Rei tidak menyangka pertemuannya dengan keluarga Agatha berlangsung dengan sangat membosankan, membuat Rei duduk dengan gelisah di samping Luo. Bagaimana dia tidak merasa bosan, obrolannya hanya seputar harta dan tahta, hal yang tidak Rei miliki dalam hidupnya. Setelah melakukan obrolan tanpa arah alias basa-basi, Roynce mempersilahkan Luo untuk makan malam bersama keluarganya.
Tidak banyak yang Luo tau dari keluarga Agatha, dia hanya tau jika Agatha ingin melakukan pertunangan dengannya karena Agatha mengajukan hubungan simbiosis mutualisme ke pada Luo dengan satu syarat, mereka berdua harus tinggal dalam satu atap. Luo yang membutuhkan hubungan terikat dengan seorang wanita untuk mengelabuhi ayahnya menyetujui apa yang Agatha inginkan. Hingga akhirnya, Agatha mulai jatuh cinta dan mencari tahu apa alasan yang membuat Luo bersikap dingin kepadanya. Luo mencintai seorang gadis yatim piatu yang tinggal di panti asuhan milik keluarga-nya.
Luo disadarkan oleh sebuah pertanyaan oleh Roynce, membuat Luo kembali ke alam sadarnya.
"Luo? Apa kamu mendengarkan apa yang Om katakan?" tanya Roynce,
Luo tergagap. Dia tersenyum kikuk. Menyadari kesadarannya yang tiba-tiba menghilang sesaat.
"Maaf Om, saya tadi tidak fokus" aku Luo,
Roynce memaklumi hal itu, dia sangat menyadari tingkat kesibukan Luo yang diluar rata-rata.
"Mungkin Kak Luo sedang banyak pikiran Ayah, karena tunangannya sedang pura-pura amnesia. " sindir Alena membuat Rei menghentikan sendoknya di udara.
Rei meletakkan sendoknya di piringnya. Menatap Alena dengan tenang, sedari tadi kehadirannya dianggap angin. Sekarang, tiba-tiba Alena menyerangnya dengan menuduhnya sedang berpura-pura amnesia. Rei tidak berbohong, dia hanya berusaha bertahan hidup dengan menjadi Agatha di dalam tubuh Agatha. Tentu saja, Rei tidak mengetahui apapun tentang Agatha dan dunianya.
"Sepertinya Kak Alena terlalu menyayangi aku. Aku sedang dalam keadaan sakit, secara fisik aku memang sedang dalam keadaan sehat. Tapi ingatan ku belum pulih benar, maafkan aku Kak. Bahkan, aku tidak bisa mengingat Kakak di dalam memory ku" jelas Rei,"atau, rasa sakit yang Kakak berikan terlalu banyak" lanjut Rei membuat Alena membelalakkan kedua matanya.
Ibu tiri Agatha tampak melihat anak sambungnya dengan tatapan ingin menguliti tubuh Agatha yang kini sedang ingin menikmati makan malam di piringnya. Sesekali melihat Roynce, sayangnya sang suami yang tidak bergeming. Menikmati makan malamnya dengan tenang, tidak ada niat untuk membela putrinya.
"Agatha! bukankah kau sedikit keterlaluan?" tanya Alena kesal.
"Aku rasa, hal itu tidak perlu kita bahas di meja makan, saat ini Luo sedang bersama dengan kita, sangat disayangkan jika kita harus bertengkar di depannya." Sahut Alan, sang Kakak, yang kini ikut mengambil suara dan membuat Alena meliriknya dengan kesal.
Luo tidak peduli dengan semua itu. Baginya, selama Agatha baik-baik saja. Luo akan memaklumi segalanya. Jika keluarga Gianina ingin bermain api dengannya, maka Luo dengan senang hati membumi hanguskan apa yang dimiliki keluarga Gianina.
"Kau benar. Saat ini Agatha memiliki sebuah perisai tangguh. Bukankah kita harus berbuat baik kepadanya?" tanya Alena.
Rei tidak menggubris kedua kakaknya itu. Rei mencoba menikmati menu makan malamnya, dia ingin segera pulang.
"Sebuah perisai? Bukankah Agatha senilai dengan saham yang aku berikan ke pada Om Roynce di Fernandez Coorperation. Bahkan, empat puluh persen di Gian Group adalah milikku. Benar kan Om?" tanya Luo membuat Roynce menghentikan tangannya dan menatap Luo sejenak.
Roynce tersenyum. Kemudian menatap seluruh keluarganya satu per satu, bahkan kini putri bungsunya menatap penuh tanya ke padanya,"benar. Agatha memang special, kehadirannya di dalam keluarga kami sangat berarti. Sehingga, kedua kakaknya seringkali cemburu dengan dia. Maafkan Alan dan Alena, mereka masih belum mengetahui hal itu" jelas Roynce membuat anak-anaknya menjadikan Roynce titik tumpu pandangan mereka.
"Baguslah. Sekarang mereka sudah tau, setidaknya mereka berdua tau diri" tandas Luo sembari menyeka mulutnya dengan kain,
"Maafkan mereka. Mereka masih muda" sesal Roynce.
"Sekali ini saja Om. Tidak untuk kesempatan di lain waktu. Dan, kedatangan ku ke sini karena aku ingin membicarakan pesta pertunangan ku dengan Agatha. Aku berubah pikiran dengan keputusan ku tempo hari. Aku ingin pesta pertunangan kami, digelar secara resmi"
"Tidak bisa!" tolak Alan membuat seluruh penghuni ruangan menatap ke arahnya. Bahkan tatapan Luo terasa menyakitkan untuk di balas.
"Kenapa tidak bisa?"
"Kalian hanya bertunangan secara kontrak saja, kenapa harus berlebihan? Aku rasa, itu akan menghabiskan banyak uang" dalih Alan.
"Aku tidak menggunakan uang mu. Aku juga tidak butuh uang keluarga Gianina untuk pesta pertunangan kami. Jadi, kamu tidak perlu menyibukkan diri untuk hal itu" tegas Luo, membuat Alan menatapnya tak percaya.
"Kami sudah selesai makan malam di sini. Terima kasih Om. Ke depannya, aku akan mengundang Om dan keluarga untuk makan malam bersama keluarga ku di mansion milik keluarga Fernandez." Ucap Luo sembari berdiri dari tempat duduknya dan mengajak Agatha untuk pergi bersama-nya. Luo tidak peduli dengan etika bertamu, baginya apa yang terjadi hari ini membuat Luo berpikir dua kali untuk melepas Agatha berkunjung ke rumahnya seorang diri. Sekalipun, Agatha memaksanya untuk percaya semua akan baik-baik saja.
Sementara itu, Rei yang kini berada dalam raga Agatha sangat mengerti apa yang Agatha rasakan. Kesepian tanpa seseorang yang mendukung langkahnya, dihempaskan oleh tunangannya, dimanfaatkan keluarganya bahkan demi semua perhatian yang Agatha inginkan, Agatha rela menjalani hubungan terlarang bersama Rion dibelakang Luo, tunangannya.
Saat Luo dan Agatha berjalan menyusuri koridor rumah keluarga Gianina. Alan menghentikan langkah Rei alias Agatha. membuat Luo juga ikut menghentikan langkahnya. Luo menatap tajam kea rah tangan Alan yang berani menyentuh tangan kekasihnya, Agatha.
"Aku ingin kita bicara sebentar. Tolong beri aku penjelasan" kata Alan dengan tatapan terluka. Seolah-olah dia sedang patah hati.
"Baik" sahut Rei,"Luo, tolong kamu tunggu aku di mobil. Sepertinya Kak Alan butuh waktu bicara berdua dengan aku" ijin Rei. Luo mengangguk ragu, tapi dia yakin ada alasan mengapa Agatha melakukan hal itu. Luo melepas genggaman tangannya dan meninggalkan Rei di koridor bersama Alan.
"Jadi, apa yang ingin Kakak tanyakan?" tanya Rei,
"Apa maksud dari perkataan Luo? Bukannya kamu melakukan semua ini agar kamu bisa keluar dari rumah ini dan kita segera bersama?" tanya Alan. Membuat Rei mengerjapkan kedua matanya.
"Maksud Kakak apa?" tanya Rei,
"Gatha! Hubungan kita sudah berjalan sampai satu tahun. Kamu sudah buat aku menunggu selama itu, dan sekarang kamu akan bertunangan dengan pria brengsek yang terjebak dalam masa lalu nya? Jangan buat aku gila!"
"Bu-bukannya kita Kakak adik?" tanya Agatha bingung,
"Apakah bercinta termasuk di dalam hubungan kakak beardik?" tanya Alan membuat Rei membuka mulutnya lebar.
Rei shock dengan apa yang Alan katakan. Rei tidak percaya dengan apa yang Alan katakan ke padanya.