Alil menarik tangan Aisha namun karena gadis itu memberontak, handuknya lepas dan jatuh ke lantai. Alil melongo menatapnya. Kagum melihat tubuh telanjang istrinya. Ia malah bersiul dan menggoda istrinya. Alil tersenyum malu-malu. Ia mengambil handuk dan menutupi tubuh istrinya.
"Alil," geram Aisha dengan tersenyum. Meski kesal ia harus tetap bersikap baik pada Alil. Ia harus mengambil hati Alil agar pria itu mau melakukan apapun yang diinginkannya.
Alil menggendong istrinya dan membawanya ke kamar mandi. Ia memasukkan Aisha ke dalam bathtub. Ia nyalakan kran lalu memasukkan sabun dalam air. Ketika air penuh, pria itu membuka pakaiannya dan bergabung bersama Aisha.
Aisha hanya melongo melihat perlakuan suaminya. Meski mereka menikah tanpa cinta tapi sikap Alil sangat baik padanya. Daffa memperlakukannya dengan baik karena ingin menguasai harta dan hatinya. Alil bersikap baik padanya tanpa pamrih. Hanya itu yang Aisha tahu.
Aisha menggeleng. Ia tidak boleh bodoh untuk kedua kalinya. Ia tidak boleh polos dan lugu lagi. Alil pasti memiliki alasan untuk menikah dengannya. Mustahil pria itu membantunya tanpa mengharapkan sesuatu. Membalas dendam pada Danu, tidak mungkin Alil melakukan sejauh ini.
Alil duduk di depan Aisha. Perempuan itu menggosok punggung Alil dengan loofah. Alil memejamkan mata dan menikmati gosokkan Aisha di punggungnya. Perempuan itu sangat telaten membersihkan tubuhnya. Aisha perempuan pertama yang menyentuh dan memandikannya. Meski sikapnya sangat arogan dan sombong namun selama ini Alil selalu menjadi anak yang baik. Ia tidak pernah mempermainkan wanita.
"Bagaimana pekerjaan kamu?" tanya Aisha berbasa-basi.
"Bisa memanggilku dengan sebutan Hubby atau sayang?" Tanya Alil dingin. Ia tidak suka dipanggil 'kamu' oleh Aisha. Wanita itu harus memberikan panggilan spesial padanya. Mereka suami istri.
"Haruskah aku memanggil kamu sayang atau hubby?" Aisha berhenti menggosok punggung Alil. Makin hari pria ini makin berulah. Aisha sebenarnya tidak ingin menikah dengan Alil, tapi demi balas dendam ia melakukannya. Hanya Alil yang bisa membantunya.
"Kenapa? Kamu keberatan?" Alil bertanya dengan dingin. Auranya berubah gelap dan menakutkan.
Aisha bergidik melihat perubahan suara Alil. Pria itu tidak menyukai pertanyaannya. Ia mulai waspada dan tidak ingin melihat pria itu marah. Aisha merutuki kebodohannya. Kenapa ia tidak mengikuti permintaan Alil? Jangan menggunakan perasaan ketika memanggil pria itu hubby atau sayang.
"Maafkan aku telah membuat kamu marah. Aku akan memanggil kamu 'sayang'."
"Kamu tidak ikhlas memanggilnya. Kamu terpaksa Aisha."
"Berikan aku waktu sayang." Aisha mulai menggoda Alil. Tangannya mengusap dada Alil dari belakang dan mencium tengkuk pria itu.
Alil menggeliat karena perbuatan Aisha. Alil menarik tangannya dan memangku Aisha. Pria itu berbalik menggosok tubuh Aisha. Ia menyanggul rambut Aisha hingga memperlihatkan tengkuknya. Alil mencium tengkuk Aisha. Ia berikan ciuman yang memabukkan dan melenakan. Wanita itu berusaha bersikap biasa meski tubuhnya bergetar. Ia tidak suka diperlakukan seperti ini. Alil mungkin bisa memiliki tubuhnya tapi tidak dengan hatinya. Hati Aisha sudah mati sejak malam itu. Malam dimana kejahatan Daffa dan Vana terbongkar. Ia dibodohi oleh cinta.
Alil terus mencium tengkuk Aisha. Tangannya bermain-main di dada Aisha. Tak ada bagian tubuh Aisha yang luput dari sentuhan. Aisha menangis dalam pilu. Ia seperti pelacur bagi Alil. Meski pria itu telah menikahinya secara sah namun Aisha merasa dirinya kotor karena menjadi pelacur pribadi Alil.
Tuhan. Kuatkan aku untuk menjalani takdir ini. Setelah semuanya berakhir, aku akan kembali mengambil alih Nadia. Aku harus tahu siapa ayah kandungku. Melihat kejadian ini, aku meragukan semua keluargaku. Aku anak siapa? Siapa ayah kandungku? Kenapa mama malah menikah dengan Danu? Maafkan hamba Tuhan jika apa yang aku lakukan ini salah. Aku harus membalaskan dendamku pada mereka. Daffa sudah membunuh anak kami. Dia tidak pernah mencintaiku sejak awal. Aku hanya alat untuk merebut Nadia. Aku tidak akan pernah dibutakan lagi oleh cinta. Aku tidak boleh terlena dengan perlakuan Alil. Pria memang pandai bersandiwara.
Aisha terus memejamkan mata ketika Alil terus mencumbunya. Alil harus segera memiliki anak agar Marta Grup jatuh ke tangannya. Alil tidak akan rela jika Marta Grup jatuh ke tangan Alan. Pria itu hobi berjudi. Ia bahkan pergi ke luar negeri agar bebas bermain judi dan tidak melanggar hukum. Terakhir Alan kalah lima ratus ribu dollar di Macau. Pria itu sampai menjual aset untuk mentalangi kekalahan judi.
Aisha menghentikan tangan Alil ketika pria itu meraba bagian bawah tubuhnya. Aisha kalungkan tangannya ke leher Alil.
"Hubby," panggil Aisha dengan manja. Meski muak dan kesal namun wajahnya tetap manis.
"Kamu pasti capek pulang kerja. Lebih baik kita mandi dan makan malam dulu. Aku tidak mau jika kamu tidak punya tenaga." Jari jemari Aisha bermain di dada Alil. Ia mencium dada Alil lalu mengangkat kepalanya.
"Aku akan memandikan hubby." Aisha mengambil selang air lalu membilas tubuh Alil.
"Aku tidak menolaknya hubby, tapi malam masih panjang." Aisha tersenyum mengelap badan Alil. Pria itu urung protes karena Aisha sudah memberikan alasan.
Alil dan Aisha sudah rapi. Mereka turun ke bawah untuk makan malam. Bihan tersenyum kecil melihat Aisha menggandeng tangan Alil dengan mesra. Ia melihat rambut keduanya basah. Bihan tersenyum misterius karena tahu apa yang baru saja mereka lakukan. Keduanya keramas.
"Selamat malam Pak, Ibu," sapa salah satu ART ketika mereka duduk.
"Malam," jawab Alil datar. Pria itu memang pelit senyum. Para ART sudah tahu sifat dingin bos mereka.
"Malam Bi Onah. Bibi bisa kembali ke paviliun. Biar aku yang melayani Bapak makan," kata Aisha menatap Bi Onah, kepala ART.
Bi Onah pun permisi dan kembali ke paviliun. Meski Aisha terlahir kaya namun wanita itu bisa mengerjakan pekerjaan rumah. Aisha bisa memasak dan cuci piring. Waktu kuliah di Stanford, Aisha tinggal sendirian di apartemen sehingga sudah terbiasa mandiri.
"Pak, Ibu. Saya pamit dulu," kata Bihan tidak enak. Ia tahu saat ini Alil hanya ingin berduaan dengan Aisha. Ia tidak boleh jadi pengganggu dan merusak kesenangan sang bos.
"Terima kasih Bihan," ucap Aisha melambaikan tangan.
Aroma makanan menyeruak, menggoda indra penciuman Alil dan Aisha. Perut Alil keroncongan saking laparnya.
"Hubby. Kamu sangat lapar." Aisha meledek suaminya. Masakan hari ini seafood saus Padang, tumis kangkung saus tiram, ayam rica-rica. Aisha menaruh semua lauk di piring suaminya.
"Baunya sangat enak. Aku menjadi semakin lapar." Alil mengelus perutnya.
"Mau disuapkan hubby?" Aisha kembali berinisiatif. Ia salah satu cara menyenangkan Alil.
"Bisa menggodaku dengan cara lain?" Alil malah menantang Aisha.
Aisha pun tersenyum. Ia ambil kursi dan duduk berhadapan dengan Alil.
"Satu suapan, satu ciuman."
Alil tersenyum bahagia. Penawaran Aisha tidak bisa ditolak begitu saja. Aisha benar-benar memberikan satu suapan dengan satu ciuman. Aisha tidak main-main dengan ucapannya. Alil malah tertawa konyol melihat sikap istrinya.
Dering ponsel Alil mengalihkan perhatian mereka. Alil membersihkan sisa nasi di bibirnya. Ia menggeser tombol hijau di handphonenya.
"Kapan kamu bawa istrimu ke rumah?"