Alil memojokkan tubuh Aisha di dinding yang begitu dingin. Aisha sempat kaget melihat Alil yang sepertinya sudah mulai dikuasai oleh nafsu melayangkan setiap kecupan pada bibirnya yang lembab.
Keringat Alil bercucuran. Ia mendekatkan tubuhnya ke Aisha dan memeluknya perlahan.
"Apa kau bisa merasakannya?" tanya Alil di telinga Aisha.
Aisha tersentak merasakan sesuatu yang tengah mengeras di dekat perutnya.
"Apa kamu menahannya sejak tadi?" tanya Aisha sambil memandangi wajah Alil yang mulai memerah dengan nafas yang tak beraturan. Suara itu terdengar sayup-sayup di telinga Aisha.
Aisha mendekatkan tangannya dan membelai milik Alil dengan perlahan. Merasakan betapa panas dan bergairahnya Alil. Mungkin ini cara Aisha menaklukkan Alil. Aisha memiliki harapan besar pada Alil karena pria itu yang akan membantunya balas dendam pada keluarga Danu. Dendam itu semakin membara ketika mengingat wajah bengis Daffa dan Vana.
"Bagaimana jika kau puaskan yang dibawah sana?" tanya Alil dengan nafas terengah-engah. Sentuhan Aisha yang membuatnya semakin sensitif.
"Tapi…" Aisha merasa takut melihat milik Alil yang menegang. Besar dan panjang…
"Aku takut." Aisha dengan cepat menolak permintaan Alil. Sebelumnya Aisha tak pernah melakukannya dengan Daffa. Mereka bercinta dengan gaya konvensional. Permainan Alil memang lebih hebat daripada Daffa. Aisha bisa membedakannya.
"Kau belum mencobanya. Ini menyenangkan sayang." Alil menggoda istrinya.
Muka Aisha memerah mendengarkan ucapan mesum Alil. Aisha hanya diam dan mematung. Alil menyentuh dagu Aisha dan mendongakkan kepala istrinya.
"Jangan palingkan pandanganmu dariku. Apa kamu gugup?"
"Aku tidak gugup," jawab Aisha cepat. Ia memasang senyum palsu. Ia harus menyenangkan suami kontraknya.
"Bukankah kau yang ingin melayani suamimu dengan baik? Jadi aku mengajarimu dengan baik."
"Aku...a-ku" Aisha tergagap. Tubuhnya panas dingin. Ia mencibirkan bibirnya dengan kesal.
Melihat istrinya yang begitu imut Alil menjadi gemas. Aisha terlalu lama sehingga Alil membuka kemejanya sendiri. Setiap bagian tubuh Alil terekspos tanpa sehelai benang pun.
Melihat Alil yang begitu percaya diri, membuat Aisha mendekat pada Alil dan mengecup bibir Alil dengan cepat.
Alil tersenyum melihat Aisha yang tiba-tiba bertingkah manja di depannya.
"Masih mau lanjut?" Alil kembali bertanya dengan suaranya yang begitu rendah, tepat terdengar di telinga Aisha membuatnya tersentak.
Suaranya saja membuat jantung Aisha berdetak dengan cepat. Perlahan Alil melepaskan piyama Aisha yang begitu tipis. Tangannya yang begitu panas menjelajahi tubuh Aisha dengan lembut sambil melepas setiap helai pakaian dalam Aisha dan akhirnya berhenti di sebuah spot milik Aisha. Tangan Alil perlahan membelainya dengan lembut lalu mempermainkannya sesuka hati.
"Aku suka melihat kamu pakai baju dinas," ucap Alil diselimuti gairah. Penampilan Aisha sangat seksi dan membuat nafsunya membara.
"Jangan main-main." Aisha menghentikan tangan Alil. Tubuhnya bergetar dan menggelinjang ketika Alil membelainya dengan lembut.
"Ternyata kau belum siap. Aku akan lakukan pemanasan.." Alil tersenyum dan melepas genggaman Aisha agar ia dapat melanjutkannya.
Aisha mendesah kala merasakan jari jemari Alil memainkan miliknya. Cairan bening membasahi milik Aisha. Alil menarik jarinya lalu menghentikan tindakannya.
"Kenapa berhenti?" Aisha memprotes tindakan Alil.
"Kenapa? Kamu suka sayang?" Alil tertawa menghadapi sikap manja istrinya.
"Tidak." Aisha tidak berani mengakuinya.
"Ya sudah. Aku mau istirahat dan tidur." Alil mengambil pakaiannya dan siap mengenakannya.
"You are mine," ucap Aisha posesif.
Alil tersenyum dan merengkuh tubuh tubuh istrinya. Kenapa Aisha sangat menggemaskan dan manja?
Aisha begitu kaget melihat ekspresi Alil yang begitu menggoda. Aisha sudah tak tahan lagi. Ia mengisyaratkan pada Alil untuk memasukinya. Alil dengan senang hati mengikuti isyarat Aisha dan mereka menyatu dalam lautan cinta.
Alil bergerak dengan lihai membuat Aisha merintih kesakitan. Air matanya terus mengalir merasakan kesakitan dan nikmat di waktu yang bersamaan. Ia merasakan betapa panasnya Alil dan ketegangan pria itu memasukinya.
"Jangan tegang. Kau harus rileks," kata Alil sambil memposisikan diridi atas Aisha. Ia mengecup bibir istrinya sekilas. Alil begitu memuja istrinya meski tak berani mengakuinya.
Aisha tidak merespon dan hanya mencengkram lengan Alil dengan kuat. Alil mengalihkan perhatian Aisha dengan melakukan mengulum bibir istrinya. Hal itu membuat perhatian Aisha teralih dan kini tubuhnya dapat lebih rileks. Setelah mengetahui itu Alil kembali menghujami tubuh bagian bawah Aisha dengan cepat. Membuat Aisha mengerang dan menggelepar dalam hasrat.
Tubuh Alil bergerak semakin cepat membuat keduanya semakin menggila. Aisha menikmati permainan Alil meski pada awalnya terasa sakit. Rasa sakit itu telah berganti dengan rasa nikmat. Kedua berpacu dalam gairah hingga akhirnya sampai ke puncaknya secara bersamaan. Aisha melenguh menikmati puncak hasratnya. Sangat memuaskan.
Keduanya berhenti sejenak untuk mengatur nafas mereka yang saling memburu. Mereka terkapar di atas ranjang. Mereka bercucuran peluh dan berkeringat.
"Aisha. Aku benar-benar senang bisa memilikimu."
"Aku ingin kamu selalu bersamaku," ucap Alil tanpa sadar. Pria itu memeluk Aisha dengan erat lalu mencium kening Aisha dengan lembut.
"Apa kamu senang sayang?" tanya Aisha sambil memandang wajah Alil yang terlihat sangat serius. Ia harus memuji Alil untuk menyenangkan pria itu.
"Tentu saja. Jika bisa, aku akan menguncimu di dalam kamar dan tak ada satu orangpun yang boleh menemuimu selain aku," jawab Alil terkekeh.
Aisha hanya menggelengkan kepala bahkan mengejek suaminya.
"Jangan ketawa. Lihat saja nanti. Kamu akan aku hukum untuk melayaniku selamanya." tambah Alil. Ia kesal mendengar tawa kecil Aisha yang terkesan merendahkannya.
"Aku hanya bercanda Bapak Alil. Bukankah kau sering bertemu wanita yang lebih cantik di luar sana?" Aisha tiba-tiba menanyakan hal itu untuk mengalihkan kemarahan Alil. Sikap pria itu kembali dingin.
"Tentu saja ada banyak wanita cantik yang sering kutemui tapi…" Alil menggantung ucapannya.
"Tapi apa?"
"Hanya kau wanita yang aku tiduri dan nikahi."
"Kamu perjaka yang pro." Aisha kembali meledek suaminya.
"Semoga kamu menjadi satu-satunya wanita yang bersamaku," ucap Alil dengan senyuman yang begitu menenangkan.
Aisha tidak menganggap serius ucapan Alil. Mereka menikah bukan berdasarkan cinta. Ia menikah dengan Alil untuk mencapai tujuannya. Membalas Daffa dan Vana. Tangan itu kembali mengepal dengan kuat.
****
Pagi telah menunjukkan cakrawalanya. Malam telah berganti dengan siang. Alil bangun dan sudah siap berangkat kerja. Ia sudah rapi dengan setelan kemeja dan jas.
Ia memandangi tubuh telanjang Aisha yang tengah terlelap. Wanita itu sangat seksi dan menggoda. Aisha menggeliat. Alil melongo melihatnya. Ia kembali tergoda untuk meniduri Aisha.
"Shit. Aku tidak boleh tergoda. Aku akan pergi kerja." Alil ingin mengelus pipi Aisha namun tidak jadi. Ia tidak mau menggangu tidur istrinya. Aisha sangat kelelahan karena melayani nafsunya.
Alil mendekat lalu mencium kening Aisha dengan lembut. Perempuan itu tidak terusik dan masih nyenyak tidur.