Chereads / SALAH PILIH SUAMI / Chapter 34 - DITA MEMBUAT ULAH

Chapter 34 - DITA MEMBUAT ULAH

Raka memiliki niat jahat berupa menjual Anggi ke luar negri. Namun, untuk mewujudkan angan-angannya tidaklah menggunakan hal yang mudah. Terlebih dahulu Raka harus membuat pendekatan dengan wanita itu.

Perlahan tapi pasti. Raka tak ingin misinya terbongkar dengan banyaknya ia memberi bantuan pada Anggi. Pertama-tama Raka menolongnya melalui uang yang tak seberapa dan kali ini Raka mendatangkan orang tua palsu untuk menarik perhatian Anggi.

Dua orang sewaan Raka diperintahkan untuk melangitkan nama Anggi. Seolah mereka menyukai Anggi hanya dengan sekedip mata. Raka juga meminta agar sepasang insan itu menjodoh-jodohkannya dengan Anggi. Sehingga Raka dapat menyusun rencana yang lebih gila lagi dengan melibatkan keluarga palsunya.

Anggi tiada henti tersipu malu. Begitupun Raka yang mulai berani memujinya. Namun saat ini Anggi tidak berpikir untuk meninggalkan Jaka. Hanya lelaki itu yang berada di hatinya. Ya, mudah-mudahan saja Anggi akan kuat dengan cobaan ini. Di mana ia harus berhadapan dengan lelaki kaya dan tampan setiap harinya.

***

Malam ini Dita sulit sekali memejamkan mata, padahal jarum jam telah bermukim pada angka 12 tepat. Jaka sempat mengunjunginya, tetapi Dita hanya sekadar merebahkan tubuh dan berpura-pura memejamkan mata.

Sesekali Dita rindu menjahili rekan-rekannya di panti. Di sisi lain ia juga tak ingin kembali ke tempat itu, karena ada sesuatu yang mengharuskannya untuk pergi.

Tiba-tiba saja rasa haus menyerang Dita. Dia pun memberanikan diri untuk beranjak ke dapur guna mengambil air.

Nahasnya, saat Dita melintasi kamar Jaka ia melihat pintu yang sedikit terbuka. Rasa penasaran Dita mendadak muncul, terlebih ketika ia menyaksikan sepasang insan yang sedang bergelut di atas ranjang. Mata Dita jadi ternodai, karena keduanya tidak memakai busana. Semua pasti paham apa yang sedang dilakukan oleh Anggi dan Jaka, bukan?

"Astaga! Paman sama Bibi ngapain?" batin Dita.

Bocah seperti dirinya tidak tahu menahu urusan orang dewasa. Apalagi belakangan ini Dita kurang bergaul, karena ia hanya bertemu dengan orang-orang yang sama saat di panti. Karenanya, Dita terus menyaksikan pertunjukan tersebut. Ia bahkan melupakan haus yang mendera tenggorokan.

Sementara itu Jaka dan Anggi tidak sadar apabila ada sosok yang mengintai mereka. Hingga keduanya telah menyelesaikan aktivitas, barulah Jaka memandang ke arah pintu yang ternyata ternganga.

"Hah, siapa itu?" Jaka begitu terkejut mendapati sosok bertubuh pendek yang mengintip mereka.

Buru-buru Jaka memungut pakaiannya yang tercecer di lantai. Sedangkan Dita tidak paham kalau sebenarnya Jaka sudah melihat dirinya.

KRIT!

"Dita!"

Jaka terperanjat ketika menyaksikan bahwa keponakannyalah yang berada di pusat pintu tersebut. Ia memekik dengan keras.

Anggi yang masih tertidur akibat terserang lemas spontan bangkit. Konyolnya dia belum menggunakan sehelai kain pun di tubuh. Saat Anggi telah menyadari situasi, barulah ia melompat dan membungkus sekujur badannya dengan sarung.

"Ada apa, Mas?" Anggi bisa merasakan aroma tidak sedap.

"Dita, sejak kapan kamu ada di sini?"

Dita tak kunjung menjawab pertanyaan Jaka. Anak itu mati ketakutan, karena sudah ketahuan mengintip aktivitas paman dan bibinya. Namun, sungguh Dita tidak mengetahui apa yang dilakukan oleh mereka.

"Dita ngintip kita, Mas?" tanya Anggi panik. Matanya membesar.

"Gak tahu, tapi anak ini ada di depan pintu tadi,"

"Jawab Bibi, Dita! Kamu sengaja ngintip kami, ya?" Kini, Anggi pun mulai terpancing amarah.

"Aku gak tahu. Tadi pintunya emang terbuka dan aku cuma mau ambil minum ke dapur," jawab Dita sejujurnya.

"Mana minumnya?"

"Gak jadi kuambil, Paman. Karena aku lihat paman dan bibi di dalam,"

Dita merupakan bocah polos yang tidak tahu apa-apa. Bahkan, dia pun tidak mengerti kenapa Jaka dan Anggi malah jadi marah. Padahal Dita tidak sengaja melakukannya.

"Astaga, Dita-Dita,

Saking malu dan geramnya, Jaka sampai melampiaskan kekesalan dengan memukul bokong Dita. Jaka meraih gagang sapu yang berada tak jauh darinya.

BUGH! BUGH! BUGH!

"Anak bandel! Gak seharusnya kamu ngintip kami di kamar,"

BUGH!

"Aduuuh! Ampun, Paman,"

Hilang sudah sisi baik Jaka dibuat keponakannya. Dita terlalu lancang, karena sudah mengikuti kegiatan orang dewasa hingga berakhir. Awalnya Dita memang tidak sengaja, tapi dia malah keenakan dan tidak tahu berhenti. Siapa yang tidak kesal dengan hal tersebut?

"Dita, kamu lancang banget," tambah Anggi.

Jaka terus saja memukuli bokong Dita dan Anggi tidak melarang suaminya. Bagi mereka tindakan Dita sudah kelewat batas. Sudah sepantasnya apabila Dita menerima hukuman agar jera.

Rupanya tangisan Dita dan suara Jaka terdengar hingga ke rumah Susi. Maklumlah karena bangunan itu saling bersisian. Susi terbangun dari tidurnya dan mencoba menerawang apa yang terjadi.

"Kayak suara Dita sama Jaka. Ada apa, ya?"

Susi pun keluar kamar dan membuka pintu utama rumah. Dugaannya benar, kalau sedang terjadi sesuatu di kediaman Jaka.

Bukan Susi namanya kalau tidak ikut campur urusan orang lain. Dia pun spontan berlari dan berdiri di depan pintu rumah Jaka.

Terdengarlah sahut-sahutan antara Jaka, Dita dan Anggi. Sepasang suami istri itu mengatakan bahwa Dita adalah anak yang lancang dan tidak tahu diri. Susi tak paham apa penyebabnya, tapi ia ingin sekali membela Dita. Susi tidak sampai hati, karena ia mendengar suara bokong yang dipukul.

"Mas Jaka!"

Dor! Dor! Dor!

"Buka pintunya, Mas! Kenapa Dita nangis-nangis?"

Susi yang sudah kehilangan akal sehat dan urat malunya lantas saja menggedor pintu rumah Jaka. Kehadirannya semakin memperkeruh suasana.

"Kayak suara Susi, Mas," titah Anggi.

Jaka menghentikan ocehannya dan berjalan ke arah pintu. Emosinya semakin meledak setelah mengetahui siapa yang datang.

"Ngapain kamu ke sini, Sus?" tanya Jaka dengan nada tinggi.

Susi memanjangkan lehernya dan saat itu pula Dita berlari, lalu memeluk Susi. Dita menangis sejadi-jadinya. Ia menumpahkan segala kesedihan pada Susi.

"Ada apa ini, Mas? Aku dengar kalian semua teriak-teriak,"

"Apa urusannya sama kamu, hah?" bentak Jaka.

"Ya, aku sebagai tetangga mau melindungi Dita dong, Mas. Kalian siksa dia, ya?"

"Jaga ucapanmu, Susi! Justru Dita yang buat kesalahan fatal," sela Anggi. Baru kali ini ia berbicara agar kasar terhadap tetangganya sendiri.

"Aku dipukul sama Paman Jaka, Bi. Hiks hiks hiks," adu Dita.

"Tuh, kan! Tega banget sih kalian semua,"

"Sus! Kamu gak tahu apa yang baru aja dilakuin sama anak ini." Jaka menunjuk wajah Susi.

"Apa emangnya?"

"Biar kamu tahu aja ya, Sus! Si Dita ngintip aku dan Anggi lagi berhubungan,"

Hening.

Susi spontan mati kutu dibuat lawan bicaranya. Jauh di lubuk hati Susi, sebenarnya ia ingin terbahak-bahak. Kesalahan Dita sangatlah konyol.

"Aku gak sengaja, Bi. Aku gak tahu Paman Jaka dan Bibi Anggi lagi apa," bela Dita.

Susi sebisa mungkin menahan tawanya dan mencoba tetap kokoh.

"Perkara itu doang, Mas? Lagian kamu kan udah dengar sendiri alasan Dita,"

"Awalnya dia emang gak sengaja, tapi dia juga gak mau beranjak setelah tahu,"

"Udah, Bi. Aku gak mau tinggal di sini lagi. Aku mau ikut Bibi Susi aja. Hiks hiks,"

Dita semakin mengencangkan pelukannya. Ia menyembunyikan wajahnya di punggung Susi. Berharap wanita itu akan menjadi malaikatnya.

***

Bersambung