Chereads / Gairah Beracun / Chapter 10 - Malam Pertama (3)

Chapter 10 - Malam Pertama (3)

"Maaf. Aku tidak sengaja," ucap Aisha lirih. Meskipun suaranya tak dapat didengar jelas oleh Alil yang tengah mengenakan handuk tapi setidaknya wanita itu merasa sedikit tenang.

"Biar aku bantu." Tubuh indahnya berjalan menghampiri Alil yang tengah meraih pakaian yang tertata rapi di tempat tidurnya.

Tangan Aisha mengambil pakaian Alil dengan lembut kemudian membantunya mengenakan pakaian. Ia ingin menebus kesalahannya pada Alil, meskipun tadi ia sempat dikuasai oleh nafsu. Keadaan jadi berbeda ketika menyebut nama Daffa. Aura Alil sangat menyeramkan ketika marah.

"Jangan seperti itu lagi. Melihatmu menyebut namanya di depanku membuatku kesal. Kau istriku. Aku tidak suka wanitaku menyebut nama pria lain."

Mendengar itu Aisha tertegun sebentar lalu tangannya kembali bergerak membantu Alil berpakaian.

"Maafkan aku."

Tak ada jawaban dari Alil. Pria itu hanya diam dan membisu.

"Baiklah," ucap Aisha dengan nada kecewa. Ia menggigit bibirnya dengan kesal.

'Kenapa aku harus mengingat orang yang menjijikan itu saat berhubungan dengannya'

Rasa sesalnya memuncak. Daffa sialan!

Tanpa sadar Aisha menggigit bibirnya dengan kuat membuat sudut bibirnya sedikit terluka.

Melihat wanita itu tampak menyesal membuat Alil iba. Ia menghampiri Aisha dan mengusap darah yang mengalir di sudut bibir wanita itu.

"Jangan terluka didepanku!" Meskipun dengan nada yang tegas namun tersirat kekhawatiran. Tatapan lembut yang tengah menatap iba pada wanita itu.

Aisha merasa beruntung. Ia menemukan seorang pria seperti Alil meskipun hubungan mereka hanya sebatas pernikahan kontrak. Mereka menikah demi misi masing-masing. Alil sangat aneh. Kadang pria itu bersikap acuh padanya namun tiba-tiba peduli dan khawatir. Pria itu lebih baik daripada mantan suaminya. Jika saja Aisha tak bertemu Daffa lebih dulu mungkin ia tidak akan berada disini. Melakukan pernikahan kontrak.

Tatapan lembut Alil membuat Aisha tenang namun ingatan tentang Daffa juga tak bisa hilang dari ingatannya. Kebencian itu membuatnya semakin menggila. Keinginan balas dendam membuatnya murka. Aisha tak sabar untuk membalas Daffa dan Vana. Percobaan pembunuhan dan pengkhianatan itu telah melukainya. Rasa kecewa paling mendalam adalah ketika mengetahui jika Danu bukan ayah kandungnya. Danu hanya ayah tirinya. Daffa kekasih Vana. Semua orang bersekongkol untuk membunuh dan merebut hartanya. Diam-diam Aisha menguntit keluarganya tanpa sepengetahuan Alil. Semua orang bersandiwara. Aisha merutuki kebodohannya karena telah tertipu dengan mulut manis keluarga Danu.

Alil mendahului Aisha ke meja makan, meskipun masih kesal namun Alil berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang. Ia tidak mau terlihat seperti pria yang kurang kasih sayang dan butuh belaian wanita.

"Sini aku ambilkan." Aisha berusaha memperbaiki kesalahannya dengan melayani Alil dengan baik saat makan. Ia mengambilkan nasi dan beberapa lauk ke dalam piring Alil.

"Selamat makan." Aisha memberikan makanan Alil.

"Ehm.." Alil hanya berdehem menanggapi sikap Aisha yang mulai manis.

"Ini juga enak." Aisha tersenyum puas dan kembali menyodorkan makanan yang ia sukai pada Alil. Melihat tingkah Alil yang mulai melunak, ia berinisiatif untuk lebih perhatian pada suaminya.

"Makan yang banyak. Balas dendam butuh energi," ucap Alil sambil memberikan lauk kesukaannya pada Aisha. Melihat Aisha tersenyum membuat Alil melupakan kekecewaannya.

"Tentu." Senyum Aisha merekah melihat suaminya yang begitu perhatian.

Mereka makan dengan lahap. Setelah makan malam Aisha dan Ali duduk di taman.

"Aku belum memaafkanmu," ucap Alil mengejutkan Aisha.

Aisha menunduk merasa bersalah. Ia pikir Alil yang sudah mmmelupakan kesalahan. Ternyata dugaannya salah. Alil masih menyimpan kekecewaannya.

Aisha merasa dia harus lebih berinisiatif lagi agar Alil mau memaafkannya dan melupakan kejadian tadi. Tangannya perlahan meraih tangan Alil. Pria itu tersentak kaget merasakan sentuhan tangan wanita itu yang begitu hangat, menyentuh pelan tangan Alil yang dingin. Alil berusaha mengalihkan pandangannya namun malah terlihat salah tingkah.

"Kenapa diam saja?" Aisha menatap Alil yang memalingkan wajah.

Alil memandangi bunga-bunga yang tengah mekar jauh disana. Malam begitu dingin tapi tangan Alil yang hangat membuat Aisha semakin nyaman. Ia menggenggamnya dengan erat dan menyandarkan kepalanya di pundak Alil.

Alil masih acuh dan tak bicara

"Maaf ya sayang," ucap Aisha memandang ke depan. Ia melihat indahnya malam yang bersama Alil. Pundak pria itu sangat nyaman. Bulan bertengger di langit dengan indah dihiasi bintang yang bertaburan membuat suasana malam begitu romantis.

"Sayang," panggil Aisha merajuk

"Diamlah," ucap Alil singkat. Ia belum mau bicara.

"Kalau begitu," Tiba tiba Aisha bangkit dan mengecup dengan lembut pipi Alil sebelah kanan.

"Sudah dimaafkan belum?" tanya Aisha menggoda. Ia berdiri di depan Alil. Telunjuknya mengarahkan wajah Alil hingga mendongak dan menatapnya. Pria itu sangat manis. Bibir Aisha terangkat dan mencoba menggoda Alil dengan kecupan lembut perlahan dari dahi dan hidung mancung lelaki itu. Aisha tiba-tiba terhenti lalu tersenyum nakal. Ia menatap bibir basah Alil yang begitu menggoda. Lidahnya menjulur merayu.

Kelakuan Aisha mengusik ketenangan Alil. Ia pria normal. Ia tahu jika Aisha tengah menggoda dan mencoba untuk menyenangkannya.

Aisha kembali menggoda Alil dengan menelusuri tengkuk Alil. Sentuhan itu menimbulkan gelenyar aneh dalam diri Alil. Aisha melepaskan tangannya. Realita tidak seperti ekspektasi Alil. Alil kecewa namun menutupi rasa kecewanya. Tidak mau memperlihatkan.

"Sudah puas?" tanya Alil kesal. Aisha hanya mengangguk pelan sambil tersenyum iseng.

Alil terus memandangi bibir manis Aisha. Ia berharap wanita itu segera mencium dan melumat bibirnya yang tengah menelan saliva namun tangan wanita itu terus menelusuri tubuh Alil dan menghindari ciuman di bibir Alil.

Alil yang tak sabar langsung menarik tangan Aisha hingga terjatuh ke tubuh Alil. Tangannya menopang tubuh sintal wanita itu dengan lembut dan melumat bibir mungil Aisha yang begitu menggoda dengan kasar. Aisha berusaha menghentikannya dan mendorong Alil dengan kuat agar menjauh.

Tenaga Alil yang begitu kuat kembali menarik tubuh Aisha hingga terduduk di atasnya. Alil mengecup ringan bibir Aisha.

"Hentikan..Ahhhh." Aisha merengkuh nikmat ketika tangan Alil menyusur ke dalam pakaian Aisha.

"Kau menyukainya kan?" tanya Alil menggoda Aisha. Kini nafas keduanya saling berpacu. Terengah-engah. Aisha kesulitan merespon godaan Alil karena terbakar dalam gairah.

"Kha.mar….…" Ucapan Aisha semakin tak jelas. Bibirnya dibungkam bibir Alil.

"Gadis nakal. Jangan tunjukan pada orang lain. Wajahmu yang seperti ini, hanya aku yang boleh melihatnya," ucap Alil menyeringai. Melihat raut wajah Aisha yang begitu erotis membuat nafsunya semakin memuncak. Juniornya membengkak.