Dia adalah seorang wanita yang sangat hebat. Dulu aku sempat salah paham terhadapnya karena aku mengira dia tidak bertanggungjawab dan tidak mau mengurusku. Aku sangat membencinya dan aku tidak mau berbicara dengannya selama beberapa bulan saat aku mengetahui kalau dia ternyata Mama kandungku.
Selama ini aku mengenalnya sebagai sahabat Koko Shuo yang juga menjadi kesayaangan keluarga kami karena Mama angkatku dan juga semua saudaraku sangat menyayanginya. Padahal aku tahu kalau wanita itu adalah orang asing.
Ya, dia adalah seorang warga negara Indonesia yang dulu menjadi Tenaga Kerja Asing di negara kami. Menurut cerita Koko Shuo, sahabatnya itu sangat kuat dan pantang menyerah. Aku sangat mengaguminya saat mengetahui bagaimana kisah perjalanan hidupnya secara sepintas dari cerita Koko Shuo.
Saat Mama angkatku meninggal, dia datang ke Shanghai dan mengikuti acara kremasi Mamaku. Saat itu aku masih menganggapnya sebagai sahabat Kakakku dan aku benar-benar sangat dekat dengannya karena kata Koko Shuo dulu saat aku masih kecil dia juga sering datang dan membantu mengurusku.
Aku juga tahu kalau sebenarnya Koko Shuo sangat mencintainya dan dia bahkan rela berpindah keyakinan demi Kak Aya, begitu aku memanggilnya. Dia wanita berperawakan mungil dan sangat imut, tetapi yang membuat aku heran dia sangat mirip denganku. Kami seperti kakak adik kalau bersama-sama.
Aku sangat menginginkan kalau Kak Aya dan Koko Shuo bisa menikah saat itu, tetapi Koko Shuo tidak mau memaksakan kehendaknya kepada Kak Aya yang masih mencintai kekasihnya yang sudah meninggal, dia adalah sahabat Koko Shuo, namanya Jiangwu.
Saat itu adalah malam hari setelah acara pemakaman Mamaku selesai. Aku masih berkumpul bersama dengan keluargaku termasuk Kak Aya yang sekalian berpamitan mau pulang ke Indonesia. Koko Shuo masih sangat merindukannya setelah puluhan tahun mereka berpisah.
Menurut Koko Shuo, Kak Aya kembali ke Indonesia semenjak aku berusia dua tahun sementara saat ini aku sudah berusia delapan belas tahun, itu berarti sudah enam belas tahun mereka berpisah dan baru bertemu lagi dua tahun yang lalu. Saat itu aku berpamitan untuk tidur lebih dulu karena aku merasa sangat kelelahan, aku juga sangat sedih karena kehilangan Mamaku, seseorang yang paling dekat denganku dan sangat aku sayangi.
"Koko, aku mau beristirahat dulu ya!"
kataku pada Kakakku yang langsung menganggukkan kepalanya. Aku saat itu langsung menuju ke dalam kamar dan tidur, tetapi beberapa saat kemudian aku terbangun karena haus. Sementara aku melihat tempat air minumku kosong sehingga meski malas aku terpaksa turun dari tempat tidur dan segera keluar dari kamar menuju ke dapur untuk mengambil air minum.
Aku melihat ruang tamu dan ruang keluarga sepi, mungkin semua saudraku sudah tidur. Aku langsung menuju ke dapur dan aku mendengar sesuatu yang membuatku hampir terkena serangan jantung. Saat itu aku mendengar Koko Shuo dan Kak Aya berbincang diruang makan.
"Aya, apakah kamu yakin akan kembali malam ini juga? Apa kamu tidak merindukan Luna? Kalian sudah berpisah begitu lama, setidaknya tinggallah beberapa hari lagi!"
Koko Shuo mencoba membujuk Kak Aya yang hanya bisa menghela napas berat dan menggelengkan kepalanya. Aku baru saja akan menghampiri mereka dan bergabung tetapi aku mengurungkan niatku saat Kak Aya tiba-tba berbicara.
"Maafkan aku Koko, tetapi aku harus segera kembali ke Indonesia. Kalau terlalu lama disini aku takut akan berat saat berpisah dari Luna!"
Aku terkejut saat Kak Aya menyebut namaku. Aku bukan gadis bodoh yang tidak mengerti maksud dari kata-kata mereka. Aku merasa ada sesuatu yang mereka sembunyikan tentang siapa sebenarnya diriku. Aku kemudian sengaja menguping pembicaraan mereka karena aku sangat ingin tahu yang sebenarnya.
"Luna sudah dewasa, Aya! Sudah saatnya dia tahu tentang siapa kamu sebenarnya. Bahkan kalau dia mau ikut kamu dan ikut pulang bersamamu, aku akan mengijinkan kalian."
Aku melihat Kak Aya menggelengkan kepalanya.
"Aku takut kalau Luna menolakku!"
Aku semakin penasaran setelah mendengarkan pembicaraan mereka yang semakin menunjukkan kalau ada sebuah rahasia besar yang mereka sembunyikan tentang diriku dan semua itu pasti berhubungan dengan Kak Aya.
"Kamu belum mencobanya! Lagi pula kamu sudah terlalu lama menderita. Cepat atau lambat dia juga harus tahu tentang siapa dia sebenarnya. Kalian ini ibu dan anak!"
"Pyarrrrr"
Gelas yang berada dalam genggamanku seketika terlepas dan pecah karena aku tidak memiliki tenaga untuk memegangnya setelah mendengar kata ibu dan anak. Aku dan Kak Aya ternyata memiliki hubungan sebagai ibu dan anak. Aku langsung terduduk lemas di lantai sementara Kak Aya dan Koko Shuo langsung menghampiriku.
"Luna!"
"Luna!"
Keduanya memanggil namaku secara bersamaan, mereka sangat terkejut karena aku telah mendengar apa yang mereka bicarakan secara diam-diam. Aku sendiri tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi, aku sangat syok saat mengetahui kalau aku ternyata anak dari Kak Aya. Dia masih sangat muda menurutku dan aku sudah sebesar ini ...
"Bagaimana mungkin?"
"Aku salah dengar kan?"
Tanyaku pada Koko Shuo yang langsung memelukku dan menggelengkan kepalanya. Dia membawaku ke ruang keluarga sementara Kak Aya membersihkan pecahan gelas yang berserakan dilantai. Aku melihat Koko Shuo meminta Kak Aya mengambilkan aku air minum setelah dia selesai membersihkan lantai.
"Ini minumnya!"
Kak Aya menyerahkan gelas berisi air putih kepadaku tetapi aku enggan menerimanya. Aku sangat kesal kepadanya saat itu setelah aku mengetahui kalau ternyata aku adalah putrinya.
Seketika pikiranku menudingnya sebagai ibu yang nggak bertanggungjawab karena menerlantarkan aku dan membiarkan aku tinggal dalam keluarga Koko Shuo. Aku juga berpikir mungkin Kak Aya adalah wanita nakal yang telah hamil diluar nikah dan dia berusaha menggugurkan aku tetapi keluarga Koko kemudian menolongnya.
Aku memang memiliki pikiran sejauh itu saat mengetahui kalau ibuku masih begitu muda. Aku merasakan dadaku sesak dan aku langsung menangis histeris. Koko kemudian mengambil gelas berisi air putih dari tangan Kak Aya dan memberikannya kepadaku. Aku meminumnya dan aku langsung menatap tajam kearah Kak Aya yang langsung menundukkan kepalanya.
"Aku tidak mau memiliki ibu seperti dia yang tega membuang anaknya sendiri!"
"Sekarang kamu mau pergi dari sini apa aku yang pergi?"
Tanyaku pada Kak Aya yang saat itu juga langsung menangis. Koko Ziyi dan Jiejie Meimei juga menghampiri kami karena aku berteriak-teriak ditengah malam. Koko Shuo hampir menampar wajahku saat mendengar aku membentak Kak Aya, tetapi Kak Aya menahan tangan Koko Shuo.
"Koko, dia masih syok! Aku tahu apa yang dia rasakan, sebaiknya aku segera kembali saja da aku mohon jaga Luna untukku!"
Kak Aya segera berpamitan dan meminta Koko Ziyi untuk mengantarkannya ke Bandara sementara Koko Shuo dan Jiejie Meimei menenangkan aku yang masih sangat marah saat itu.