Aku baru saja memasuki apartemenku saat aku mendengar ponselku berbunyi. Aku segera meletakkan barang-barang belanjaanku dan aku segera membuka ponselku.
"Sudah kuduga, pasti dia!"
Gumamku saat melihat nama yang terlihat di layar ponselku. Koko Shuo selalu menganggapku masih kanak-kanak sehingga dia terlalu over protektif terhadapku. Hal ini menjadi salah satu alasan aku memutuskan berpindah kewarganegaraan dan menetap di Indonesia.
"Luna, nǐ hǎo ma, qīn'ài de? Nǐ wèishéme bù gěi wǒ dǎ diànhuà? Nǐ bùxiǎng wǒ ma?"
(Luna, bagaimana kabarmu Sayang? kenapa kamu tidak menghubungi aku? Apa kamu tidak merindukanku?)
Tanya Koko Shuo kepadaku. Dia selalu begini dan aku sangat malas menjawabnya. namun kalau aku tidak segera membalasnya, dia pasti tidak akan berhenti menggangguku. Aku lihat Koko tidak meneleponku, itu berarti dia masih sangat sibuk.
"Wǒ hěn hǎo,kē kē, nǐ bùyòng dānxīn. Wǒmen shāo hòu jìxù! Wǒ zhīdào nǐ hái zài gōngzuò. Wǒ yě gāng mǎi wán dōngxī, hái dé shōushí dōngxī."
(Aku baik-baik saja Kakak, kamu tidak usah khawatir. Nanti kita sambung lagi ya! Aku tahu kamu masih bekerja. Aku juga baru selesai belanja dan masih harus membereskan barang-barangku.)
Aku segera mematikan kembali ponselku agar aku bisa fokus membereskan belanjaanku. Aku sangat lapar, jadi sebelum aku membereskan beberapa barang belanjaanku aku segera membuka papper bag yang berisi beberapa makanan yang aku beli tadi. Aku membeli kue balok dan salad buah karena cuaca hari ini sangat terik.
"Waahhh, sepertinya sangat lezat! Luna, kamu bisa gemuk kalau tinggal disini." Gumamku sambil menggigit satu buah kue balok rasa keju kesukaanku. Aku sangat menyukai keju, tetapi ini sangat bertolak belakang dengan kesukaan Mamaku yang tidak menyukai segala sesuatu yang berbahan dasar dari susu. Mamaku bahkan pobhia terhadap nasi! Lucu sekali bukan? Padahal Mamaku malah asli berdarah Indonesia.
"Mama, tunggu putrimu datang menemuimu suatu saat nanti. maafkan aku kalau aku belum bisa menemuimu. Aku memiliki sebuah misi untuk membahagiakanmu."
Gumamku lagi. Aku memang tidak memberitahu Mamaku kalau aku sudah kembali ke Indonesia dan bahkan menetap disini. Aku juga sudah mengancam Koko Shuo, Koko Ziyi dan Jiejie Meimei agar tidak mengatakan kepada Mamaku kalau aku kembali. Aku akan membantu Mamaku bertemu dengan seseorang yang tidak pernah dia sangka.
"Mmmm ... Makanan ini benar-benar sangat lezat. Aku sangat menyukainya. Aku akan membelinya lain kali."
Aku segera menghabiskan satu buah kue balok dan setelahnya aku segera memakan salad buah yang aku beli yang rasanya tidak kalah enak. Setelah selesai aku beristirahat sebentar lalu aku melihat jam yang menempel di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 13.00.
"Waahhh sudah jam satu, aku mau sholat dzuhur dulu kalau begitu."
Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera berjalan menuju ke dalam kamar mandi. Aku kemudian mengambil air wudhu dan segera mengerjakan sholat lalu setelah selesai aku segera menuju ke dapur mini di dalam apartemenku untuk membereskan belanjaanku. Aku memasukkan sayuran dan buah-buahan yang tadi aku beli ke dalam kulkas. Aku juga memasukkan bahan makanan kering di rak kitchen setku.
Apartemenku ini sangat nyaman, koko Shuo memang Kakak yang terbaik yang aku punya. Meski sebenarnya aku lebih merasa dia seperti ayahku ketimbang seperti Kakakku. Sementara Koko Ziyi lebih sering memanjakanku dengan menemaniku bermain game Onmyoji kesukaanku. Bahkan demi membuat aku senang dia terkadang rela mati terkena serangan musuh demi membuat karakter hero yang aku pakai selamat dari serangan musuh.
Jiejie Meimei lebih sering membantuku di bidang pendidikan. Dia sangat menyayangiku terlebih semenjak Mama meninggal dunia. Ketiga kakakku itu semakin perhatian kepadaku dan menganggap aku ini adalah harta berharga bagi mereka.
"Kakak-kakaku sayang, aku sangat menyayangi kalian. Aku akan sangat merindukan kalian dan ku tidak akan membuat kalian semua selalu khawatir terhadapku."
Aku tersenyum saat mengingat kebersamaan kami. Tak terasa aku juga sudah selesai membereskan semua belanjaanku. Aku juga sudah membuang semua sampah dan kini aku kembali menyalakan ponselku. Aku kemudian membuka media sosial milikku dan seperti biasa begitu banyak notifikasi yang masuk. Aku tidak pernah membalas semuanya, aku hanya membalas pesan sahabat-sahabatku saja.
Seperti biasa aku tersenyum-senyum sendiri saat aku melihat pesan-pesan mereka yang terkadang bertingkah sangat konyol demi mendapatkan perhatianku. Namun aku tiba-tiba teringat dengan lelaki yang tadi menabrakku. Aku merasa dia sepertinya sangat mirip dengan perempuan yang tadi menyapaku di depan mall. Aku berpikir apakan mereka saudara? Sepertinya mereka tinggal di daerah sini, tetapi yang pasti mereka bukan penghuni apartemen ini. Mungkin mereka tinggal di perkampungan di belakang apartemen ini.
"Apakah mereka memiliki masalah ya? Kenapa aku merasa tertarik dengan kehidupan mereka?"
Aku kemudian menggelengkan kepalaku dan kembali fokus dengan ponselku. Lama-lama aku mengantuk dan tertidur. Aku terbangun saat aku mendengar ponselku berbunyi yang ternyata adalah panggilan dari Koko Ziyi. Kalau dengan Koko Ziyi aku selalu berbicara dengan menggunakan bahasa Indonesia. kakak keduaku ini adalah seorang tour guide yang menguasai beberapa bahasa.
"Halo Koko, apa kabar?"
Tanyaku sambil tersenyum manis dan hal itu membuat Koko Ziyi gemas dan mengatakan kalau dia ingin mencubit hidungku.
"Luna, kamu benar-benar keterlaluan. Aku sudah bilang kalau kamu harus memberi kabar kepada kami setiap hari, kenapa kamu tidak melakukannya?"
Tanya Koko Ziyi dengan nada kesal sementara aku hanya cengegesan nggak jelas.
"Koko, aku itu punya banyak pekerjaan karena aku baru pindahan, kalau aku hanya mengobrol bersama kalian sepanjang hari, kapan pekerjaanku selesai? Apalagi aku juga sudah harus masuk kerja kan senin depan?"
Tanyaku kesal. Aku sangat tidak bebas menjadi bagian dari keluarga mereka. Aku sempat berpikir akan meminta mereka memasang CCTV di setiap sudut apartemenku agar aku tidak perlu melapor apa yang sedang aku lakukan karena mereka bisa melihat sendiri bagaimana aku beraktivitas.
"Luna, aku ada kabar buruk ... "
Ucap Koko Ziyi membuat aku menatapnya penuh tanya. Aku mengerutkan keningku dan kemudian bertanya kepadanya.
"Kabar buruk apa? Koko Shuo dan Jiejie Meimei baik-baik saja kan?"
Tanyaku khawatir. Aku paling tidak bisa melihat kalau kakak-kakakku sakit. Saat mendengar pertanyaanku Koko Ziyi menggelengkan kepalanya dan aku seketika merasa lega.
"Luna, permohonan berpindah kewarganegaraanmu ditolak. Mereka beralasan karena kedua orangtua kandungmu tidak pernah menikah dan tidak ada perjanjian tertulis yang mereka tinggalkan saat Mama dan Papa mengadopsimu. Apalagi saat ini Mama sudah tiada. Jadi kalau kamu mau bisa menjadi WNI jalan satu-satunya kamu harus menikah dengan orang Indonesia."
Aku sangat terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh Koko Ziyi. Bagaimana mungkin permohonanku berpindah kewarganegaraan bisa ditolak. Aku langsung lemas dan malas melakukan apapun. Aku segera memutuskan sambungan teleponku dengan Koko Ziyi dan langsung naik ke tempat tidur lalu menutupi seluruh tubuhku dengan selimut dan aku melakukan HIBERNASI!!!