Rei kini menghempaskan tubuhnya ke atas sofa. Dia tidak menyangka hari ini akan bertemu Lisya dan mengatakan semuanya tentang kebenaran yang sebenarnya hanya dirinya sendiri yang tahu. Rei merasa sedikit legah karena bisa membagi apa yang selama ini menjadi beban di hatinya. Rei mencoba memejamkan mata, dia ingin rehat sejenak dari lelahnya permainan panasnya dengan Luo semalam.
"Akh, tubuhku lelah sekali" keluh Rei yang kini mencoba bangun dari posisinya dan segera menuju ke arah dapur untuk mengambil segelas air dingin di dalam kulkas.
Ketika Rei menuangkan air ke dalam gelas, terdengar suara pintu apartemennya terbuka. Tampak Luo yang masuk ke dalam apartemennya dengan membawa beberapa paper bag di tangannya. Luo segera menghampiri Rei dan mengecup kening Agatha kemudian Luo meletakkan paper bag di atas meja makan.
"Kamu kok sudah pulang?" tanya Rei bingung,
"Aku merindukanmu" jawab Luo yang kini mulai menggoda Agatha dengan memeluk tubuh Agatha dan merasakan wangi shampoo yang menguar dari rambut kekasihnya.
"Aku serius. Ini bukan jam pulang kantor" desak Rei menuntut jawaban dari Luo.
"Ehm. Aku sedang malas bekerja, Aheng dan Naraka saat ini membuatku malas bekerja dengan terus meledek ku saat di kantor" aku Luo,
"Memangnya ada apa? Bukannya kamu sangat sibuk akhir-akhir ini?" tanya Rei penasaran dengan apa yang terjadi dengan kekasihnya,
"Hmm, aku memang sibuk. Hingga aku tidak memperhatikan kamu" jawab Luo membuat Rei kebingungan, menurutnya Luo selalu memiliki waktu baginya.
"Ish! Sejak kapan kamu semanis ini?" sindir Rei membuat Luo melepas pelukannya dan menatap intens Agatha,
"Aku akan sangat manis saat jatuh cinta" jawab Luo yang kini mulai menundukkan wajahnya dan meraih bibir Agatha.
Luo melumat bibir Agatha, membuat Rei kelabakan dengan apa yang Luo lakukan secara tiba-tiba. Luo mengangkat tubuh Agatha dan membuat Agatha duduk di sebuah meja, Luo terus menyesap bibir Agatha membuat kekasihnya memejamkan kedua matanya. Menikmati cumbuan Luo di bibir Agatha. Luo meletakkan tangannya di pinggul Agatha, sembari terus melumat bibir Agatha tanpa ampun. Hingga akhirnya bel pintu apartemen mereka berbunyi. Mengiterupsi kegiatan mereka berdua, Luo tampak enggan mengakhiri apa yang dia perbuat, hingga Rei harus memaksa Luo untuk mengakhirinya dengan mengigit bibir bagian bawah milik Luo.
"Akh! Sakit Sayang!" protes Luo yang kini memegang bibirnya,
"Maaf. Aku hanya tidak ingin tamu kita menunggu terlalu lama" aku Rei, membuat Luo mencuri satu kecupan di bibir Agatha kemudian bergegas membuka pintu untuk tamu mereka.
Luo membukakan pintu apartemennya untuk tamu yang tak diundang. Tampak Vania yang kini sedang berdiri dan membawa beberapa paper bag di tangannya,
"Ehm, Vania. Ada perlu apa?" tanya Luo yang kini tampak kebingungan dengan kedatangan Vania di apartemennya. Luo tidak ingin Agatha salah paham dengan apa yang terjadi saat ini, dulu Vania adalah salah satu alat pemuas nafsu Luo sekaligus teman kuliah Luo saat mereka berdua kuliah di luar negeri. Jika saja tidak ada Agatha, mungkin Vania yang akan menjadi tunangan Luo saat ini, sayangnya keluarga Vania tidak memiliki pengaruh yang besar di dunia politik, berbeda dengan keluarga Gianina yang terkenal memiliki pengaruh yang besar di dunia politik. Sehingga membuat Bara lebih memilih Agatha untuk mendampingi putera semata wayangnya.
"Aku membawa beberapa kotak makan siang yang mau aku taruh di dalam kulkas mu, sudah lama aku tidak memasak untukmu. Kenapa kamu tegang seperti itu? Aku hanya ingin menebus kesalahan karena terlalu lama berada di luar negeri" tanya Vania yang kini menggunakan bahasa non formal karena mereka berdua sedang tidak berada di dalam lingkup pekerjaan.
"Tapi, di dalam-"
Vania segera bergegas masuk tanpa mendengarkan apa yang akan Luo katakan, Vania menuju kea rah dapur. Vania tampak terkejut melihat Agatha yang duduk di meja dapur, lebih tepatnya pura-pura terkejut, karena dia bisa melihat keberadaan Agatha melalui bibir Luo yang membengkak.
"Hai Gatha!" sapa Vania,
"Hai" sapa Rei yang mengernyitkan dahi melihat kedatangan Vania di apartemennya, sangat berbeda dengan Vania yang dia temui di kantor Luo beberapa hari yang lalu.
"Kamu sepertinya kaget? Bukannya aku sudah biasa seperti ini?" tanya Vania,"kamu kan tidak bisa memasak untuk Luo, jadi aku membelikan beberap makanan instan untuknya. Kamu tinggal memasukkan makanan ini ke dalam microwave dan makan deh! " lanjut Vania membuat Rei menatap Luo penuh dengan tanya.
Jujur saja, Rei tidak menyukai Vania. Tingkahnya seolah-olah paling mengenal Luo. Pantas saja, Agatha berprilaku buruk karena Luo memperlakukan Agatha seperti itu.
"Oh. Begitu, sepertinya kamu mengenal Luo dengan sangat baik" kata Rei yang kini menatap Vania dengan sinis,
Luo menelan ludah. Dia tahu, saat ini kekasihnya sedang cemburu dengan Vania.
"Tentu. Karena kami mengenal sejak kami berdua masih kuliah" papar Vania yang kini tersenyum penuh kemenangan di depan Agatha alias Rei.
"Bagus deh kalau gitu! Jadi aku nggak perlu susah-susah masak setiap hari buat Luo" sahut Rei membuat Vania menghentikan kegiatannya dan berbalik menghadap kea rah Agatha,
"Kamu bilang apa barusan?" tanya Vania,
"aku bilang, bagus deh kalau ada yang perhatian sama tunangan aku. Jadi aku tidak perlu susah-susah masak setiap hari buat Luo. Kenapa memangnya?" tanya Rei,
"Kamu masak? Jangan bercanda" sanggah Vania yang tidak mempercayai apa yang Agatha katakana ke padanya," kamu dan aku itu sama. Kita berdua sama-sama tidak bisa masak, bahkan kamu tidak pernah peduli dengan Luo. Mau dia makan apa, kerja sampai jam berapa, bahkan kamu tidak pernah menyiapkan baju Luo" jelas Vania pongah, membuat Rei menghela nafasnya dan menghampiri Luo yang berdiri tidak jauh dari Vania.
"Sekarang, aku tau kamu seperti apa. Kamu hanya pria manja, yang memerlukan wanita untuk jadi babu kamu. Bagus deh, kalau kamu tunjuk Vania sebagai babu kamu. Sayangnya, aku tidak mau jadi babu kamu, aku maunya jadi isteri kamu" kata Rei yang mengalungkan kedua tangannya di leher Luo.
"Maksud kamu?" Vania, yang kini mencoba menghampiri Agatha,
"Kamu sudah dengar kan Kak, aku ini calon isterinya Luo. Aku sudah tidak memerlukan niat baik kamu untuk memperhatikan Luo. Karena aku sudah mulai memperbaiki diri aku. Aku tidak akan mengulang kesalahan aku untuk kedua kalinya, aku sudah bisa masak jadi aku tau Luo ingin makan apa setiap harinya, terus aku dan Luo sering berkomunikasi sehingga aku tau tiap hari dia mau pulang jam berapa, dan yang paling penting, setiap hari aku bangun pagi untuk menyiapkan segala kebutuhan Luo" jawab Rei yang kini membuat wajah Vania pias dan memerah karena menahan amarahnya.
"Luo?" panggil Vania yang kini meminta penjelasan dari Luo,
"Van, aku dari tadi sudah mencoba memberitahu kamu. Tapi sepertinya kamu terlalu bersemangat hari ini." Jawab Luo membuat Vania menggigit bibir bagian bawahnya. Merasa kecewa dengan apa yang dikatakan Luo kepada dirinya.