Chereads / Lan Untuk Dira / Chapter 4 - ciuman pertama Lan dan Dira

Chapter 4 - ciuman pertama Lan dan Dira

Dira masih memikirkan buket bunga mawar pink dari Lan. Bukan buketnya yang mengganggu pikirannya, tapi pesan dari buket itu. Lan memilih menjauhi Dira dalam jamuan makan siang.

Keduanya menjaga jarak, mencoba tidak melihat,menolak bertegur sapa walau dipapas kan oleh sang waktu yang mencoba menyulam harap mengukir kisah percintaan keduanya. Rupanya ego lebih mampu memenangkan segalanya.

'halo Kemal?aku tidak keluar untuk hunting aksesoris!"

"hah dasar pemalas.tidur saja kerjaan mu. Tak bisa kah kau keluar dan membeli apa gitu buat ibu bapakmu? Jangan kau durhaka, belilah buat ibu mu daster atau sandal jepit buat ke pasar"

"baiklah!"jawab Dira mengakhiri video call itu dengan semangat dari Kemal.

Malam begini Dira sebenarnya malas untuk keluar. Tapi Dira ingin memberi sesuatu pada mereka mereka yang dia sayangi di Jogja sana.

Malam itu Dira menikmati kelip bintang kota Jakarta yang nyalanya tidak seterang di kampung halamannya. Dira lebih menikmati belanja di Asemka dari pada di Tanah Abang. memilih beberapa keperluan dapur yang canggih agar ibunya makin semangat masak di dapur. setelah mendapat apa yang di mau Dira berniat bergegas kembali ke hotel.

"kamu!" batin dira saat melihat Lan juga memasuki lift di Asemka.

"Dira!" Lan pun tidak kalah terkejut karena malam begini melihat Dira seorang diri.

Mereka memilih diam dalam kerumunan orang di dalam lift.beberapa ABG berlalu dari lift menyisakan Dira dan Lan.lift tertutup. mereka diam .dira terlihat sinis dan Lan nampak tenang dengan sikap Dira.

mereka ibarat 2 insan yang tidak saling mengenal,bahkan lebih tepatnya lagi tidak saling melihat.

tiba tiba lift itu berhenti.

pijar lampu mulai menari antara menyala dan padam bergantian. Dira kaget dan mendekatkan tubuhnya ke Lan. Lan berniat mengeluarkan Hp dan menyalakan senter, tapi melihat Dira cemas membuatnya menikmati detik detik kemenangannya.

mereka begitu dekat. Entah setan apa yang merasuki Lan, kedua tangannya memegang pinggang Dira dengan lembut, Dira pun menikmati sentuhannya.membiarkan jemari Lan merengkuhnya. mereka saling pandang, mata mereka ibarat kutub utara dan selatan pada 2 magnet yang masih baru di buat.

saling menarik satu sama lain.begitu dekat , dekat dan Dira pun memejamkan matanya,Lan mendaratkan bibirnya tepat di bibir Dira.

Mengecup bibir itu pelan,sangat lembut dan pelan, rasanya manis.batin Lan.kemudian sedikit melumatnya. aliran darah dira yang berbalik arah, entah kenapa dira berani membalas kecupan lembut Lan dengan lumatan. Berawal lembut, halus hingga me liar bersama dalam lenguhan Dira yang membuat Lan makin liar menikmati bibir gadis yang belakangan kerap singgah dalam hari-harinya.

ciuman mereka begitu tenang dalam kesadaran. kedewasaan dan kebijaksanaan,saling tertarik satu sama lain,saling mengimbangi, bila Lan diam, Dira melumat,bila Dira diam lan yang melumat dan kadang melumat bersamaan bergantian,sedikit memainkan lidah mereka dalam menjilati lawan jenisnya. dan terhentikan oleh suara Thing, pintu lift terbuka. mereka melepaskan diri dari aliran nafsu.Lan menjilati genangan air di bibirnya yang entah punya siapa "Kenapa pintu lift itu tidak padam lebih lama!" batin Lan.

Dira memegang bibirnya yang terasa tebal, detak jantungnya masih berguncang tak karuan membuat aliran darah terpompa berlawanan dari biasanya. suasana hati mereka kalang kabut dalam protes akan kebutuhan biologis yang meraung raung menuntut lebih.

Lan masih bisa merasakan aroma bunga rose dari rambut Dira. dan rasa manis bibirnya. Mereka menyusuri jalanan ibukota dalam diam nyaris tanpa suara apapun hingga sampai di kamar masing-masing.

"Dira... aku ."Lan memulai percakapan sebelum Dira memasuki kamarnya, namun gelengan kepala Dira membuat Lan berhenti berucap. dia melihat Dira masih memegangi bibirnya dan berlalu dari hadapannya. buket mawar pink masih tergeletak di kamarnya.

Dira melemparkannya di tempat sampah dengan geram. Tak lama kemudian di dipungutnya buket bunga itu,. Dira tersenyum dalam sipu malu. ada getaran aneh yang mulai menyapa hatinya . sebuah getaran yang meluluh lantahkan rasa marah dan sebelnya pada Lan.

Lan menatap wajahnya di cermin, di lihat bibirnya, masih ada warna nut tersisa,buru buru dijilatnya, dan desiran hatinya kembali membawanya pada kejadian di Lift barusan. seluruh tubuhnya menegang. 'Dira... Dira.... kamu adalah pencium yang handal." batin Lan. dia mampu memainkan keadaan dari malu menjadi mau,dari pelan menjadi liar. ini adalah kali pertama Lan menciumi bibir perempuan.

selama 5 tahun dia hidup dalam hinaan dan makian para gadis. dia tidak mengira,bahwa gadis yang dulu dia beri label terlalu berani tidak feminim,tidak lemah lembut,terlalu frontal justru menjadi perempuan yang mendidihkan urat urat nafsunya.

Namun aksi diam Dira membuat misteri besar buat Lan.

apakah dia suka?

ataukah dia marah? begitu ambigu dalam aksi membisunya. "Bila dira marah pasti sudah menamparku". gumam Lan.

Apa Dira menyesali pergulatannya? atau terpana akan rasanya? sejuta pertanyaan membuat Lan berada di zona abu abu, zona antara dira menikmati ciumannya dam zona dira tidak menikmati ciumannya...

yaitu zona entahlah.

perjalanan kembali ke Jogja, Dira memilih menjauh dari Lan. Duduk dengan mahasiswa lain .Lan pun memilih duduk dengan Pak Lavi rektornya. membicarakan kemajuan kampus dan prodi lain ke depan.

Dira melihat HP nya berbunyi.dari nomor baru , namun saat diangkat ,telpon itu berhenti memanggil.bersamaan dengan itu ada WA masuk dari nomor telepon yang sama.

"kamu tidak memakai pakaian dalam khan?

Dira terbelalak.pandangannya tertuju le belakang. Lan tersenyum tenang seolah olah tidak berbuat apa apa.

"Kok tahu nomor ku?!"ketik dira

"baru saja dikasih pak Lavi!"jawab Lan

"kamu tidak cerita apa apa khan?"

'Ya tidak lah.Gila apa"

"kembalikan apa yang sudah kamu ambil Lan, aku tidak suka."

Tapi aku suka. masih untung koper dan tas mu aku kembalikan dan aku hanya ambil 1 saja. merah muda.

"aku akan balas perbuatan mu ini!cam kan itu!" dira mengetik dengan rasa muak dan marah

"ambil saja semau mu gak usah ijin,boleh kok pinky!"Lan membalas

Lan menikmati permainannya. Dira makin cantik kalau lagi ngambek. matanya terbelalak lebih lebar.dan bibirnya bergerak gerak ke kanan dan ke kiri seirama dengan gemeratak giginya yang saling beradu.

Dira menyimpan sebuah dendam dan upaya untuk memberi Lan pelajaran, tapi apa ? otaknya seolah buntu dan tidak mau berjalan untuk bekerja menghasilkan sebuah ide cemerlang.

sesaat Lan teringat kejadian di Lift, lidah dira yang begitu manja memainkan lidahnya" dia benar benar perayu ulung. aku tidak akan tergoda" batin Lan membuyarkan lamunannya sendiri.