"Kamu kenapa? Apa aku berbuat salah?" ulang Rei,
Sayangnya, Luo tetap terdiam. Dia terus berjalan, tidak menggubris kehadiran Rei. Rei yang merasa kebingungan dengan sikap Luo yang tiba-tiba dingin segera menghentikan langkah Luo.
"Sejak kapan kamu jadi bisu?" tanya Rei,
Luo hanya menatap tangan Rei yang menghentikan langkahnya. Membuat Rei ikut menatap tangan Luo. Bahkan Rei, bisa melihat darah segar yang keluar menetes dari luka yang menganga di tangan Luo. Panik. Itu yang Rei rasakan, tidak ada seseorang dengan luka sebesar itu tidak merasakan rasa sakit. Rei merasa sangsi, jika Luo seorang manusia. Rei segera menarik tangan Luo yang lain. Meminta Luo untuk duduk di sofa. Membiarkan Luo duduk di sofa seorang diri, kemudian segera berlari mengambil beberapa peralatan P3K yang berada di dapur, dekat lemari penyimpanan makanan mereka.
Rei segera membersihkan luka yang Luo miliki, kemudian membalut luka Luo. Setelah itu, Rei bergegas ke kamar nya. Rei segera mengambil tas kecil di kamarnya. Dia tidak ingin Luo kehabisan darah.
"Mau ke mana?" tanya Luo, sebuah pertanyaan setelah aksi diam seribu bahasa sejak kedatangannya di apaertemen mereka,
Rei hanya bisa melongo, melihat Luo yang berdiri di depan pintu kamarnya.
"Tangan kamu terluka, kita harus segera bawa ke rumah sakit" kata Rei yang sesekali mencuri pandang ke arah luka Luo,
"Tidak perlu. Jangan sok panik"
"Siapa yang sok panik? Aku panic beneran. Kamu kenapa? Apa terjadi sesuatu dengan A-eh, maksudku Rei?" Rei hanya bisa menebak-nebak apa yang berada di dalam isi kepala Luo. Karena aksi diam Luo membuat Rei semakin kacau. Rei tidak ingin menanggapi kelabilan Luo. Dia segera menarik tangan Luo untuk segera berangkat ke rumah sakit, Rei ingin luka Luo segera di obati. Sayangnya, Luo menolak hal itu, Luo melepas genggaman tangan Rei. Membuat Rei menghentikan langkahnya, menatap Luo penuh tanya,
"Jangan berlagak panik seperti itu. Aku bisa salah paham. Jangan suka mengumbar janji yang bahkan kamu tidak bisa tepati" kata Luo sembari meninggalkan Rei, Rei tidak tinggal diam. Dia segera menghalangi langkah Luo. Menatap tubuh yang menjulang tinggi di depannya. Rei menatap netra Luo yang mengisyaratkan akan luka.
"Hei! Bukankah kita sepakat untuk menjadi partner? Kenapa kamu memperlakukan aku seperti ini?"
"Bagaimana rasanya berpelukan dengan selingkuhan kamu? Seingat ku, kamu bilang akan mengakhiri hubungan gelap kamu sama Rion. Nyatanya, kamu malah bersenang-senang di belakang aku" kata Luo sinis, membuat Rei mengernyitkan dahinya. Tidak percaya dengan apa yang Luo katakan, bagaimana bisa Luo mengatakan hal itu.
"Kamu nuduh aku? Tunggu! Sepertinya kamu salah paham, aku memang berpelukan dengan Rion tapi itu tidak seperti yang kamu pikirkan" jelas Rei,
"Lalu?"
"Rion melakukan hal itu karena kami berdua sepakat mengakhiri hubungan kami berdua. Tidak ada hal lain, kamu mengerti maksud ku kan? Kita sudah sepakat akan memperbaiki segalanya. Kenapa kamu tidak percaya dengan aku?"
Luo mengerjapkan kedua matanya. Dia panik, bagaimana bisa dia ter-provokasi oleh perkataan Rion. Luo mengusap wajahnya frustasi, dia menatap netra Agatha. Satu hal yang Luo tidak tahu, Agatha Gianina yang berada di depannya adalah sosok yang dicintai-nya. Sosok yang dia nantikan untuk membuka mata.
"Maaf" gumam Luo. Bahkan Luo masih mencerna sendiri arti gumaman yang dia ucapkan. Kata maaf yang bahkan tidak pernah keluar dari dalam mulutnya, kini terlontar begitu saja. Semudah itu, Agatha merubah pendirian Luo. Anehnya, sosok Agatha di masa lalu tidak mampu menggoyahkan isi hati Luo. Luo bahkan tidak tertarik dengan Agatha, gadis manja yang melakukan segala cara untuk menarik perhatian Luo.
Bukannya marah atau merajuk, Rei menghampiri Luo dan memeluk pria itu. Membuat Luo bingung dengan apa yang Agatha lakukan kepadanya,
"Jangan bergerak. Kamu marah karena aku pelukan dengan Rion kan? Sekarang aku udah peluk kamu. Kamu gak marah lagi kan?" tanya Rei polos. Membuat Luo kebingungan dengan aksi Rei.
"Maksud kamu?"
"Kamu iri karena Rion aku peluk?" tanya Rei dengan polosnya membuat Luo tersenyum di balik tubuh Agatha,"jangan salah paham lagi. Kalau kamu minta sebuah pelukan, pasti aku berikan" lanjut Rei, ntah dorongan dari mana, tangan Rei menepuk punggung Luo. Seolah-olah menenangkan Luo yang tengah merajuk kepadanya. Rei berharap, Luo tidak terlalu lama merajuk ke padanya dan kesalah pahaman yang terjadi di antara mereka telah usai. Luo hanyut di dalam ketenangan yang Rei berikan.
"Hei! Sampai kapan kamu bersandar ke pada ku? Tubuh mu berat!" kata Rei membuat Luo mendorong tubuh Agatha,
"Dasar cebol!" maki Luo menutupi rasa malu nya,"aku lapar, cepat buat makanan untuk aku!" perintah Luo menutupi rasa malu yang menghinggap di dalam diri nya.
"Astaga! Secepat itu mood kamu berubah? Dasar bocah tua!" balas Rei sembari meninggalkan Luo yang masih berdiri di tempatnya. Tanpa Rei tahu, Luo menutup setengah wajahnya yang memerah karena ulah Rei.
"Shit! Gue bisa jatuh cinta sama dia kalo begini terus" gumam Luo ke pada dirinya sendiri, sedangkan Rei sibuk memasak di dapur kesayangannya. Dia membuat menu makan malam sederhana, karena minggu ini mereka berdua belum belanja kebutuhan dapur. Rei mengolah nasi sisa tadi siang menjadi nasi goreng special dengan potongan sosis dan baso yang ada di dalam kulkas. Rei juga meletakkan telur mata sapi goreng sebagai pelengkap menu makan malam mereka. Tidak butuh waktu lama, Rei sudah meletakkan nasi goreng special panas yang mengepul di atas meja. Bukan hal yang sulit bagi Rei menyiapkan satu menu untuk seseorang karena di panti dia harus menyiapkan beberapa menu untuk Bunda dan adik-adiknya. Rei tiba-tiba teringat keluarga nya di panti. Dia segera menyeka air matanya. Dia tidak ingin Luo melihat Rei menangis, lebih tepatnya Agatha yang menangis. Setelah merapikan riasan wajahnya, Rei segera menuju kamar Luo. Dia ingin mengajak Luo untuk segera makan malam. Sayangnya , Luo telah berdiri di belakangnya. Sehingga Rei tidak sengaja, menabrak tubuh Luo.
"Buru-buru mau ke mana?" tanya Luo membuat Rei tersenyum masam,
"Aku mau ke kamar kamu, mau bilang makan malamnya udah siap. Tapi kamu udah nongol tanpa permisi di belakang aku. Macam dedemit."omel Rei membuat Luo tersenyum
"Oh-, aku kira kamu mau pergi ke-"
"Jangan buat alasan supaya aku mengusir kamu untuk makan di luar" ancam Rei mengundang gelak tawa Luo,
Luo yang tau gadisnya merajuk, segera menarik kursi meja makan. Duduk dengan baik, sembari menghirup aroma nasi goreng special yang menggugah selera makannya,
"Wah… ! Kemajuan besar dari seorang Agatha Gianina. Menyiapkan makan malam yang tidak beracun bagi calon suaminya. Kamu tau? Terkadang aku berpikir, kamu bukan Agatha" celoteh Luo membuat Rei menelan ludah.
Tanpa Luo sadari, perkataannya membuat Rei berkeringat dingin.