Aku sangat menyayangkan saat mengetahui kalau orang sebaik Kak Santi memiliki adik kurang ajar seperti Yudha. Kalau dia tidak salah mengira aku adalah Kakaknya, pasti kak Santi yang akan terkena lemparan sepatu itu.
"Bagaimana keadaanmu, Luna?"
"Kak kenapa aku tidur disini?"
Tanyaku pada Kak Santi yang saat ini duduk didepanku dan dia menggenggam tanganku dengan erat.
"Kamu tadi terkena lemparan sepatu milik Yudha, sekarang dia sudah aku usir meski nant pasti balik lagi."
Jawab Kak Santi sambil menyentuh pelipisku yang saat ini menderita luka memar dan benjol.
"Kak Santi, aku tidak pernah menyangka kalau Yudha adalah saudaramu. Kenapa kalian berbeda sekali? Seperti langut dan bumi."
Kak Santi tersenyum saaat mendengar apa yang aku katakan. Dia kemudian segera membantuku bangun dan turun dari tempat tidurnya. Aku dan Kak Santi segera keluar dari dalam kamarnya menuju ke ruang tamu. Saat aku dan Kak Santi sampai di ruang tamu, aku melihat Yudha sudah duduk sambil merokok di sofa ruang tamu rumah Kak Santi.
"Yudha! Bukankah aku menyuruhmu pergi? Kenapa kamu kembali lagi?"
Kak Santi melempar bantal kursi kearah adiknya yang saat ini malah memelototiku.
"Apa kamu lihat-lihat?"
Tanyaku pada Yudha yang masih menatapku penuh kebencian. Sementara Kak Santi segera menampar pipi adiknya karena dia melihat Yudha menatapku seperti itu.
"Kamu minta maaf sama Luna!"
Perintah Kak Santi pada Yudha yang langsung menolak.
"Ogah! Ngapain aku minta maaf sama dia?"
Yudha langsung menolak perintah Kakaknya. Aku merasa tidak enak hat meski aku sangat kesal saat ini. Aku kemudian mengalah dan aku beranjak ingin berpamitan pulang saja agar kakak beradik itu bisa menyelesaikan masalah mereka.
"Kak Santi, maaf, aku sebaiknya pulang saja dulu. Kalian selesaikan masalah kalian dulu. Lagipula aku merasa sangat pusing saat ini. Aku akan beristirahat dirumah."
Pamitku pada Kak Santi tetapi di cegah olehnya.
"Yudha, kamu antarkan Luna! Kamu yang membuat dia terluka dan kamu harus bertanggungjawab mengantarkannya pulang. Kakak tidak mau terjadi apa-apa pada Luna."
Perintah Kak Santi yang langsung ditolak oleh Yudha. Aku sendiri juga nggak mau diantar cowok berandal itu. Aku terus terang takut kalau Yudha menncelakaiku saat di jalan nanti.
"Aku nggak mau nganter nenek lampir ini."
Ucap Yudha mengataiku seperti itu. Tentu saja aku menjadi sangat kesal.
"Aku juga bisa pulang sendiri, Kak. Aku nggak mau pulang diantar adikmu yang bar-bar itu."
Tolakku pada Kak Santi yang langsung menjewer telinga adik lelakinya. Sementara Yudha saat ini semakin cemberut setelah mendengar kalau aku mengatainya bar-bar. Aku mengatakan yang sebenarnya karena memang Yudha memiliki kelakuan yang tidak baik.
"Luna, Kakak mohon kamu mau diantar Yudha, lagipula meski sedikit bar-bar dia sebenarnya sangat baik."
Kak Santi membela adiknya, biar bagaimana pun Yudha adalah adik kandungnya dan keluarga satu-satunya yang dia miliki.
"Maafkan aku, Kak. Aku bisa pulang sendiri."
Aku kekeh dengan pendirianku. Lagi pula aku tidak terbiasa membonceng orang lain. Aku akan merasa lebih nyaman saat aku mengendarai motor sendiri.
"Tuh denger apa kata Kak Santi. Aku sebenarnya sangat baik. Aku yang menggendongmu tadi. Apa kamu tidak mengucapkan terima kasih untukku?"
Tanya Yudha sambil memperlihatkan wajah yang sedikit mengejek. Kak Santi tersenyum melihat adiknya sedikit melunak. Aku benar-benar tidak dapat menolak lagi saat ini dan akhirnya aku menerima tawaran Kak Santi dan akhirnya aku akan diantar pulang oleh Yudha.
"Ya sudah Kak, aku pulang dulu. Maaf aku pinjam dulu pakaian Kak Santi. Besok kalau ke rumah aku kembalikan."
Pamitku pada Kak Santi yang kemudian mengantarkan aku dan Yudha sampai halaman rumahnya.
"Yudha, antarkan Luna dan jaga dia dengan baik selama di perjalanan. Kalau kamu macam-macam Kakak tidak akan memberikan kamu uang lagi."
Ancam Kak Santi pada Yudha yang menganggukkan kepalanya tetapi dia menatapku dengan tatapan penuh ancaman.
"Iya ..."
Jawabnya.
"Kak, aku permisi dulu ya! Sampai ketemu besok."
Aku melambaikan tangan dan segera membonceng Yudha. Lelaki itu hanya diam sepenjang perjalanan dan begitupun denganku.
Setelah beberapa lama, kami sudah hampir sampai di apartemenku.
"Yudha, berhenti!"
Aku meminta Yudha menghentikan laju motorku yang dia kemudiakan. Yudha segera berhenti dan dia menyerahkan helm kepadaku. Aku segera menerimanya dan meminta kontak motorku.
"Makasih, kamu antar aku sampai disini saja. Kamu pulanglah!"
Aku segera mengambil alih motorku dan aku akan segera meninggalkan Yudha saat dia kemudian memanggilku.
"Luna, kamu ini gila ya? Aku tidak membawa dompet dan juga tidak memiliki uang sepeserpun. Kamu nyuruh aku pulang dengan jalan kaki?"
Hardiknya marah, Yudha kini mengambil paksa kontak motorku dan kemudian mengambil helm yang ada ditanganku.
"Buruan turun!"
Ucap Yudha dengan nada galak. Aku sedikit syok dan agak ketakutan saat melihat Yudha bersikap seperti itu. Refleks aku menyerahkan kunci motor dan juga helm kepada Yudha. Dia segera menarik tanganku dan memintaku turun dari atas motor dan dia menggantikan posisiku.
"Kamu mau apa?"
Tanyaku masih sangat terkejut dengan apa yang aku alami saat ini.
"Aku pinjem motor kamu dan akan aku kembalikan besok!"
Ucapnya sambil menyalakan motor dan meninggalkan aku di jalan begitu saja. Aku membelalakkan mataku saat menyadari kalau Yudha sudah menghilang dari hadapanku. Aku hanya bisa menghentakkan kaki karena kesal dengan apa yang dilakukan oleh Yudha, namun aku kemudian memutuskan berjalan kaki menuju ke apartemenku karena memang sebenarnya kami sudah sampai.
"Loh, Neng Luna kenapa jalan kaki? bukannya tadi bawa motor ya?"
Tanya security yang menjaga pintu gerbang apartemenku. Aku hanya tersenyum kecut dan menjawab pertanyaannya dengan asal.
"Ban motorku kempes, Pak! Jadi aku masukkan ke bengkel, besok akan ada yang mengantarnya ke sini."
Jawabku asal sambil terus berjalan memasuki kawasan apartemenku. Aku segera naik melalui lift yang tersedia. Saat sampai di kamar, aku baru menyadari kalau saat ini aku tidak membawa apapun. Aku baru ingat kalau dompet dan tasku berada di dalam jok motorku. Hanya ponsel yang aku bawa saat ini dan aku segera menghubungi Kak Santi dan menitip pesan kepadanya kalau Yudha kembali nanti, Yudha segera mengantarkan kunci apartemennya.
Aku menunggu cukup lama didepan pintu apartemenku tetapi Yudha tak kunjung datang. Aku akhirnya duduk di depan pintu apartemenku dengan posisi lutut berada di depan dan tanganku memeluk lutut lalu aku menyusupkan kepalaku diatas lututku dan aku segera memejamkan mata karena aku sangat kelelahan. Aku kemudian segera tertidur tanpa sadar. Aku tidak tahu apapun lagi saat ini. Aku memang sangat mengantuk.