Chereads / SWITCH LIFE / Chapter 33 - Sebuah Rahasia

Chapter 33 - Sebuah Rahasia

Rei tidak percaya dengan apa yang Alan katakan. Rei sedikit mendorong tubuh Alan untuk menjauhinya.

"Jangan konyol! Jangan membohongi aku. Kakak ingin memanfaatkan aku yang sedang amnesia kan?" tuduh Agatha alias Rei. Rei panik, bagaimana mungkin Agatha tidak menjaga keperawanannya untuk orang yang dia cintai. Bukankah sebuah kesucian sangat berarti bagi seorang wanita.

"Bodoh! Kita berdua saling mencintai. Bahkan aku yang meminta mu untuk memecah persaudaraan Luo dan Rion" kata Alan, tangan Alan merogoh saku celananya. Alan mengeluarkan ponselnya, Rei tampak ragu dengan apa yang Alan katakan. Hubungan Agatha dan Rion baru saja dia selesaikan. Dan sekarang, muncul masalah baru, Agatha menjalin hubungan terlarang dengan kakak tirinya, Alan.

"Kak, maaf. Aku benar-benar tidak mengingatnya. Maafkan aku. Maaf kalau aku membuat Kakak kecewa. Tapi, aku saat ini lebih memilih untuk bersama Luo." Jelas Agatha alias Rei.

Rei ingin menjadi sosok Agatha yang baik. Dia ingin memperbaiki hidup Agatha, bagaimanapun juga saat ini Agatha adalah Rei.

"Kamu gila! Kamu campakan aku begitu saja, ketika Luo sudah mencintaimu? Tidak Agatha. Kamu tidak bisa melakukan hal ini kepada ku. Kamu milik ku" teriak Alan sembari meremas bahu Agatha kuat.

"Kak, tolong lepaskan aku" rengek Agatha sembari meringis kesakitan.

"Tidak akan. Sebelum kamu katakana akan segera membatalkan pertunangan kamu dengan Luo" ancam Alan,

"Tidak. Aku tidak akan mengecewakan Luo" kata Agatha alias Rei bersikeras memepertahankan hubungannya bersama Luo, kekasihnya.

"Luo tidak mencintaimu. Apa kamu buta? Dia hanya memanfaatkan mu untuk naik jabatan"

"Aku tidakk peduli. Lepaskan aku!" pinta Rei setengah berteriak,"kamu sudah menyakiti aku, Alan" lanjutnya, membuat Alan menghimpit tubuh Agatha ke tembok. Agatha hanya bisa meringis kesakitan menahan cengkraman tangan Alan yang kuat di bahunya. Rei menutup kedua matanya, Rei ingin menangis. Dia tidak pernah disakiti sampai seperti ini. Dia hanya bisa berharap Luo segera menolongnya. Dia tidak mampu menahan tubuh Alan yang berusaha menguasai tubuh Agatha, bahkan Alan tampak ingin mencuri ciuman dari bibir Agatha.

BRAK!

Tubuh Alan terhempas ke samping. Luo segera menghampiri Alan dan menatap netra Alan. Alan merasakan darah segar keluar dari sudut bibirnya.

"Lo gila? Dia tunangan gue!" teriak Luo,

"DIA PACAR GUE!" teriak Alan tidak kalah keras,

"GILA!" maki Luo, Luo menghadiahkan satu bogeman mentah ke arah pipi Alan. Kegaduhan yanag mereka berdua buat, membuat Roynce dan anggota keluarga Gianina berhamburan keluar. Ibu Alan tampak histeris dan menghampiri putera semata wayangnya.

"Alan! Anak ibu yang tampan. Wajah mu kenapa nak?" tanya nya sembari berderai air mata.

Sementara Luo mengambil sebuag guci tua yang berukuran satu meter dan membantingnya ke lantai. Membuat guci itu pecah berkeping-keping. Semua mata tertuju ke pada Luo. Tampak Luo kini menunjuk ke arah guci itu,

"Om! Jangan sampai aku hancurkan keluarga Gianina seperti guci itu. Paham !" katanya sembari membawa pergi Agatha yang kini tampak menunduk ketakutan. Rei benar-benar takut dengan apa yang terjadi. Rei mencoba mencerna apa yang terjadi. Dia hanya bisa pasrah, jika Luo melampiaskan amarahnya ke pada dirinya. Tapi Rei bisa apa, dia bukan Agatha. Dia tidak memiliki ingatan apapun tentang Alan.

*.*

Luo mendiamkan Rei alias Agatha. Rei tau, Luo sedang marah ke padanya. Rei hanya bisa pasrah. Toh, semua akan berjalan seperti ini. Karena dia bukan Agatha, jika saja ada sedikit ingatan Agatha yang melintas di dalam otaknya, mungkin Rei bisa mengerti apa yang terjadi antara Agatha dan Alan, kakak sambungnya.

"Luo. Maafkan aku, aku benar-benar amnesia. Aku tidak sedang berbohong. Aku juga tidak mengingat apapun tentang Alan, sungguh maafkan aku" rengek Rei dengan nada parau. Rei ingin menangis, dia tidak memiliki siapapun saat ini. Jika dia juga harus kehilangan Luo, maka lengkaplah sudah penderitaan Rei.

Diluar dugaan, Luo menggenggam tangan Agatha.

"Aku tau. Hubungan mu dengan Alan seperti apa dulu, dan aku tidak peduli dengan hal itu. Selama kamu mengatakan hal itu tidak penting, aku tidak akan menganggapnya penting. Aku percaya sama kamu, Agatha"

"Benarkah? Kamu tidak sedang membohongi aku kan?" cecar Rei putus asa,

"Hmm, aku percaya dengan apa yang kamu katakan. Jangan kamu pikirkan apa yang dikatakan Alan. Aku akan menghancurkannya, jika dia terus mengganggu mu. Kamu percayakan semuanya ke padaku" kata Luo membuat Rei menganggukkan kepalanya.

Luo segera melajukan mobilnya ke arah griya tawang miliknya. Dia ingin menunjukkan sesuatu kepada Agatha. Setidaknya, Agatha harus mengenali dirinya yang dulu. Meskpiun hal itu membuka aib Agatha yang tersimpan rapi di ruang kerja Luo. Rei yang menyadari mobil mereka tidak melaju ke arah apartemen, mengernyitkan dahinya dan menatap Luo penuh tanya.

Luo tersenyum, menyadari tatapan Agatha yang terasa menusuk wajahnya,

"Jangan takut! Aku hanya membawa mu ke tempat pribadiku. Aku akan menunjukkan sesuatu." Jelas Luo, membuat Rei bernafas legah.

"Aku kira kamu akan membawa ku ke gudang"

"Gudang?"

"Hmm, tempat yang pertama kali aku kunjungi saat aku sadar dari koma. Gudang yang dipenuhi bau anyir darah manusia. Aku tidak tahu tempat apa itu. Hanya saja, aku tidak menyukai tempat itu. Tempat itu sangat menakutkan" jawab Rei, membuat Luo prihatin kepadanya.

"Maafkan aku. Aku tidak tahu, kamu amnesia. Aku kira kamu bercanda saat itu. Karena dulu sebelum kecelakaan itu terjadi, kamu selalu menyakiti musuhmu dan membawa mereka ke sana" kata Luo menceritakan apa yang Agatha lakukan ketika mereka bersama.

"Ternyata aku sekejam itu" kata Rei lirih.

"Sudahlah! Lupakan semua itu. Kamu sudah berubah menjadi sosok Agatha yang lebih baik" hibur Luo membuat Rei tersenyum.

"Sejujurnya, aku sangat takut tadi"

"Takut dengan Alan?"

Rei menggelengkan kepalanya. Membuat Luo mengernyitkan dahinya. Mencoba menerka jawaban kekasihnya.

"Aku takut kamu terluka. Karena guci itu hampi saja melukai kaki mu" jawab Rei polos.

Luo tersenyum dan mencium tangan Agatha yang dia genggam erat,"terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku baik-baik saja. Justru aku takut kamu menjauhi aku, karena aku sudah menyakiti kakak mu dan membuat rumah keluarga Gianina berantakan" jelas Luo,

"Tidak akan. Aku akan selalu berada di sisimu." Kata Rei membuat Luo tersenyum.

"Boleh aku jujur?" tanya Luo yang kini tengah memarkirkan mobilnya di basement kantornya.

"Apa?" tanya Rei penasaran,

"Aku ingin menghancurkan keluarga mu" jawab Luo membuat Rei alias Agatha terpaku,"tapi, aku tidak akan melakukannya sampai kamu yang memintanya sendiri ke pada ku" lanjut Luo.

"Jangan kotori tangan mu untuk orang-orang seperti mereka. Aku ingin kamu berbuat kebaikan ke pada siapapun itu" pinta Rei.