meera(terlanjur pergi tanpa pamit)
"Tak selamanya hidup itu seimbang, tak ada kesedihan yg bertahan lama, maupun kebahagian terdengar abadi." konsekuensi kehidupan itu hanya dua, antara kesedihan dan kebahagiaan." tulis danu di buku diary, meratapi kehidupan.
"Penantian itu panjang, jika hanya bertahan di satu sudut, tanpa melihat sudut yang lain."
Pesta pernikahan menjadi awal titik temu antara danu dan meera. Alun-alun pandeglang menjadi awal dalam kisahnya.
kampung domba memberi kesan, serta pantai carita yg menjadi saki mereka menari, bernyanyi di atas hamparan pasir.
Awal tahun baru menjadi titik balik baginya, ada jarak yg mulai anggang, komunikasi yg mulai putus, serta sikap meera yg kian membisu.
dina, seorang sahabat dekat mera, diharapkan oleh danu, agar bisa menyambung komunikasi serta memperdekat dengan meera. justru lain dari harapan bahka memperkeruh suasana, setelah dina jatuh hati pada danu, menjadikan hubungan ketiganya brantakan.
Puncak perpisahan terjadi, setelah ibu meera meninggal dunia, dengan emosi meera bersumpah bahwa takan menikah dengan siapapun.
Harapan danu kian mati. ia berjalan kemana mata kakinya melangkah. satu tekad yg danu buat, yaitu melupakan meera.
danu mulai keluar dari zona nyaman, bertahun-tahun ia berusaha melupakan meera. Mengisi kekosongan dengan bekerja. danu mulai bekerja di salah satu media cetak. ia di tugaskan meliput berita di daerah pandeglang bersama salwa.
mereka menjadi seorang patner kerja di bidang jurnalis, setiap harinya mereka selalu bersama, salwa merasa nyaman dengan danu, perlahan prasaannya tumbuh menjadi cinta.
Mengingat usia danu yg merangkak dewasa, orang tuanya menginginkan untuk segera menikah, sempat danu rencanakan akan menikahi salwa, dan segera melamarnya.
Ujian datang, ketika meera kembali bertemu dengan danu. sontak danu mulai menyepelekan rencana pertunangannya dengan salwa. Malam yg seharusnya lamaran, tapi danu asik bersama meera, semua rencana jadi berantakan, orangtua danu sangat marah.
Mengetahui hal itu, meera merasa jadi penyebabnya, kemudian ia putuskan pergi dari kehidupan danu, dan meninggalkan kota pandeglang.