Chereads / BIDADARI BERCADAR / Chapter 4 - Bertemu Lagi

Chapter 4 - Bertemu Lagi

Kabar dari Koko Ziyi tentang permohonan berpindah kewarganegaraan yang aku ajukan yang ditolak membuat aku tidak bersemangat hari ini. Pasalnya sementara ini aku datang ke Indonesia dengan visa turis dan masa berlakunya hanya tiga bulan. Sementara aku bekerja di Hotel milik keluarga Wang yang tidak lain adalah milik keluarga angkatku.

"Kenapa bisa ditolak sih? Padahal aku tidak mau kembali ke Shanghai lagi. Apa yang harus aku lakukan?"

Saat ini aku benar-benar bingung. Aku baru saja tiba bahkan aku belum mulai bekerja, tetapi kabar yang disampaikan koko Ziyi benar-benar membuatku down saat ini. Aku segera beranjak dari tempat tidurku dan menuju ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu. Entah mengapa aku ingin melaksanakan sholat sunah dan ingin curhat sama Allah. Setelah itu aku juga mengaji dan akhirnya aku ketiduran dengan posisi masih menggunakan mukena.

Saat aku terbangun, aku melihat sinar matahari sudah menerobos celah tirai di dalam kamarku dan aku melewatkan sholat subuh. Aku segera melepas mukena atasanku tanpa melepas mukena bawahanku. Aku kembali ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dan aku segera mengqodho sholat subuhku dan sekalian mengerjakan sholat dhuha. Setelah selesai aku segera melepaskan mukena yang aku kenakan dan melipatnya lalu aku segera menuju ke dapur untuk memasak.

"Bikin nasi goreng saja, aku memiliki sisa nasi. Sayang sekali kalau terbuang."

Aku segera menuju ke dapur dan membuka kulkas yang masih penuh karena baru kemariin aku berbelanja. Aku mengambil sosis, bakso ikan, telur dan sayuran. Aku kemudian mulai meracik bahan-bahan yang aku perlukan untuk membuat sepiring nasi goreng. Setelah semuanya siap, aku kemudian mulai mengeksekusi bahan-bahan itu dan taraaaa ... sepiring nasi goreng spesial ala chef Luna sudah siap dinikmati.

Aku kemudian membawa nasi goreng buatanku ke ruang tengah dan aku makan disana sambil menonton televisi. Aku baru memakan beberapa sendok nasi gorang itu saat bell pintu apartemenku berbunyi. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan segera membukakan pintu. Saat ini aku memang sedang menunggu seorang yang atas rekomendasi satpam di apartemenku ini terbiasa membantu membereskan apartemen saat ada orang yang baru pindah dan menempati apartemen disini.

"Sebentar ...!"

Aku segera membukakan pintu dan aku melihat seseorang yang sudah pernah aku temui sebelumnya.

"Kakak!!! Kok Kamu ada disini?"

Tanyaku pada perempuan muda yang aku temui kemarin saat aku sedang akan berbelanja di mall. Bukan hanya aku yang terkejut, tetapi Kakak yang saat ini ada di hadapanku juga sangat terkejut. Dia terlihat sangat senang sekaligus heran dan itu sangat terlihat dari ekspresi wajahnya saat ini.

Padahal saat ini aku tidak mengenakan cadarku karena aku berada di dalam rumah. Meski demikian, aku tetap mengenakan hijabku dan Kakak itu ternyata mengenaliku.

"Kamu adik baik hati yang kemarin membelikan aku minuman kan?"

Tanyanya dengan wajah berseri-seri. Aku membalas senyumannya dan langsung menganggukkan kepalaku.

"Benar sekali, Kakak. Kamu ternyata mengenaliku meski aku berpenampilan berbeda dari kemarin. Silahkan masuk! Apakah Kakak orang yang akan membantuku membereskan apartemen baruku ini?"

Perempuan itu menganggukkan kepalanya dan langsung masuk ke dalam apartemenku. Dia melihat sekeliling dan saat ini sudah aku persilahkan duduk di sofa yang sudah ada di ruang tamu apartemenku sejak aku datang.

"Silahkan duduk dulu, Kak. Kamu mau minum apa?"

Tanyaku pada Kakak itu. Dia terlihat agak sungkan dan aku tidak bertanya lagi. Aku langsung meninggalkannya dan segera menuju ke dapur. Aku segera kembali dengan beberapa jenis minuman instan yang aku beli kemarin juga aneka snack kering yang aku beli untuk persediaan cemilanku.

"Silahkan Kakak pilih yang Kakak suka. Maaf kalau keadaan rumahku masih berantakan. Aku baru datang dan aku belum sempat membereskannya."

Aku merasa agak risih dengan keadaan apartemenku yang masih sangat berantakan. Aku terbiasa dengan tempat yang rapi dan bersih sehingga saat ini aku benar-benar merasa sangat malu dengan keadaan rumahku.

"Bukankah tujuanku datang kesini untuk membantumu membereskan semuanya?"

Katanya dengan senyum mengembang di wajah manisnya. Aku kini sudah merasa agak nyaman dan lebih dekat dengannya.

"Oh iya, perkenalkan aku Santi. Aku biasa membantu membereskan dan membersihkan apartemen disini kalau ada yang baru pindah. Aku tinggal di kampung di belakang apartemen ini.

Ucapnya memperkenalkan diri. Aku segera mengukurkan tanganku dan kami segera berjabat tangan. Aku kemudian menyebutkan namaku.

"Aluna Shaqueena, panggil saja Luna. Lebih simple dan juga mudah diingat."

Aku tersenyum saat menyebutkan namaku sendiri. Aku selalu tersipu malu saat menyebut nama lengkapku dihadapan orang yang baru aku kenal. Aku sengaja tidak menyebutkan marga keluargaku karena aku tidak mau kalau orang lain terlalu mengetahui latar belakang keluargaku.

"Baik Luna, namamu sangat cantik. Sesuai dengan pemiliknya. Kamu sosok yang sangat kharismatik, imut, smart dan periang."

Aku membelalakkan mataku saat mendengar penilaian Kak Santi tentang namaku. Aku kemudian segera memberitahu apa saja yang harus dikerjakan oleh Kak Santi. Dia juga segera melakukan apa yang menjadi kewajibannya. Sementara Kak Santi membantu membereskan barang-barang bawaanku, aku kemudian meneruskan memakan nasi goreng buatanku yang sudah mulai dingin.

Aku juga segera memasak untuk kami makan siang nanti. Aku akan mengajak Kak Santi makan siang bersama-sama. Waktu berlalu dan kini saatnya makan siang. Aku melihat Kak Santi juga sudah selesai mengerjakan semuanya dan kini rumahku sudah rapi dan bersih sehingga aku merasa sangat nyaman saat ini.

"Kak Santi, kita makan siang dulu lalu aku akan memberikan upahmu dan kamu boleh pulang."

Aku menarik tangan Kak Santi dan kami segera tiba diruang makan mini milikku. Aku mengambilkan piring dan memberikannya kepada Kak Santi yang sepertinya enggan makan siang denganku.

"Luna, maafkan aku karena aku tidak bisa makan siang denganmu. Bukan aku menolakmu tetapi aku harus segera kembali ke rumah karena adik lelakiku akan mengamuk kalau aku tidak dirumah saat waktu makan siang. Apalagi aku belum menyiapkan makanan untuknya. Jadi aku sebaiknya permisi sekarang. Masalah upah aku akan datang lain waktu."

Kak Santi sepertinya sangat ketakutan, aku menghela napas berat dan memintanya menunggu sebentar. Aku kemudian memasukkan semua makanan yang aku buat ke dalam kotak makanan, aku juga memasukkan sejumlah uang ke dalam amplop. Aku segera mengenakan cadarku dan aku mengantarkan Kak Santi pulang. Aku tidak mau membuat Kak Santi dimarahi oleh adiknya karena aku sedikit membuatnya terlambat pulang karena kami keasikan mengobrol tadi.

"Luna, aku bisa pulang sendiri. Kamu tidak perlu repot-repot seperti ini!"

Tolak Kak Santi saat aku menarik tangannya dan mengatakan kalau aku akan mengantarnya kembali ke rumahnya. Meski rumah Kak Santi ada di belakang kompleks apartemenku tetapi itu lumayan jauh kalau berjalan kaki.

"Sudahlah Kak! Kamu tenang saja. Aku akan pastikan Kakak akan sampai tepat waktu."

Aku segera mengeluarkan motorku dan aku membonceng kak Santi dan segera mengantarkannya kembali dengan kecepatan yang lumayan membuat Kak Santi sangat ketakutan setengah mati.