orang bisa mendengar percakapannya.
"Halo. Selamat siang. Dengan Vano, editor majalah TIME. Ada yang bisa dibantu?"
"Pak Vano. Saya Vana dari Nadia Kosmetik," kata Vana bermulut manis. Ia bicara sangat ramah. Mulut dan ekspresi wajahnya sangat berlawanan.
"Iya Ibu Vana. Ada yang bisa dibantu?"
"Apa wartawan anda melakukan wawancara dengan Riana, perwakilan dari Nadia Kosmetik?"
"Iya benar sekali. Ibu Riana sudah meluruskan informasi yang beredar di kalangan netizen. Katanya Ibu Aisha bukan liburan tapi menghilang. Jadi tanda tanya karena kepemilikan Nadia sudah ganti dan manajemen sudah berganti. Ibu Riana sudah meluruskan pada kami jika itu tidak benar."
"Terima kasih Pak Vano atas informasinya."
"Sama-sama Ibu."
Klik!
Vana kesal karena Riana tidak berbohong sama sekali. Perempuan itu berkata benar. Riana tertawa sinis karena berhasil mempermalukannya. Sebelumnya Riana sudah memprediksi jika Vana dan Daffa akan menanyakan kepergiannya. Mereka tidak akan pernah percaya dengan siapa pun kecuali ada bukti berupa foto, video atau rekaman suara. Tidak ada bukti berarti berbohong. Sebelum kembali ke kantor Riana sudah menghubungi Vano untuk membantunya. Vano menolong Riana karena perempuan itu sudah membantunya selama ini.
"Saya heran sama Ibu. Kenapa Ibu tidak suka dan bawaannya curiga dengan saya?" Riana terus memprovokasi Vana sehingga perempuan itu tersudut.
"Anak pembantu. Kamu jangan banyak bacot." Vana ingin menjambak Riana namun dilerai Daffa.
"Bukan anak pembantu Ibu. Mantan anak pembantu. Mama saya tidak jadi pembantu lagi di rumah keluarga Danu sejak sepuluh tahun yang lalu." Riana berkata sambil tersenyum. Ia bersikap tenang dan dingin. Sikap dingin dan tenangnya selalu membuat Vana kesal. Vana benci karena Riana lebih memilih Aisha daripada dirinya.
"Sudahlah. Jangan ribut. Kita akan rapat sebentar lagi Vana. Kamu jangan mencari keributan. Dewan direksi akan datang saat rapat ini. Kamu sudah mempersiapkan konsep iklannya?" Daffa menoleh pada Riana.
"Sudah Pak."
"Jangan pernah mengecewakan kami," balas Vana ketus. Ia lalu berbalik menatap Daffa.
"Aku kembali ke ruanganku dulu."
Daffa menatap Riana penuh selidik. Ia meminta Riana untuk duduk. Hari ini sangat melelahkan bagi Daffa karena mengalihkan kepemilikan Nadia pada Danu. Daffa tidak rela jika Nadia dimiliki Danu. Ia yang sudah bekerja keras dan merebut Nadia dari tangan Aisha.
"Ada yang mau dibicarakan Pak?"
"Sepertinya saya harus jujur pada kamu. Apa kamu bisa dipercaya?" Daffa menatap Riana. Sebenarnya Daffa sangat suka dengan Riana. Perempuan tangguh dan bisa melakukan segalanya. Wanita seperti Riana adalah tipenya namun ia tidak boleh gegabah karena Riana merupakan orangnya Aisha. Perempuan itu sangat setia pada Aisha.
"Terserah Bapak. Jika percaya pada saya silakan cerita. Jika tidak juga tidak apa-apa. Saya flexible Pak." Riana hanya tersenyum manis. Riana perempuan yang sangat ramah dan pintar. Ia sangat pandai bersikap. Selalu bersikap manis dan tersenyum meski lawan bicaranya telah bersikap buruk. Tak ada yang bisa melihat warna asli Riana karena perempuan itu sangat pintar. Tak ada yang tahu kapan dia marah dan kesal karena selalu tersenyum. Ekspresinya datar dan tidak pernah berubah.
"Aisha melakukan pembatalan pernikahan," ucap Daffa spontan.
"APA? BAPAK SERIUS?" Riana memasang ekspresi kaget. Mulutnya sampai menganga karena tidak percaya.
Daffa pikir Riana sudah tahu jika Aisha melakukan pembatalan pernikahan ternyata perempuan itu kaget. Berarti Riana benar-benar tidak tahu apa yang terjadi.
"Jangan bilang Ibu Aisha sudah tahu hubungan Bapak dengan Ibu Vana?" Riana terlihat antusias dan pura-pura mendukung Daffa.
"Ya." Daffa berbohong.
Laki-laki mokondo. Modal otong aja lo nikah sama Bu Aisha. Jangan pikir kamu menang Daffa. Ini baru permulaan.
"Lalu dimana Ibu Aisha?"
"Aku tidak tahu." Daffa menggeleng.
"Jangan bilang selama ini Ibu Aisha kabur Pak? Jadi Bapak mengganti kepemilikan perusahaan karena pernikahan kalian dibatalkan? Semua orang akan curiga jika perusahaan jadi milik Bapak karena tidak ada hubungan apapun dengan Nadia. Bapak memberikan kepemilikan pada Pak Danu."
"Nadia menjadi milik Danu hanya diatas kertas bukan pemilik sesungguhnya." Daffa terlihat kesal. Ia benci melakukannya namun terpaksa. Ia mengepalkan tangannya.
"Bapak menikahi Bu Vana demi Nadia?" Riana mengambil analisis.
"Kamu pintar sekali Riana. Kamu memang bisa aku andalkan."
"Jangan terlalu memuji saya Pak. Lalu dimana Ibu Aisha? Apa yang telah Bapak lakukan pada beliau?"
"Jangan terlalu banyak bertanya. Aku tidak suka dengan pertanyaan itu. Kamu persiapkan saja pernikahanku dengan Vana."
"Bapak yakin?" Riana meragukan keputusan Daffa. Ia tahu jika Daffa bukan pria yang setia. Riana tahu wanita Daffa ada dimana-mana. Pria itu tidak akan pernah bisa setia pada satu wanita. Aisha saja yang dibutakan oleh cinta sehingga tak mendengarkan ucapannya. Daffa sangat manipulatif. Pria itu playing victim. Sebelumnya Riana pernah memergoki Daffa berselingkuh dengan mahasiswi di suatu kampus. Daffa suka berselingkuh dengan gadis muda karena gampang dibodohi dan diatur. Hanya memberikan sedikit uang mereka dengan sukarela memberikan pelayanan ranjang yang memuaskan.
"Aku tidak pernah seyakin ini Riana. Kenapa? Kamu cemburu?" Daffa balik menggoda Riana.
"Bisa bersikap profesional Pak? Jangan samakan saya dengan bunga-bunga Bapak yang lain."
Bunga-bunga maksud Riana adalah para wanita simpanan Daffa. Ia memelihara beberapa bunga untuk memuaskan hasratnya. Para wanita itu rata-rata masih kuliah. Gadis dari desa. Mereka tertipu gemerlap Ibukota sehingga rela menukar tubuhnya dengan uang.
"Baiklah. Sudah siapkan materi rapat produk baru?"
"Tentu saja sudah Pak. Mari ke ruang rapat." Riana tersenyum menatap Daffa.
Keduanya berjalan menuju ruang rapat. Mereka akan membahas konsep iklan untuk skincare terbaru mereka. Semuanya sedang merancang iklan dan aktor yang akan dipakai untuk mengiklankan produk mereka.
Dewan direksi sudah duduk di kursi mereka. Ada Danu, Vana dan tim pemasaran. Danu duduk untuk memimpin rapat. Tim pemasaran menampilkan slide untuk produk terbaru mereka. Nadia Super Cushion Ultra Cover. Produk ini adalah BB Cushion cair pertama milik Nadia Kosmetik yang mengandung lebih dari 60% hydrating essence dan memiliki delapan manfaat, yaitu Dewy radiance, Intense hydration, High coverage, Poreless finish, Even skin tone, No stickiness, No touch-ups dan SPF29 PA+++.
"Jadi konsep iklan yang bagaimana akan kita pakai Daffa?" Danu menatap Daffa.
"Saya mempunyai beberapa rekomendasi selebgram yang bisa kita pakai untuk mengiklankan BB Cushion kita. Menurut saya iklan di televisi terlalu mahal namun kurang tepat sasaran. Menurut saya pribadi kita harus menggunakan para selebgram yang sedang naik daun. Selain harga mereka tidak semahal artis TV namun feedback ke produk kita akan bagus. Konsep iklan di televisi Indonesia juga tidak bagus. Contoh iklan produk mie di sebuah drama. Bukannya penonton mau nonton tapi skip karena iklannya tidak menarik dan terkesan membodohi."