Nyaris saja bibir Luo mendarat di bibir Agatha. Sayangnya, sebuah ketukan di pintu Luo membuat Luo mengurungkan niatnya dan mengatur jarak aman antara dirinya dan Agatha.
"Shit!" maki Luo yang mendapat lirikan maut dari Rei,"masuk!" perintah Luo.
Tampak Vania sedang membawa beberapa berkas di tangannya. Luo tau, hari ini ada beberapa berkas yang harus Luo tanda tangani. Seharusnya sebagai sekretaris Vania tau diri, saat ini Luo sedang bersama tunangannya.
"Maaf mengganggu. Tapi ada beberapa berkas yang segera memerlukan tanda tangan anda, Pak" kata Vania membuat Luo menghela nafas dan kembali ke tempat duduknya di belakang meja kerjanya.
"Seharusnya kamu kembali satu jam lagi" kata Luo pasrah.
"Maaf Pak. Beberapa klien kita sedang menunggu filenya untuk segera di kirim. Karena besok, kita harus segera bertemu dengan beberapa pihak investor untuk membahas masalah pendanaan pembangunan gedung terbaru Fernandez group di pulau Kalimantan." Jelas Vania,
"Besok, aku harus menemani tunangan ku fitting gaun pengantin. Kosongkan jadwalku" pinta Luo,
"Tapi, Tuan Bara berpesan agar anda tidak membatalkannya dengan alasan apapun"
"Shit!" maki Luo lagi, dia melirik Agatha. Merasa tidak nyaman dengan keputusan yang dibuat oleh ayahnya.
Bara, sang ayah, selalu ingin menang sendiri. Luo tidak bisa berkutik. Jika itu Bara yang memerintahkan, mau tidak mau Luo harus menyetujuinya. Karena bisa saja mengancam keselamatan Rei yang kini sedang terbaring tak berdaya di Panti. Luo tidak ingin egois, dia harus mengorbankan kesenangan Agatha untuk keselamatan Rei. Luo harap Agatha mengerti.
"Baiklah. Kamu atur saja!" putus Luo membuat Vania tersenyum puas,
"Baik Pak" kata Vania yang kini tersenyum penuh kemenangan,"Pak, bagaimana kalau saya bantu untuk reservasi butik langganan keluarga Fernandez. Bapak bisa datang di hari itu, dan memesan gaun yang diinginkan. Menurut saya hal itu lebih praktis, Bapak tidak perlu datang ke butik, biar mereka yang datang ke sini. Jadi tidak menganggu jadwal Bapak dan bisa hemat waktu" lanjut Vania sembari memberikan usul ke pada Luo agar Luo bisa mewujudkan keinginannya secara bersamaan.
"Ide bagus. Aku setuju. Kalau begitu, tolong kamu bantu aku reservasi untuk besok. Terima kasih ya Vania"
"Sama-sama Pak" sahut Vania,
"Kamu bisa kembali ke ruangan kamu. Jika semua sudah selesai, kamu boleh segera pulang" kata Luo membuat Vania tersenyum dan segera meninggalkan Luo dan Rei berdua di ruangannya,
Luo mengahmpiri Rei yang kini menatap kepergian Vania. Siapa yang tidak insecure dengan Vania, payudara yang cukup besar, pantat yang berlenggak-lenggok saat berjalan, rambutnya hitam legam sebahu, pinggulnya yang ramping dan kakinya yang panjang. Sungguh Vania tipe ideal setiap pria dewasa. Sayangnya, apa yang dimiliki Vania tidak dimiliki Rei di dunia nyata.
"Kamu kenapa lihat Vania seperti itu?" tanya Luo.
Rei yang kini sedang insecure dengan tubuhnya tersenyum masam,
"Dia sangat cantik. Apakah kamu tidak pernah tergoda ke padanya?" tanya Rei ingin tahu dengan jawaban Luo yang kini menatapnya intens. Luo mengangkat satu sudut bibirnya. Kemudian mendekat ke arah wajah Agatha, tunangannya.
"Kamu ingin tahu jawabannya?" tanya Luo membuat Agatha alias Rei menganggukkan kepalanya dengan sangat antusias. Luo meraih dagu Agatha, kemudian mengecup bibir kekasihnya.
Rei membelalakkan kedua matanya. Dia tidak menyangka Luo akan berbuat hal itu ke padanya. Refleks, Rei memegang bibir Agatha yang baru saja dikecup Luo. Luo mendorong tubuh Agatha untuk jatuh ke atas sofa, menindih tubuh Agatha. Kini Luo tidak hanya mengecup, tapi Luo mulai melumat bibir Agatha. menikmati bibir ranum yang semerah buah cherry. Mendapat serangan tiba-tiba dari Luo, membuat Agatha mengalungkan satu tangannya ke leher Luo dan tangan Agatha yang lain meremas pinggul Luo yang terbalut kemeja berwarna putih. Awalnya Luo melumat bibir Agatha dengan pelan, kini lumatan itu berubah semakin ganas. Bahkan Luo meminta Agatha untuk menjulurkan lidahnya, meminta akses untuk masuk ke dalam mulut Agath, mengabsen satu per satu rentetan gigi Agatha.
"Nggh-" Agatha melenguh, membuat Luo semakin hilang kendali. Tangan Luo mulai bergerak membuka kancing bagian depan dress Agatha, membuat bra putih milik Agatha terlihat dan menggoda hasrat Luo.
Luo melepas tautan bibir mereka, beralih mencumbu leher Agatha yang putih. Lidah Luo terjulur, membasahi leher Agatha.
"Luo" panggil Rei,
"Hmm,"
"Apa kamu berniat melakukannya di sini?" tanya Rei yang kini tengah merasakan sensasi baru dalam hidupnya. Jujur saja, Rei tidak pernah melakukan hal itu bersama pria manapun. Bisa dibilang, Rei masih perawan.
"Apa kamu keberatan?" tanya Luo dengan nada yang memberat,
"Aku hanya merasa ini aneh. Kita melakukannya di tempat, dimana semua orang bisa masuk dan melihat kita melakukannya. Bukankah, itu sangat tidak nyaman?" tanya Rei balik.
"Kamu benar. Maafkan aku" sesal Luo yang kini merapikan kancing yang telah dia buka."Kalau begitu. Kita lanjutkan di apartemen saja" sambung Luo,
Rei panik. Dia tidak ingin melakukannya. Sungguh, Rei masih awam dengan hal ini. Jika Agatha pernah melakukan hal itu, Rei kebalikannya. Rei tidak ingin Luo kecewa. Rei tau, Agatha tidak menjaga kesuciannya, Rei tidak ingin Luo kecewa dengan hal itu.
"Luo" panggil Rei, jujur saja Rei ingin menangis saat ini. Antara malu dan takut.
"Hmm, kenapa?" tanya Luo yang menyadari perubahan sikap Agatha ke padanya.
"Aku-, aku takut kamu kecewa. Kamu kan tau, aku tidak sebaik wan-"
Luo membungkam mulut Agatha dengan bibirnya. Luo melumatnya lebih ganas, membuat bibir Agatha menguarkan rasa asin yang menguasai indera perasa Luo. Luo membuat Agatha alias Rei kehabisan nafas, bahkan kini mereka telah berganti posisi. Tubuh Agatha berada di atas tubuh Luo, Luo melepas tautan bibir mereka untuk kedua kalinya, nafas mereka berdua saling bersahutan, seolah sedang berebut oksigen untuk bernafas.
"Aku sudah mengatakannya, kamu dan aku akan memulai segalanya dari awal. Dari nol. Aku tidak peduli keadaan mu sebelumnya. Aku harap kamu juga begitu. Kita berdua, akan melewati pahit dan manis bersama-sama mulai saat ini. Jangan berfikir apapun tentang keburukanmu, karena itu sama saja kamu meragukan kepercayaan ku. Mengerti?" jelas Luo membuat Rei mengeluarkan air matanya, terharu dengan apa yang Luo katakan. Luo menghapus air mata Rei yang keluar dari mata Agatha dengan bibirnya. Luo mengecup aliran bulir air mata Agatha.
Rei tidak tahu, dia harus senang atau sedih. Rei takut, jika Tuhan mencabut rasa nyaman yang telah dia rasakan saat ini. Bagaimana jika Agatha bangun? Apakah Luo akan memilihnya? Rei tidak ingin kehilangan Luo, seseorang yang mencintainya setulus hatinya. Akankah semua berbalas jika Agatha bangun dan kembali ke dalam tubuhnya?
Rei tidak tahu, Rei hanya bisa berharap Tuhan baik, Tuhan memilihkan apa yang dibutuhkan Rei dalam dunia fana ini.