"Aaaaaaaag...bajingaan! Hentikaaan , kau sudah menyakiti ku!! Aaaaarrgghhhh.....sakit....ampuuun.....aaaaaarh!!!!"
Oscar menutup kupingnya. Setiap hari teriakan seperti itu sudah seperti nyanyian di telinganya. Dan, jika suara itu terdengar , ia hanya akan diam di kamarnya. Menutup kuping dan bersembunyi di balik selimut.
Biasanya teriakan- teriakan itu akan terdengar sekitar 20 sampai 30 menit. Setelah suara teriakan itu hilang, maka suara itu akan berganti dengan suara tangisan.
Oscar baru berusia 7 tahun. Saat ini ia duduk di kelas 2 SD. Ayahnya seorang pemabuk, penjudi, suka main perempuan, dan suka main tangan terhadap ibunya. Sementara ibunya bekerja di sebuah kelab malam. Ia bekerja sebagai LC atau ladies charge. Wanita bookingan, wanita yang menemani tamu di ruangan karaoke, di meja tamu, bahkan tak jarang, jika harga cocok menemani di kamar hotel..
Ibunya akan pergi bekerja pukul 8 malam, dan akan kembali pukul 3 atau 4 dini hari. Setelah itu, dia akan tidur dan bangun jam 6 pagi untuk menyiapkan sarapan. Lalu ia akan tidur lagi. Dan , pada pukul 11 siang ia akan pergi ke salon. Ya, ibunya juga seorang penata rambut. Pemilik salon kecantikan tau, bahwa ibunya bekerja juga di malam hari. Sehingga ia diizinkan untuk masuk pukul 11 siang dan pulang pukul 4 sore.
Oscar sudah terbiasa bermain, belajar tanpa di temani belaian hangat sang ibu.
Sepulang sekolah, ia akan makan makanan yang telah di siapkan oleh Casandra, sang ibu. Lalu ia akan mencuci piring dan membereskan rumah. Setelah itu, dia akan mengerjakan peer nya dan masuk ke kamarnya untuk diam saja di sana.
Oscar tidak pernah memiliki teman. Anak- anak sebayanya tidak ada yang mau bermain dengannya. Karena, mereka takut pada ayah Oscar yang jika marah akan melemparkan semua barang.
"Bajingan kau...!!!!" Suara ibunya terdengar lagi.
"Kau yang perempuan murahan! Kau pikir aku tidak tau kelakuanmu di luar sana?!Kau tidur dengan banyak lelaki di hotel- hotel! Aku ragu, jangan- jangan Oscar bukan darah dagingku. Tapi anak haram! Jawaaaab haaaah....!!!!!"
"Jika aku perempuan murahan, lalu kau apa?! Lelaki murahan? Lelaki tidak punya harga diri atau apa?! 10 tahun kita menikah, tapi apa yang sudah kau berikan kepadaku? Hanya penderitaan! Aku menyesal sudah meninggalkan orang tuaku demi untuk menikahi lelaki bangs@t sepertimu!!"
Plak plak buugh buugh.....bruaaaaak
Terdengar pintu di banting dengan keras. Oscar tau, ayahnya pasti sudah pergi.
Perlahan ia keluar dari selimutnya, lalu ia membuka pintu kamarnya. Keadaan rumah berantakan. Barang- barang berhamburan di mana- mana. Sementara, ia melihat ibunya meringkuk di sudut ruangan sambil memegangi perutnya. Wajah ibunya tampak kusut, sudut bibirnya berdarah. Matanya membiru, rambutnya acak-acakan.
Ayahnya pasti sudah memukul wajah dan menjambak rambutnya.
Saat melihat nya berdiri mematung, Casandra bergegas menghapus air matanya lalu memeluk Oscar.
"Kau dengar apa yang ayah mu katakan nak? Jangan kau masukkan hati. Kau adalah anakku, dan anak ayahmu. Kau percaya ibu kan? Kau sayang pada ibu kan?" Kata Casandra sambil membelai rambut Oscar.
Oscar membelai lembut pipi ibunya. Lalu, ia mengecup dahi ibunya.
"Ayo kita obati luka ibu," katanya pelan.
Ia lalu membimbing ibunya ke sofa. Lalu mengambil kotak p3k dan juga sisir. Perlahan Oscar membersihkan luka Ibunya dengan sedikit alkohol. Lalu mengoleskan salep untuk luka. Lalu, perlahan ia menyisir rambut ibunya.
"Terimakasih, nak...kau baik sekali."
"Kita pergi saja bu. Kita tinggalkan lelaki itu. Dia tidak pantas memjadi suami dan seorang ayah...."
Casandra menatap putranya itu. Ia tersenyum mendengar kata- kata dewasa yang keluar dari bibir mungil putranya. Ah, putraku yang baik, putraku yang dewasa sebelum waktunya, pikir Casandra.
"Ibu takut, dia akan mencari kita lalu, menyiksa kita lebih lagi nak," kata Casandra.
"Kita tinggalkan kota ini,bu. Kita hidup di kota lain. Aku juga tidak memiliki kawan di sini. Semua kawan tidak ada yang mau bermain denganku. Mereka semua takut pada ayah. Aku ingin bermain juga bu, aku ingin seperti anak- anak yang lain. Aku mohon bu, tolong aku. Ayo kita pergi dari sini,bu.....!!!!"
Oscar kecil mulai menangis. Casandra merasa batinnya begitu perih. Ia menatap putranya itu. "Maafkan ibu nak, ibu belum bisa membahagiakan mu. Baiklah, kita akan pergi dari sini. Ibu akan kumpulkan uang dulu untuk bekal kita. Tolong beri ibu waktu ya. Ibu janji, ibu janji akan membawamu pergi dari sini."
Oscar mengangguk mengiyakan.
"Kau sudah makan?"
"Belum, bu..."
Casandra pun segera beranjak. "Ibu akan memasak untukmu ya. Tunggu lah," ujarnya. Casandra lalu melangkah menuju dapur dan mulai memasak. Sementara Oscar, ia tidak mau berdiam diri. Ia segera membereskan ruangan yang berantakan itu.
Ayahnya memang selalu begitu. Ia pulang hanya untuk menyiksa ibunya dan meminta uang. Setelah itu, ia akan pergi berhari- hari. Dan pulang dengan membawa wanita nakal. Atau seperti hari ini, pulang karena kalah judi lalu memukuli ibunya setelah itu pergi. Tentu saja, setelah ia merampas uang yang ada. Itu pasti, terlihat dari ruangan yang berantakan seperti ini.
Tak lama aroma yang begitu menggugah selera tercium. Casandra memang pintar memasak. Apapun yang ia masak, selalu terasa nikmat di lidah Oscar.
Tepat, setelah semuanya kembali rapi, Casandra pun memanggil Oscar untuk segera makan.
"Oscar, makanlah dulu nak, ibu akan mandi dan bersiap untuk bekerja," kata Casandra.
Oscar berjalan perlahan menuju meja makan. Di atas meja sudah tersedia tempe bacem, telur dadar dan tumis kangkung.
"Duduk, lalu makanlah nak...!" Perintah Casandra. Oscar segera mencuci tangan nya lalu ia duduk dan mengisi piringnya , lalu mulai makan. Sementara Casandra bergegas mandi lalu berpakaian dan ia pun menemani Oscar sambil mulai mendandani wajahnya.
Inilah yang selalu membuat Oscar takjub. Casandra sangat pandai mendandani wajahnya dengan alat- alat make up nya. Sehingga bekas- bekas luka, bahkan tanda- tanda pukulan yang membiru itu dapat di samarkan. Bahkan, Casandra terlihat sangat cantik setelah ia berdandan.
"Kau kunci pintu rumah baik- baik. Kau menonton televisi dan bermain saja di kamarmu ya. Belajar yang baik, dan jangan tidur terlalu malam. Ibu usahakan untuk pulang lebih cepat malam ini."
"Berjanjilah untuk mengumpulkan uang sehingga kita bisa pergi dari sini ,bu."
Casandra menatap putra kesayangannya itu. Ia mengangguk kan kepalanya.
"Ibu janji, kita secepatnya akan pergi dari sini."
"Kelak, ibu harus menemani ku belajar dan bermain ya, bu," pinta Oscar.
Casandra memeluk putranya itu penuh haru
"Pasti nak, pasti.....ibu janji akan membahagiakanmu."