Sesampainya di kamar Alil kembali memojokkan Aisha di dinding, melumat bibir wanita itu dengan ganas bagai hewan buas yang menangkap mangsanya. Tangannya menggerayangi tubuh wanita itu.
"Ahhhh. Jangan." Saat sampai pada milik Aisha tangan Alil mulai menggila. Perbuatannya embuat wanita itu tak kuat menahan tubuhnya sendiri.
Alil dengan sigap menopang tubuh wanita itu dan terus melumat setiap bagian tubuh Aisha dengan sangat bernafsu.
"Tenang Aisha. Jika dapat memuaskanku disini. Aku akan memaafkanmu," bisik Alil di telinga Aisha. Membuat wanita itu semakin terpancing. Tubuhnya menggeliat dengan hebat. Nikmat.
Aisha menjambak rambut Alil dengan kasar sedangkan Alil mengecup tengkuk Aisha dan meninggalkan kissmark disana.
Malam semakin larut keduanya semakin menggila karena nafsu.
"Aisha."
Alil menggendong tubuh Aisha yang tengah terekspos akibat perbuatannya. Kemudian menjatuhkannya ke ranjang.
Alil membuka pakaiannya dengan cepat tanpa meninggalkan setiap kecupan yang terus ia layangkan pada bibir Aisha yang basah.
"Alil." Aisha memanggil namanya membuat semakin gila. kini ia menggoda milik Aisha dengan menjilatinya dengan lembut.
"Ahhh. Jangan. Ahhhhhh" Aisha merasa keenakan namun apa yang dilakukan Alil menurutnya begitu menjijikan namun disisi lain hal itu membuatnya terbang.
"Jangan menolakku." Alil menjilati leher Aisha.
"Alil." Aisha menatap Alil dengan mata berkabut gairah.
"Lihat betapa basah disini." Alil menyentuh lalu menjilati milik Aisha dengan lembut.
"Ahhhhh…." Aisha terus mendesah. Gairah membuatnya kehilangan akal sehat. Aisha tak dapat berpikir dengan jernih.
"Aku menginginkan kamu, istriku.""
"Cepat." Aisha terus merengek dengan tangannya yang mencengkram pundak Alil.
"Aisha. Kamu sangat nakal. Sabar. Siapa yang akan menolakmu." Alil sambil memasukan miliknya ke dalam milik Aisha. Sentakan Alil membuat tubuh mungilnya menggeliat. Milik Alil semakin membesar membuat Aisha kelabakan.
Alil mendorong dengan kasar miliknya. Ia tak pernah segila ini namun Aisha membuatnya berbeda. Ia tidak bisa mengelak ketika Aisha terus menggodanya. Pria mana yang tidak akan tergoda melihat wanita secantik Aisha.
"Dasar Nakal." Alil terus mendorong dengan kasar hingga akhirnya klimaks dan membasahi milik Aisha.
Aisha bernafas lega karena Alil telah mencapai puncak dan artinya mereka telah selesai. Aisha beranjak untuk meraih pakaiannya yang berceceran di lantai. Alil tidak membolehkannya. Alil langsung menariknya dan kembali melumat bibirnya. Aisha kehilangan kendali. Ia beberapa kali mencoba mendorong Alil agar menjauh namun usahanya gagal.
Alil kembali mendorong Aisha. Mereka melakukan doggy style membuat Aisha semakin menggila.
"Hentikan..hhhh" Aisha berteriak kesakitan namun Alil tidak peduli. Ia terus menggesekan miliknya. Aisha semakin lemas dan tak bertenaga. Ia merasakan nikmat sekaligus lelah
"Hentikan? Tapi kelihatannya kamu sangat menikmatinya" Alil terus mendorong miliknya. Oa mencapai puncaknya dan kembali mengeluarkannya di dalam.
"Bagaimana jika aku hamil?" tanya Aisha kesal.
"Bukannya kamu ingin punya anak? Kita sudah menikah Aisha. Tidak ada yang perlu ditakutkan. Aku senang jika kau mengandung anakku. Keluargaku akan senang." Alil mengecup pipi Aisha.
Aisha mengalihkan pandangannya. Ia nampak kesal dengan perkataan Alil. Gila. Mereka hanya menikah kontrak.
"Kau sudah selesai. Kalau begitu aku akan mengambil pakaianku." Aisha meraih pakaiannya dan mengenakannya, namun Alil kembali bangun dan memeluk Aisha dari belakang.
"Aku belum puas. Sayang," Bisiknya di telinga Aisha. Dengan suaranya yang rendah membuat Aisha lemas.
"Apa?" Aisha berbalik dan ingin memprotes namun Alil tak mengijinkannya dan langsung merenggut bibir mungil Aisha. Alil berhenti dan menatap Aisha sambil tersenyum manja.
"Bagaimana jika kau puaskan yang dibawah?" Aisha langsung melihat ke arah junior Alil yang tengah berdiri tegak. Ia bergidik ngeri.
Tangan Aisha perlahan menelusuri selangkangan pria itu kemudian berhenti pada junior Alil yang tengah tegang.
"Kalau begitu akan kupuaskan si kecil ini." Aisha mengulum milik Alil dengan perlahan. Aisha bermain-main dengan milik Alil. Aisha yakin jika Alil meminum obat kuat. Mana ada pria yang langsung on setelah pelepasan?
Alil mendorong miliknya masuk kedalam mulut Aisha. Aisha sempat terbatuk namun tetap mengulum milik Alil dengan lembut.
Alil menggerakkan miliknya di dalam mulut Aisha, membuatnya semakin terbang. Blow job seperti itu membuatnya semakin tak tahan untuk kembali meniduri Aisha.
Ia kemudian memuncratkan miliknya kedalam mulut Aisha.
"Alil." Aisha kesal dan menepak paha Alil. Ini kali pertama Aisha melakukan bloe job. Ia tak pernah melakukannya selama menikah dengan Daffa. Meski kesal namun Aisha menikmati permainan ini.
"Maknyos," ucap Aisha menyindir Alil.
Alil tak habis pikir wanita yang ada di hadapannya tidak seperti biasanya yang begitu kalem dan terkadang penuh dendam namun saat ini Aisha malah terlihat bagai wanita yang haus kasih sayang. Alil menahan miliknya. Ia tidak memasukkannya. Setelah puas bermain-main mereka menyudahi pergumulan panas itu.
Keesokan harinya. Aisha masih terkapar di tempat tidur.
"Gimana? Apa masih sakit?" tanya Alil merasa bersalah. Ia sudah rapi dan mengenakan pakaian kerja.
"Jahat!" Aisha merengut kesal. Tubuhnya remuk karena perbuatan Alil. Pria itu sangat ganas dan gila ketika bercinta. Ini pengalaman pertama Aisha. Semalaman bercinta.
"Aku tidak jahat. Kamu juga menikmatinya."Alil tersenyum mengejek Aisha yang tak bisa bangun dari tempat tidur.
"Aku akan panggilkan dokter untuk memeriksa kamu."
"Tidak perlu." Aisha mengerucutkan bibirnya dan memeluk gulingnya dengan erat.
"Biar bibik yang membereskan kekacauan ini. Mereka akan mengantarkan sarapan kamu. Aku pamit." Alil berlalu pergi meninggalkan Aisha yang tengah membenamkan wajahnya ke guling. Mukanya memerah mengingat kejadian semalam. Kenapa ia bisa liar dan senakal itu?
"Dasar jahat," gumamnya mengerucutkan bibir.
*****
Alil sudah sampai di kantor. Ia berjalan sambil bersiul. Hal yang tak pernah dilakukannya selama ini. Mood Alil sangat baik.
"Selamat Pagi Pak." Setiap pegawai yang berlalu lalang menyapanya dengan formal.
"Pagi juga," balas Alil menebarkan senyum.
Bihan terlihat kaget melihat Alil yang menjawab sapaan pegawainya. Biasanya acuh dan tak peduli dengan mereka.
"Apa ada terjadi kemarin Pak?" tanya Bihan ingin tahu. Ia terlihat sangat antusias dengan perubahan Alil yang drastis.
"Tidak ada," jawabnya dingin. Ia mengabaikan Bihan dan berjalan ke ruangannya.
Karin tengah berdiri memandang bosnya yang tengah tersenyum sambil bersiul dengan gembira.
Seisi kantor merasa aneh dengan tingkah Alil yang tiba-tiba berubah dalam semalam, membuat pegawainya ketar-ketir takut akan ada kejadian yang tak terduga.
"Karin." Bihan mencoba memanggil Karin dengan sedikit berbisik. Karin mendengar panggilan itu, kemudian menatap balik Bihan yang berada tepat di belakang Alil. Mencoba mengirim sinyal bahwa bosnya mereka dalam mood yang baik karena Aisha.
Karin hanya tersenyum membalas sinyal dari Bihan. Ia mengangguk berdehem di dekat Alil. Alil yang merasa diejek Karin mempercepat langkahnya dan masuk ke ruangannya.
"Kurasa sikap dinginnya sudah mulai mencair berkat Aisha," bisik Bihan pada Karin.
"Setuju," ucap Karin sambil terkekeh melihat sikap Alil.