Chereads / Gairah Beracun / Chapter 13 - Kekejaman Alil (1)

Chapter 13 - Kekejaman Alil (1)

Pagi telah menunjukkan cakrawalanya. Malam telah berganti dengan siang. Alil bangun dan sudah siap berangkat kerja. Ia sudah rapi dengan setelan kemeja dan jas.

Ia memandangi tubuh telanjang Aisha yang tengah terlelap. Wanita itu sangat seksi dan menggoda. Aisha menggeliat. Alil melongo melihatnya. Ia kembali tergoda untuk meniduri Aisha.

"Shit. Aku tidak boleh tergoda. Aku akan pergi kerja." Alil ingin mengelus pipi Aisha namun tidak jadi. Ia tidak mau mengganggu tidur istrinya. Aisha sangat kelelahan karena melayani nafsunya.

Alil mendekat lalu mencium kening Aisha dengan lembut. Perempuan itu tidak terusik dan masih nyenyak tidur.

"Kamu akan menjadi milikku. Setelah dendammu selesai kita akan mulai dari awal," ucap Alil pelan lalu mengelus kepala Aisha perlahan.

"Aku berangkat sayang." Alil mengecup kening Aisha dengan lembut.

Entah apa yang ada dipikiran Alil. Akhir-akhir ini selalu memikirkan Aisha. Perempuan itu telah memenuhi otaknya. Aisha berlari-lari dalam pikirannya.

Jangan terlena dengan wajah dan tubuh indah seorang wanita.

Alil tersadar dengan tujuannya menikah dengan Aisha. Tidak mudah mereka sampai ke ini. Alil melakukan pembatalan pernikahan Aisha dan Daffa. Pengacaranya sangat hebat sehingga pembatalan nikah itu bisa dilakukan tanpa sidang dan cepat. Alil turun ke bawah. Ia melihat salah satu ART sedang berberes.

"Tolong jaga Aisha ya Bi Santi. Jangan ada seorang pun membangunkannya dan mengganggunya. Sediakan juga makanan yang menyehatkan. Yang baik untuk tubuhnya. Terutama berikan makanan yang berprotein, dan bagus untuk memulihkan stamina." Alil bak ahli gizi. Bi Santi melongo mendengar ucapan Alil yang tanpa jeda. Alil terlihat mengkhawatirkan Aisha. Pria itu pun pergi namun kembali berbalik.

"Jangan lupa rawat dia dengan baik. Aku tidak ingin dia sakit."

"Baik Pak," balas Bi Santi dengan ramah.

"Aku pergi dulu." Ucap Alil. Ia berjalan ke luar untuk menuju ke depan rumahnya. Disana sudah terlihat Bihan yang tengah menunggunya dengan sabar.

Alil berjalan menuju mobil. Seperti biasa. Pria itu bersiul. Alil tidak pernah melakukan ini sebelumnya. Aisha mengalihkan dunianya. Perempuan itu sangat spesial dan berhasil menguasai hatinya. Tak mudah menaklukkan Alil. Pria dingin dan arogan. Entah apa yang Aisha miliki hingga Alil seperti ini.

"Selamat pagi Pak." Bihan menyapa bosnya dan tersenyum. Ia kemudian membuka pintu belakang mobil Mercedes Benz.

"Silahkan masuk Pak."

Alil pun masuk ke dalam mobilnya dan berangkat menuju kantornya. Bihan merupakan asisten pribadi Alil yang akan mengurus seluruh keperluannya.

"Pak. Bagaimana semalam?" tanya Bihan sambil tersenyum yang terpantul pada kaca spion tengah memandang ke arah bosnya.

"Biasa saja," jawab Alil dengan datar namun senyum mengembang di wajahnya. Ia berusaha menyembunyikan senyumnya dengan pura-pura sibuk. Matanya fokus pada Ipad ditangannya yang berisi dokumen tentang pekerjaannya.

Bihan kembali terdiam dan fokus mengendara setelah mendengar jawaban nosnya yang tidak memuaskan itu. Alil sepertinya malu untuk mengakui.

"Oh iya Pak. Saya sudah menemukan orang yang memasukkan obat afrodisiak ke dalam minuman Bapak," ucap Bihan sambil melihat sesekali bayangan Alil melalui kaca spion.

"Lakukan seperti biasanya," ucap Alil dengan tenang namun bengis. Alil mematikan Ipad di tangannya kemudian melihat keluar jendela mobil dengan wajah tanpa ekspresi yang membuat orang lain takut. Ia terlihat seperti merencanakan sesuatu yang buruk.

****

Setelah pekerjaan Alil selesai Bihan segera mengantarkan Alil ke tempat penyekapan pria yang telah memberikan obat afrodisiak ke dalam minuman Alil malam itu.

"Apa dia sudah mengakui dalang di balik semua ini?" tanya Alil pada Bihan.

Mereka berdua memasuki kawasan industri yang kelihatannya sudah lama terbengkalai. Banyak pabrik-pabrik yang telah berhenti beroperasi dan ditinggalkan begitu saja hingga bangunannya terlihat berkarat dan sangat tua.

Mobil Alil dan Bihan berhenti di sebuah bangunan utama yang terlihat sangat besar dan berdiri paling tinggi dibandingkan bangunan lain.

Setelah mereka berdua turun dan memasuki bangunan itu. Terlihat ruangan yang begitu luas dengan tembok yang sudah berlumut. Dinding itu ditumbuhi tumbuhan liar dengan akar pohon yang tak karuan dan beberapa besi tua yang tergeletak di pinggir ruangan itu. Di tengah ruangan terlihat seorang laki-laki muda yang tengah duduk dengan ikatan yang begitu ketat dan mulut yang ditutup dengan lakban hitam. Laki-laki itu terlihat ketakutan mendengar derap langkah Alil yang bergema dalam ruangan itu.

Keringat laki-laki itu bercucuran. Ia terus menggelengkan kepalanya ketakutan dan mencoba untuk lepas dari ikatannya. Usahanya tidak berhasil. Dua orang pria bertubuh kekar dan bertato menatap tajam padanya. Wajah mereka sangat menakutkan.

Kedua orang itu memandang Alil dengan serius, kemudian saat Alil mendekat kedua orang itu membungkuk ke Alil dengan hormat. Salah satu pria yang bertubuh tinggi mendekati Alil dan menjelaskan sesuatu.

"Dia orang yang telah memasukkan obat perangsang ke dalam minuman anda waktu di dalam club malam itu bos," ucap pria itu dengan suara serak.

"Jadi si tengik ini. Yang berani memasukkan perangsang ke dalam minuman seorang Alil Sanjaya?" Alil tersulut emosi. Ia geram dan marah.

"Apa kau merasa bahagia sekarang? Merasa sudah menang bisa menjebakku dengan mudah?" Bisik Alil mendongakkan kepala laki-laki itu kearahnya. Wajah pria itu babak belur dan darah yang bercucuran dari dahinya. Ia terus menggelengkan kepala pada Alil. Tubuhnya bergetar ketakutan melihat sorot mata Alil. Kekejaman dan kebengisan itu terlihat jelas.

"Fmfmfm" Laki-laki itu bergumam tak jelas sambil ketakutan. Tangannya yang terikat di belakang kursi berusaha untuk melepaskan diri.

"Kau pikir aku akan berbaik hati padamu? Bajingan. Kau pantas mendapatkannya." Alil menampar pria itu. Pria itu menggeleng minta dikasihani.

"Kau kira dengan melihatmu seperti ini akan membuatku kasihan?"

"No no no… Tentu saja tidak."

Alil tersenyum di depan laki-laki itu. Senyuman yang sangat menggetarkan bak iblis. Bengis dan kejam. Tubuh pria menggigil dan gemetar. Sorot mata itu tidak bisa menipu. Ia sudah bisa membayangkan apa yang akan Alil lakukan.

"Kalian terlalu baik padanya!" Alil menghantam perut pria itu dengan keras menggunakan tinjunya yang kuat. Pria itu terlempar jauh dan kepalanya terbentur ke lantai. Suaranya menggema membuat orang yang mendengarnya merinding ketakutan.

"Hei. Jangan pingsan dulu. Ini masih awal. Aku akan berikan hadiah spesial," ucap Alil dengan senyum kaku di wajahnya. Ia bicara pelan namun membuat semua orang yang mendengarnya bergidik. Ia berjalan mendekati pria itu. Darah keluar dari balik lakban yang menutupi mulutnya.

Alil kembali menarik kerah laki-laki itu dan menghajar wajahnya beberapa kali hingga wajah pria itu berubah keunguan. Pria itu berteriak meminta pengampunan namun ucapannya tidak jelas karena mulutnya di lakban.

Pria itu merintih, menangis dan ketakutan melihat Alil yang dengan santai menghajarnya hingga terlempar beberapa kali.