Oscar menjalani hari demi hari dengan rutinitas yang sama. Hampir sebulan ini, ayahnya tidak pulang ke rumah. Ia merasa sedikit tenang, karena ia tidak di paksa untuk mendengar suara jerit kesakitan ibunya. Tidak harus membereskan barang-barang yang berhamburan karena di lemparkan oleh ayahnya.
Malam itu, Oscar mendengar suara- suara aneh yang terdengar dari kamar sang ibu. Ia tertidur cukup pulas,sehingga ia tidak mendengar ibunya pulang. Perlahan, Oscar membuka pintu kamarnya tanpa menimbulkan suara sedikitpun.
Ia melihat pintu kamar ibunya sedikit terbuka. Oscar pun mengintip dari celah yang terbuka itu. Ia melihat pemandangan yang seharusnya belum pantas untuk dia lihat. Ia melihat ibu nya dalam keadaan tidak mengenakan sehelai benang pun, begitu pula lelaki yang bersamanya. Mereka saling bergumul, saling memacu dan akhirnya berteriak puas, lalu terkapar kelelahan.
Oscar menelan saliva nya. Ia berdiri mematung, dekat pintu. Apa yang sedang ibunya lakukan, bagaimana jika ayah nya datang. Oscar menjadi sedikit panik. Ia takut, jika ayahnya memergoki. Pastilah akan terjadi keributan.
"Sayang, bagaimana jika kita pergi? Kau tinggalkan saja suami mu itu. Ramon tidak akan bisa berubah."
"Oscar juga akan ku bawa jika kita pergi."
"Tidak...!!! Oh, sayang, kita akan memulai hidup yang baru. Biarkan saja anak itu."
"Apa kau gila?! Anak itu masih kecil, bagaimana mungkin dia bisa bertahan. Tidak,aku akan membawanya bersamaku. Tanpamu , aku dan anakku bisa hidup. Dia adalah hartaku yang paling berharga!"
Plaak plak
Oscar tersentak, ia melihat pria itu menampar ibunya. "Perempuan tidak tau di untung, kalau kau tidak mau ikut bersamaku lebih baik kau mati saja."
Lelaki itu lalu mencekik leher ibunya kuat- kuat. Oscar melihat ibunya mencoba melawan, namun, tangan lelaki itu lebih kuat. Dalam beberapa menit ia melihat ibunya menggelepar- gelepar dan akhirnya berhenti bergerak.
Amarah Oscar seketika memuncak. Ia melihat samurai yang tersimpan di sudut ruangan. Tanpa berpikir panjang ia meraih samurai itu dan ia pun menghambur ke arah lelaki itu dan menusuknya tepat di paru-paru sebelah kanannya. Lelaki itu seketika terhuyung, darah keluar, ia menggelepar tanpa suara. Dan beberapa saat kemudian ia menghembuskan nafas terakhir.
Oscar bergegas menghampiri tubuh ibunya. Ia menggoyangkan tubuh itu, namun sia- sia. Ibunya sudah pergi untuk selamanya. Tanpa pesan, tanpa ucapan apapun.
Oscar melihat mayat- mayat orang dewasa itu. Ia merasa bingung, polisi tentu akan curiga.
Cekrek.....cekrek.
"Wanita sial.....hahahaha.... perempuan tidak berguna...!!!"
Oscar buru- buru masuk ke kamarnya dan bersembunyi, ayahnya datang. Terdengar bunyi berdebum, lalu hening. Perlahan-lahan Oscar membuka pintu dan melihat keluar kamar. Rupanya sang ayah pulang dalam kondisi mabuk parah, dan ia langsung jatuh di atas karpet di tengah ruangan. Tiba- tiba saja, Oscar mendapatkan ide yang cemerlang. Ia tersenyum licik penuh kemenangan.
*
*
*
Dan, dini hari itu kesunyian di pecahkan oleh bunyi sirine mobil polisi dan ambulance. Oscar nampak berada dalam pelukan seorang wanita. Ia menangis dan meratap.
"Ibuuu...ibu...ibuu...aku mau ibuku. Dia hanya tidur bukan, tolong pak Polisi, katakan padaku bahwa ibuku hanya tertidur!!" Oscar meraung-raung. Seorang Polisi berwajah tampan menghampiri bocah itu lalu membawanya ke dalam pelukannya.
"Sabarlah nak, kau tidak sendiri. Ada kami di sini yang akan menjagamu."
Ayah Oscar pagi itu juga di tangkap atas kasus pembunuhan. Ia di tuduh membunuh istri dan pria yang menjadi selingkuhannya. Terdapat sidik jari Ramon di leher dan samurai yang ia pakai menusuk lelaki itu.
Ramon menolak, dan bersikeras bahwa ia tidak melakukan pembunuhan itu. Tapi, semua bukti mengarah kepadanya. Dan, yang ada di rumah itu hanya ada dirinya dan Oscar. Dan anak kecil itu tidak mungkin melakukan pembunuhan pada orang dewasa. Terlebih tidak di temukan motif. Banyak saksi yang menyatakan bahwa Oscar memiliki hubungan yang cukup dekat dengan sang ibu. Sementara sang ayah terkenal sering menganiaya sang ibu. Dugaan sementara adalah, Ramon pulang dalam keadaan mabuk, dan saat ia melihat istrinya selingkuh, maka ia menghabisi keduanya.
2 bulan kemudian, Ramon di jatuhi hukuman seumur hidup. Karena ia tidak bisa membuktikan bahwa bukan dia pelaku pembunuhan. Di tambah segala bukti mengarah padanya.
Sementara itu Oscar di masukkan ke sebuah panti asuhan yang bernama panti asuhan Kasih Ibu. Sebenarnya, Oscar masih memiliki kakek dan nenek, orang tua Casandra. Namun, mereka menolak untuk merawat Oscar. Alasan mereka adalah, mereka tidak pernah merestui pernikahan Casandra dan Ramon. Mereka menganggap Oscar hanyalah aib untuk keluarga besar mereka.
Oscar hanya bisa menahan perasaan ny saat mengetahui kenyataan itu. Tapi, satu nama terpatri kuat dalam ingatannya, Wijaya.
Beberapa kali, Oscar di pertemukan dengan seorang psikolog. Pihak panti merasa perlu, karena mereka berpikir bahwa kejadian yang sudah menimpa nya selama ini pasti akan berbekas.
Oscar menikmati hari- harinya di panti dengan gembira. Ia bisa memiliki teman, seperti yang selama ini ia mimpikan. Ada Bu Ajeng, bu Sukma dan bu Nova pengurus panti yang begitu baik hati dan lembut. Tidak ada lagi suara teriakan. Tidak ada lagi kekerasan. Ia pun bisa bersekolah dengan lebih riang. Oscar adalah anak yang pintar. Ia selalu mendapatkan juara 1.
Dan, setelah 3 tahun ia tinggal di sana, sepasang suami istri datang dan mengadopsinya menjadi putra mereka. Suami istri itu sudah memiliki seorang anak perempuan berusia 5 tahun. Mereka tidak dapat memiliki anak lagi, sementara mereka menginginkan anak lelaki. Sehingga mereka memutuskan untuk mengadopsi Oscar.
"Kenapa saya harus ikut mereka, bu? Apa ibu sudah tidak menginginkan saya lagi di sini?" Tanya Oscar pada Bu Sukma.
Bu Sukma tersenyum, ia lalu memeluk Oscar. "Bukan, ibu sangat mencintai kamu. Ibu senang kamu tinggal di sini. Kamu anak yang rajin dan pintar. Tapi, bapak dan ibu ini, mereka tidak memiliki anak lelaki. Mereka meminta izin untuk mengadopsi mu untuk menjadi anak mereka."
Oscar menatap pasangan suami istri itu dengan tatapan memyelidik. "Kalian ingin membawaku? Kenapa? Lalu, gadis kecil yang bersama kalian itu?"
Pasangan suami istri itu saling pandang. "Begini nak, istri bapak sakit, sehingga tidak dapat memiliki anak lagi. Sementara kami sangat memimpikan untuk memiliki seorang anak lelaki. Oleh sebab itu, kami datang kemari, untuk mengadopsi salah seorang anak di panti ini yang bersedia menjadi putra kami dan kakak nya Nadia." Ujar sang suami.
"Kenapa memilih saya?"
"Karena kamu anak yang pintar. Bu Sukma bilang, kamu selalu menjadi juara kelas. Kamu sangat berbakat di sekolahmu."
Oscar menatap Bu Sukma lekat. Lalu kembali beralih kepada suami istri itu kembali.
"Baiklah, aku mau. Aku bersedia menjadi anak kalian."