"Jadi apa yang ingin kamu katakan?"tanya Rion,
Rei menghela nafas panjang. Mempersiapkan semua kata-kata yang tengah berada di dalam benak Rei saat itu. Rei bersusah payah merangkai kata-kata agar Rion tidak salah paham dan hubungan mereka lebih baik kedepan nya dalam hubungan pertemanan. Setidaknya semua akan baik-baik saja,menurut Rei.
"Aku minta maaf, sepertinya hubungan kita di masa lalu. Tidak membuat kamu bahagia, dan aku merasa sudah banyak merugikan kamu. Apalagi, hubungan kamu dan Luo juga tidak sepenuhnya baik. Aku rasa, hubungan persaudaraan kalian tidak harus berakhir dengan buruk hanya karena aku. Aku ingin memperbaiki semuanya dari awal. Hanya hubungan pertemenan yang bisa aku berikan kepada kamu saat ini. Aku tau ini keputusan ini sangat egois buat kamu, tapi aku tidak ingin melukai kamu lebih dari ini" jelas Rei takut-takut karena dia dapat melihat netra Rion yang mentapnya tajam.
Sementara Rion tidak peduli dengan apa yang Agatha lakukan kepada nya, Rion terlanjur mencintai Agatha kekasihnya. Walaupun awalnya Rion memiliki niat lain saat awal dirinya bertemu dengan Agatha,
"Apa hak mu mengakhiri hubungan kita?" tanya Rion dengan tatapan yang sulit Rei katakan,
"Aku ingin memperbaiki hubungan kita Rion. Menjadi selingkuhan aku, bukankah sangat merugikan kamu?"
"Lalu? Apa kamu ingin aku kita menjadi pasangan seutuhnya?"
"Aku tidak bisa. Maaf"
"Kenapa? Aku tidak merasa dirugikan. Jadi untuk apa kita berpisah?"
"Rion. Ini tidak benar. Tolong kamu sadar. Kamu layak dapat yang terbaik. Tidak harus aku. Aku masih berkomitmen dengan Luo, saudara sepupu mu"
"Apa Luo yang meminta kamu mengatakan hal ini kepada ku?"
Rei menggelengkan kepala nya. Rion menghela nafas nya lelah. Rion frustasi. Ego-nya lebih besar dari apa yang Rei fikirkan. Rion tidak ingin terlihat lemah di mata Rei yang saat ini berada di dalam tubuh Agatha, kekasihnya.
"Apa aku boleh tetap mencintai kamu?"
"Aku-,"
"Biarkan kamu mencintai kamu dengan cara ku. Aku akan belajar melupakan kamu, tapi beri aku waktu. Aku juga tidak berharap, kamu akan membalas perasaan aku. Jika hubungan pertemanan itu masih ada, aku ingin kita berteman." sahut Rion membuat Rei mengangguk dan tersenyum. Setidaknya Rei mendapatkan apa yang diinginkannya. Sayangnya, Rei tidak tau apa yang berada di dalam benak Rion sesungguhnya. Rion penuh misteri, tidak sesederhana yang Rei fikirkan.
"Terima kasih" sahut Rei tulus,
"Boleh aku memeluk mu?" tanya Rion,
Rei menganggukkan kepala nya. Rei tidak tau apa yang terjadi di balik semua itu. Rion memiliki niat terselubung. Saat Rei mengiyakan permintaan Rion, Luo baru saja turun dari mobil nya.
Satu sudut bibir Rion terangkat. Merasa menang, dengan keadaan yang berpihak kepada nya,saat ini. Rei yang tidak menyadari hal itu, membalas pelukan Rion. Tanpa sadar seseorang tengah terbakar rasa cemburu akan ulah mereka berdua di dalam mobil Rion.
"Terima kasih. Kamu mengerti keadaan aku saat ini. Aku kira, semua akan terasa sulit. Terima kasih, sudah mempermudah segala nya buat aku. Jujur , aku tidak tau harus berkata apa" jelas Rei yang tidak dapat menyembunyikan rasa legah karena kegalauan yang di akibatkan oleh mulut nya sendiri.
"Aku akan mencintai kamu dengan cara aku. Apapun keputusan kamu aku terima, walaupun aku harus beradaptasi dengan keputusan kamu" kata Rion,"kamu masuk ke apartemen kamu dulu gih! Aku harus pulang"pinta Rion,
Rei mengiyakan permintaan Rion. Dia segera turun dari mobil Rion. Rion memastikan Rei masuk ke dalam gedung yang menjulang tinggi di depannya. Setelah Rei masuk ke dalam, Rion keluar dari dalam mobil nya. Menghampiri seseorang yang bersembunyi di balik pilar yang menjulang tinggi, merasa tempat persembunyian nya sudah ketahuan. Mau tidak mau, Luo keluar dari tempat persembunyian nya. Menampakkan diri nya.
"Hai! Apa kabar?" tanya Rion dengan tangan yang melambai. Seolah-olah gerakan tangannya mencibir keberadaan Luo yang tengah tertangkap basah melihat sesuatu yang tidak telah dia rencanakan.
"Lo emang gak tau diri"
"Gue?"tanya Rion dengan menunjuk dirinya sendiri. Seolah-olah menertawakan Luo yang kini menangkap basah diri nya bersama Agatha, kekasihnya. Ah salah, Agatha kini mantan kekasihnya, yang siap dia rebut dari Luo dengan bertopeng malaikat.
"Gue heran. Lo tetap saja berpikir Agatha mencintai Lo"
"Lo gak buta kan? Lo lihat kami berdua sudah berpelukan? Pria dewasa mana yang masih belum paham tentang arti sebuah pelukan?" tanya Rion dengan senyum penuh kemenangan.
"SAMPAH!!!" maki Luo dengan mencengkram kemeja seragam Rion, bukannya takut. Rion malah tersenyum lebih lebar dari sebelumnya.
"Semakin lo marah. Semakin mudah buat gue, mengubah cara berpikir Agatha. Bisa lo tebak, dia akan melihat siapa yang berhati iblis. Lo atau gue?" tandas Rion.
"Anjing!!!" geram Luo yang saat ini, berusaha setengah mati untuk tidak melukai adik sepupu nya. Dia tidak ingin Agatha salah paham dan memberikan penilaian salah atasa diri nya.
"Gue akan sangat berterima kasih, kalau lo pukul beberapa bagian tubuh gue"
Luo melepaskan cengkraman tangannya di kemeja putih Rion. Membuat Rion terhuyung ke belakang.
"Pergi! Jangan berkeliaran di sekitar gue" pinta Luo.
"Gue gak punya urusan dengan lo. Gue akan berkeliaran di sekitar Agatha. Merebut dia kembali. Karena dia milik gue. Gue realistis, mengejar gadis yang masih berstatus tunangan orang. Bukan calon isteri orang, apalagi dia akan menjadi ibu tiri gue. Lo ngaca! Kalo kaca di apartemen lo kurang besar. Kaca di rumah gue, bisa buat lo ngaca. Dengan senang hati, gue akan pinjamin ke elo."jelas Rion, membuat Luo mengacungkan jari tengah miliknya dan meninggalkan Rion yang tengah berhasil memprovokasi dirinya.
Kesal. Itu yang Luo rasakan. Dia tidak bisa melampiaskan kekesalannya saat ini. Karena ada hal yang lebih penting dari sekedar kemarahannya ke pada Rion, saudara sepupu nya. Luo memutuskan untuk melampiaskan kekesalannya kepada pilar yang menjulang tinggi, membiarkan rasa sakit membaur bersama amarahnya.
***
Sementara itu, Rei telah mengganti seragamnya dengan dress rumahan yang tengah tertata rapi di lemari pakaiannya. Sepertinya Luo mengganti style fashion Agatha sesuai keinginannya. Rei menyukai perubahan yang Luo buat. Rei mulai merasa nyaman. Meskipun awalnya, terasa berat dengan perubahan sikap Luo yang penuh misteri dan terkadang plin-plan. Rei dikejutkan dengan suara pintu terbuka, Rei segera menghampiri sumber suara itu. Rei tersenyum begitu melihat kehadiran Luo di apartemen milik mereka berdua. Setengah berlari, Rei menghampiri Luo tanpa menyadari darah segar yang menetes dari tangan Luo.
"Kamu sudah pulang? Mau aku buatin apa?" tanya Rei,"oia, sebelum aku masak buat makan malam kita. Aku mau cerita, kalau aku hari ini sudah melakukan perubahan besar dalam hidup aku" lanjutnya,
Namun Luo hanya terdiam. Tidak menggubris apa yang Rei katakan. Membuat Rei mengernyitkan dahinya.
"Apa aku berbuat salah?" tanya Rei kemudian.