun, kau masih mendengarkan."
Pemilik toko itu sedikit terkejut dengan nada bicara Arabella, ia menyerngit sebentar tapi langsung menjelaskan, "Arabella, kamu salah paham. Aku bisa menjamin, pria itu tidak memiliki maksud buruk. Di setiap koridor, ada CCTV, mana mungkin dia menarikmu dengan sembarangan. Memang dia memiliki tujuan dengan meminta wanita yang harus mengantar 'barang' itu, meski tidak mengatakannya secara langsung, aku hanya sekadar menebak saja, sebab yang dia inginkan adalah, kau mengantar kotak itu dan berbicara sedikit keras dengan memanggilnya 'sayang' agar mantan kekasihnya yang ada di kamar sebelah bisa mendengar."
"Apakah seperti itu?" Bella sedikit meragukan ucapan itu. Dia menambahkan lagi, "Jika aku memanggilnya sayang, bukankah jika dia melakukan tindakan buruk, maka laporanku tidak akan berguna?"
Pemilik toko itu langsung membantah, "Mana mungkin! Tidak ada yang memintamu untuk masuk ke kamarnya, bukan? Kau cukup berdiri sedikit lebih jauh dari pintiu, jadi dia tidak akan bisa mencelakaimu? Dengan kau berdiri sedikit menjauh dari pintu kamarnya, maka mantan pacar si pembeli ini malah bisa mendengar suaramu lebih jelas, bukan? Jika dia berjalan mendekatimu, maka kau tinggal lari saja. Dia berkata akan membayarmu 100 juta, asalkan dapat memanggilnya sayang."
Setelah pemilik toko itu menyebutkan angka 100juta, mata Arabella langsung berbinar. Ia tidak lagi fokus dengan ucapan berikutnya.
"100 juta?" ulang Arabella dengan hati-hati. Ia sebenarnya sangat bersemangat tetapi malah terlihat seperti acuh tak acuh.
"Benar, 100juta. Uang itu bahkan akan masuk ke rekeningmu sekarang asal kau menjawab 'bersedia'."
Arabella terdiam sebentar.
100 juta, itu adalah angka yang sangat besar. Itu bahkan sudah mencapai setengah dari biaya operasi ginjal ibunya, dia tinggal memikirkan 100 juta kekurangannya.
"Arabella, apakah kau masih di sana?" tanya pemilik toko itu.
Melihat Arabella yang hanya diam saja dan masih tidak memberikan jawaban, pemilik toko itu menjadi sedikit khawatir. Ia tahu, Arabella membutuhkan uang, sehingga melakukan 3 pekerjaan dalam sehari, sehingga mengiyakan permintaan pembeli misterius itu tadi bahkan sebelum mengatakannya pada Arabella. Niat awalnya memang murni hanya untuk membantu Arabella, tapi siapa yang menduga, di detik berikutnya, pembeli itu malah sedikit tidak sabar, dia mengatakan dengan tegas, "Kau sudah berkata akan mengirikan sales perempuan padaku, jika kau membuatku marah maka jangan harap tokomu ini masih bisa beroperasi lagi."
Mengingat hal itu, seluruh tubuh pemilik toko itu menjadi menggigil. Tadi, ia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menolak.
"Hm... iya, aku masih mendengarkanmu," jawab Arabella acuh, akan tetapi, satu detik setelahnya, ia berkata, "Baiklah, aku setuju. Tapi ingat, jika terjadi sesuatu yang buruk menimpaku, maka yang bertanggung jawab dalam hal ini adalah dirimu. Aku sudah merekam percakapan kita."
"Ughh.... baik." Pria itu menjawab dengan tidak rela.
Arabella memutuskan panggilan telepon itu. Saat sedang mencari kamar si pembeli sesuai nomor kamar yang dikirim pemilik toko itu, notifikasi ponselnya berbunyi. Arabella melihat sebentar dan rupanya orang itu sudah mentransfer uang yang dijanjikan.
Beberapa menit yang lalu, dia masih sangat bersemangat, tapi setelah mendengar suara yang berat dan sedikit menakutkan dari dalam, Arabella mendadak merinding.
Bagaimana ini? Benarkah jalan yang kupilih ini?
Keringat mulai membasahi keningnya.
Jika karena dia sedang memerlukan uang untuk biaya operasi ibunya, mati pun, dia tidak akan melakukan hal ini. Dia sangat ketat dalam penjagaan diri, tawaran apa pun itu yang tidak masuk akal, dia mana mungkin tertarik. Hal ini merupakan salah satu tawaran yang tidak masuk akal itu, meskipun hanya mengantarkan 'pengaman' ke kamar pria, logikanya tetap mengatakan kalau ini sangat tidak wajar.
'Klik...' Terdengar beep suara pintu yang dibuka.
Sebelum pintu pintu bergerak untuk terbuka, Arabella sudah mundur dengan 3 langkah ke belakang.
"Kenapa kau sangat lama? Mana ponselku? Cepat panggilkan dokter! Aku sungguh tidak nyaman," teriak Deon begitu ia membuka pintu itu lebar-lebar.
Di bawah cahaya lampu koridor yang 'warm white', Arabella dapat melihat dengan jelas fitur wajah pria ini meskipun beberapa anak rambutnya yang panjang menutupi dahi hingga matanya. Untuk sesaat dia terpana. Di dalam hidupnya, baru kali ini dia secara langsung melihat pria dengan garis rahang yang sangat sempurna, bahkan idol yang selalu muncul di layar tv, majalah, dan poster-poster, masih kalah dengan sosok yang ada di depannya ini.