Chereads / Gairah Beracun / Chapter 25 - Bertemu Kakek Alil (1)

Chapter 25 - Bertemu Kakek Alil (1)

"Kapan kamu bawa istrimu ke rumah?"

Alil terdiam dan tak bicara. Ia menatap Aisha dan lalu membalas pertanyaan kakeknya,"kapan Opa punya waktu?"

"Anak kurang ajar. Opa punya waktu kapan saja. Beraninya kamu menikah tanpa memberi tahu aku." Arman, kakek Alil bicara dengan gaya nge-gas. Cara dan kelakukan Arman hampir sama dengan Alil. Dingin, tegas namun baik hati.

"Bukannya aku tidak mau memberi tahu, tapi Opa waktu itu pergi umroh."

"Perempuan mana yang kamu nikahi?"

"Tentu saja perempuan baik-baik Opa. Dia wanita yang baik dan sempurna."

Aisha melotot mendengar percakapan Alil dengan kakeknya. Bicara keras dan blak-blakan. Aisha hanya menjadi pendengar dan duduk di pangkuan Alil.

"Omong kosong. Opa tidak percaya dengan ucapanmu."

"Astaga Opa. Mana pernah aku main-main dengan ucapanku. Istriku wanita baik-baik. Opa akan menyukainya jika kalian bertemu."

"Belum tentu Alil. Opa tidak yakin dengan dengan kamu. Kamu terlalu cepat menikah setelah mengetahui syarat menjadi ahli waris Marta Grup."

"Opa. Aku tidak pernah meminta menjadi pewaris Marta Grup. Opa yang menginginkan aku menjadi penerus Marta karena Opa tidak mau Alan yang memegang kendali perusahaan."

"Anak kurang ajar," pekik Arman di telepon. Aisha sampai kaget mendengar teriakan Arman. Alil  bahkan menjauhkan ponsel dari telinganya karena telinganya pekak.

"Opa. Jangan marah-marah. Sayangi jantung Opa." Alil malah meledek kakeknya. 

"Opa tunggu kamu besok malam. Kamu harus membawa istrimu Alil. Opa mengadakan acara makan malam khusus untuk kalian. Sambutan untuk istrimu karena telah menjadi bagian dari keluarga Sanjaya."

"Baik Opa. Aku dan istriku mengucapkan terima kasih," ucap Alil dingin lalu mematikan ponselnya.

"Siapa yang menelpon?" tanya Aisha kepo. Ia sangat penasaran.

"Opa."

"Kakekmu?"

"Hmmmm," jawab Alil singkat. Ia memeluk pinggang Aisha lalu menyandarkan kepalanya di pundak istrinya.

"Mau lanjut makan?" Aisha bangkit dari pangkuan Alil namun pinggangnya ditahan Alil.

"Aku sudah kenyang. Mau jalan-jalan?"

"Baik." Aisha mengangguk.

Alil bangkit lalu menggenggam tangan Aisha. Mereka berjalan di taman. Cuaca sangat bagus. Mereka berjalan menuju taman mawar yang sedang mekar. Ada bangku santai disana. Aisha dan Alil duduk seraya menikmati bintang dilangit. Bintang-bintang berkelip di langit, sangat indah.

"Mau bermain denganku?" Alil menggoda Aisha.

"Bermain?" Aisha ingin menertawakan kekonyolan Alil.

"Hubby kekonyolan macam apa ini?" Aisha tersipu malu dan tidak bisa menutupi tawanya. Langka, pria model Alil banyak bicara dan bermain-main.

"Kenapa aku senang ketika kamu memanggilku 'hubby'." Alil mendekat lalu mengelus paha Aisha dengan lembut. 

Meski gugup dan tidak terbiasa Aisha menerima sentuhan Alil di pahanya namun berusaha bersikap normal. Aisha bukan pelacur, tapi istri sah Alil.

"Aku senang jika kamu senang hubby," balas Aisha bersandiwara. Ia menyandarkan kepalanya di pundak Alil.

"Jadilah istri yang patuh dan penurut. Sejak awal kamu harus ingat Aisha. Kamu yang meminta menjadi istriku. Aku pernah bilang jika aku menginginkan anak dengan istriku. Sekali kamu menjadi istriku maka kamu tidak akan aku lepaskan meski dendam kamu pada Daffa dan Danu sudah terbalas," ucap Alil dingin namun membuat Aisha bergidik.

Sekali kamu menjadi istriku, maka kamu tidak akan aku lepaskan.

Jleb....

Kata-kata itu terngiang di telinga Aisha. Entah kenapa ia takut pada pria yang sedang memeluknya. Bagaimana warna asli Alil? Aisha tidak sanggup membayangkan jika waktunya tiba. Aisha membuang pikiran buruknya. Fokus utama menghancurkan Daffa dan Vana. Para pengkhianat harus mendapatkan balasan dari perbuatan mereka.

"Hubby. Kamu mengajakku bermain apa?" Aisha mengalihkan pembicaraan. Ia mengelus lengan Alil tanpa ragu. Ia tak merasakan apa-apa dengan sentuhan itu karena mati rasa.

"Coba gombalin aku dengan menggunakan kata bintang." Alil malah menggoda Aisha. Ia malah mencubit hidung Aisha.

"Harusnya kamu yang gombalin aku. Bukan sebaliknya." Aisha protes. Alil kadang lucu dan menakutkan disaat bersamaan.

"Apa ya?" Aisha pura-pura berpikir. 

"Kamu seperti bintang dihatiku," ucap Alil mengagetkan Aisha. 

Wanita itu tersentak. Ada keseriusan dari ucapan suami dadakannya.

"Ayo balas." Alil menyenggol kaki Aisha. Ia menatap Aisha tanpa berkedip. Memberikan kedipan mata hingga membuat Aisha melongo.

"Ayo balas. Kalo kamu kalah harus melayani aku tiga ronde malam ini."

"APA?" Aisha semakin shock. Tiga ronde malam ini. Bisa tidak jalan keesokan harinya.

"Beribu banyak bintang di langit namun hanya kamu yang ada di dalam hatiku," balas Aisha cepat.

Alil merangkul Aisha dan memberikan kecupan di kening Aisha. Aisha kembali pasrah dan tak menolak. Untung saja Alil good looking. Kalo aki-aki mungkin Aisha sudah mual dan pingsan.

"Cahaya bintang tidak bisa menyinari hatiku seperti kamu."

Aisha berpikir sejenak untuk membalas gombalan Alil. Tidak boleh kalah. Jika kalah tiga ronde sudah menanti. 

"Banyak bintang di langit namun mataku tidak bisa melihat bintang selain kamu."

"Lumayan." Alil tersenyum kaku. Keduanya bercanda hingga tengah malam. Tidak ada tiga ronde karena Alil sudah terlelap. Mereka banyak mengobrol malam ini.

Jam sudah menunjukkan pukul empat pagi. Aisha bangkit dari ranjang lalu mengambil handphone di atas nakas. Ia mengirim pesan pada Riana.

Aisha : Apakah kamu sudah bangun Ri?

Ting...

Tak lama kemudian ada balasan dari Riana.

Riana : Sudah Bu. Saya baru saja bangun.

Aisha : Aku akan menelpon kamu.

Aisha pun menelpon Riana. Gadis itu segera mengangkat panggilannya.

"Apa ada info terbaru?" tanya Aisha tanpa to the point.

"Vana dan Daffa menikah hari ini Bu."

"Bagus. Kamu harus expose pernikahan mereka. Buat juga berita pembatalan pernikahan kami."

"Ibu yakin dengan rencana ini. Apakah Bapak Alil sudah tahu?"

"Aku akan menjalankan rencanaku. Alil akan menjalankan rencananya untuk menghancurkan Danu. Aku yang akan langsung membalaskan dendam pada Daffa dan Vana. "

"Baik. Saya sudah hubungi wartawan Bu. Kita akan muat berita ini di media sosial dan diviralkan."

"Bagus. Jelita Jong bagaimana?"

"Saya sudah mengatur pertemuan Ibu dengan dia. Tadinya dia menolak namun karena saya menyebut nama Ibu. Dia mendadak berubah pikiran dan ingin menemui Ibu. Apa Ibu baik-baik saja? Bagaimana dengan Alil? Apa dia bersikap baik pada Ibu?"

"Aku masih beradaptasi dengan dia. Kadang dia kejam dan manis di waktu yang bersamaan."

"Apa Ibu jatuh cinta padanya?"

"Apa kamu gila? Mana mungkin aku jatuh cinta pada dia. Aku bersamanya karena ingin membalas dendam," ucap Aisha dengan suara bergetar. Ia menutup mulutnya setelah mengatakannya karena takut Alil mendengar.

"Baik. Berita pernikahan mereka akan dirilis setelah keduanya resmi menikah. Mereka tidak mengadakan pesta besar. Mereka hanya mengundang orang-orang terdekat."

"Bagus. Kamu langsung rilis berita tentang pembatalan pernikahanku dengan Daffa."

"Baik Bu."

Aisha menutup panggilannya. Ia menatap Alil yang tidur terlelap memeluk guling. Aisha pun pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka.

Alil membuka matanya lalu mengambil ponselnya. Ia mendengar percakapan Aisha di telepon. Pria itu hanya pura-pura tidur.

"Istriku mulai tidak patuh Bihan. Dia merencanakan akan mengekspos berita tentang Daffa dan Vana. Bereskan untukku."