Chereads / Gairah Beracun / Chapter 19 - Kenapa Menikah Dengan Alil?

Chapter 19 - Kenapa Menikah Dengan Alil?

"Ibu. Saya masih penasaran dengan pernikahan Ibu dengan Alil? Maaf jika saya lancang. Saya hanya khawatir dengan Ibu. Ibu sudah pernah merasakan pahitnya pernikahan dengan Daffa. Saya takut jika Ibu akan jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya. Apa Ibu yakin dengan Alil? Saya takut jika Ibu tertipu untuk kedua kalinya." Riana memberanikan diri untuk mengemukakan pendapatnya.

"Maaf jika saya terlalu ikut campur. Saya tidak mau melihat Ibu terluka lagi," tambahnya.

Aisha diam dan menatap Riana sejenak. Ia tahu jika Riana hanya mengkhawatirkannya. Aisha terlalu bodoh sehingga dia gampang ditipu. Wanita jika sudah bucin rela melakukan segalanya termasuk memberikan harta dan menafkahi pria. Memang pada kenyataannya wanita yang mandiri dan memiliki segalanya hanya butuh cinta dan bahu untuk bersandar. Aisha bersumpah tidak akan menjadi wanita yang bodoh lagi karena cinta. Cinta itu telah mati sejak malam itu. Pengkhianatan dan dendam telah mewarnai hidupnya. Aisha mengepalkan tangannya namun sudut matanya terlihat berair.

Riana menatap bosnya. Ia tahu jika Aisha sedang memendam perasaannya. Perempuan mana yang tidak terluka. Pria yang sangat dicintainya ternyata mengkhianatinya. Dari awal pria itu tidak pernah mencintai dan hanya memanfaatkannya. Aisha jadi bertanya-tanya. Siapakah ayah kandungnya jika bukan Danu? Aisha bersumpah akan membalaskan sakit hatinya pada keluarga Danu terutama pada Daffa dan Vana. Mereka telah bermain api dan membuat genderang perang.

"Hanya Alil yang bisa membantuku untuk saat ini. Aku butuh benteng yang kuat untuk bertahan. Melawan Daffa dan Danu seorang diri tentu saja tidak bisa. Mereka sangat licik dan berbahaya. Aku harus memiliki tameng. Tuhan menakdirkan aku untuk bertemu dengan Alil. Dia sangat kuat dan berpengaruh."

"Kenapa harus menikah dengan dia?" Riana menanyai Aisha seperti polisi.

"Hanya dengan menikah Alil akan menyetujui membantuku. Kami saling membutuhkan. Aku menikahi Alil hanya untuk membantuku membalas dendam. Alil juga memiliki misi balas dendam pada Danu, tapi dia juga membutuhkan aku untuk menjadi istrinya agar kakeknya memberikan warisan padanya. Jika Alil tidak menikah maka kakeknya akan memberikan warisan pada om-nya."

"Berarti ini simbiosis mutualisme?" Aisha mengangguk.

Riana mulai mengerti dimana arah permainan Aisha untuk saat ini.

"Ibu dan dia tidak harus...." Riana menggantung ucapannya karena takut menanyakan secara detail. Ia hanya membentuk kode 'itu'.

"Kami sudah menikah dan tidak mungkin jika tidak melakukannya," ucapnya dengan senyuman. Tidak ada keraguan dan ketakutan dimatanya. Aisha yang lembut dan penyayang itu telah mati. Dalam hatinya ada sakit hati dan dendam. Daffa dan Vana harus mendapatkan balasan dari perbuatan mereka. Aisha tidak akan membiarkan mereka hidup dengan tenang karena telah menyakiti dan membunuh bayinya.

"Jika hamil bagaimana?"

"Tidak akan hamil."

"Maafkan saya sekali lagi Bu. Saya minta maaf karena sangat lalai. Saya tertipu dengan Daffa dan Vana. Mereka memberikan saya banyak pekerjaan sehingga tidak sadar jika mereka melakukan sesuatu yang buruk pada Ibu. Daffa sangat licik. Dia menggunakan video lama Ibu yang sedang liburan sehingga tidak ada yang curiga dengan kepergian Ibu."

"No problem. You're not wrong. Mereka merencanakan dengan detail sehingga tidak ada yang curiga."

"Saya akan mencari tahu detail tentang suami Ibu. Saya tidak akan bodoh untuk kedua kalinya. Saya tidak akan meninggalkan Ibu apapun yang terjadi. Apa perlu kita expose perbuatan mereka?"

"Tidak perlu. Kita harus mendapatkan bukti yang kuat agar mereka mendapatkan hukuman. Aku jadi curiga. Aku penasaran siapa Danu sebenarnya. Jika dia bukan ayahku, siapa ayah kandungku? Keluarga mama tidak pernah aku ketahui sejak dulu."

"Saya akan menyelidikinya untuk Ibu meski sangat sulit."

"Terima kasih."

"Sudah tugas saya. Tapi saya ingin Ibu berhati-hati dengan Alil. Saya akan mencari tahu tentang dia pada Ibu. Saya tidak mau Ibu terluka untuk kedua kalinya."

"saya sudah tak punya cinta. Pernikahan kami hanya kontrak sampai dendam kami terbalaskan. Kami tidak akan bersama untuk selamanya. Aku harus baik-baikin Alil jika tidak semuanya akan gagal total. Aku harus menjadi istri yang patuh penurut padanya. Aku tidak boleh melanggar apa yang dia larang. Aku harus patuh jika ingin semuanya baik-baik saja."

"Apa Ibu jatuh cinta pada dia?"

"Aku tidak akan mencintai orang lain lagi. Aku akan belajar untuk mencintai diri sendiri," ucap Aisha dengan bibir gemetar.

Ucapannya terdengar oleh Bihan dari depan pintu. Bihan menunggu mereka di depan. Ia mendapatkan tugas untuk menjaga Aisha sementara waktu karena bodyguard Aisha belum ada. Alil tidak mau Aisha dalam bahaya karena Danu dan Daffa sudah mengetahui jika Aisha masih hidup.

"Ibu. Saya merasa bersalah karena telah gagal menjaga Ibu. Karena Ibu sudah tahu siapa Daffa. Saya ingin katakan siapa Daffa sebenarnya."

"Apa maksudnya?" Aisha membelalak dan penasaran.

"Dulu Ibu sangat mencintai Daffa sehingga saya tidak berani untuk mengatakannya. Maafkan saya. Orang yang sedang bucin tidak akan bisa dinasehati."

"Apa yang kamu ketahui tentang Daffa? Cepat katakan!"

"Daffa playboy. Vana tahu jika Daffa tidak pernah bisa setia. Daffa memiliki simpanan dimana-mana. Dia kadang berselingkuh dengan karyawan Nadia. Itu kenyataannya. Saya sudah lama tahu tentang Daffa dan Vana. Saya pernah melihat mereka check in di hotel."

"Kenapa kamu baru katakan sekarang?" Aisha meradang dan menarik kerah baju Riana.

"Saya sudah berusaha mengatakannya pada Ibu, tapi Ibu dibutakan oleh cinta. Ibu hampir memecat saya karena masalah ini. Saya melindungi Ibu selama ini karena Daffa bukan pria yang baik. Saya ingin membalas budi pada Ibu. Tanpa bantuan Ibu mungkin saya sudah kehilangan mama."

"Maafkan aku," ucap Aisha dengan nada lemah. Ia membuang nafas kasar. Cinta membuatnya menjadi bodoh dan dungu.

"Daffa memiliki simpanan dimana-mana."

"Cari tahu untukku."

"Baik. Aku akan mencari tahu tentang dia dan melaporkannya pada Ibu." Riana manggut-manggut.

Riana dan Aisha pun berpisah. Bihan mengikuti Riana sampai ke parkiran. Ia menarik tangan Riana dengan kasar lalu menyandarkannya ke dinding. Riana melawan. Ia menendang Bihan dan melayangkan pukulan ke wajah pria itu. Bihan memelintir tangan Riana di belakang punggungnya lalu berbisik di telinga Riana,"jangan pengaruhi Aisha untuk membenci Alil. Sekali lagi kamu mempengaruhi Aisha, maka aku tidak tinggal diam."

Riana melawan. Ia berbalik dan menendang selangkangan Bihan hingga pria itu menjerit dengan pilu. Teriakannya bahkan bisa didengar oleh Aisha.

"Jangan pernah mengancamku. Aku bisa potong burungmu dan aku jadikan sate," ucap Riana tanpa rasa takut.

"Ada apa?" Aisha menatap Riana dan Bihan penuh selidik.

"Tidak ada apa-apa Ibu. Hanya perkenalan biasa." Riana pura-pura tertawa hingga Aisha tidak menyadari perubahan wajah Bihan. Pria itu menatapnya tak suka. Ada rasa sakit hati yang tidak bisa hilang begitu saja. Bihan bersumpah akan membalas Riana.