Chereads / Husband In the Dark / Chapter 38 - Teman Anka

Chapter 38 - Teman Anka

Beberapa minuman dan kue langsung tersaji di hadapan Bella. "Duh, jadi enggak enak merepotkan padahal tante sedang sibuk," ujar Bella. Kalimat itu ia ungkapkan bukan hanya sekedar basa-basi belaka. Kenyataannya memang nyonya Adam itu sedang sibuk tadi.

Perempuan itu tersenyum. "Kamu ngobrol dengan Anka saja dulu ya! Tante mau selesaiin masakan dan ganti baju," ujarnya.

Anka berdecak. "Kan aku udah bilang enggak perlu terlalu berlebihan. Nanti Bella tidak nyaman," ucap Anka bersungut-sungut.

Bella hanya tersenyun tipis mendengar gerutuan laki-laki itu. Baru kali itu Bella melihat Anka menggerutu. Seperti anak kecil yang manja. Mengingatkannya pada Galas. Entah semua pria memang suka bertingkah seperti anak kecil itu pada orang yang disayanginya atau bukan.

"Habisnya enggak pernah bawa cewe ke rumah sih, wajar dong semuanya terlihat berlebihan." Perempuan yang semula memakai kaos kebesaran itu sekarang sudah mengganti baju rumahannya sedikit lebih baik. Duduk di dekat mereka berdua.

"Dan ini alasan gue malas bawa cewek ke rumah. Untung Bella cuma teman. Kalau pacarkan pasti Bella merasa kalian mendesak untuk kami segera menikah." Anka mendengus.

Bella tersenyun lagi mendengar perkataan Anka. "Masa sih Mas Anka tidak pernah membawa wanita sebelumnya?" tanya Bella mencibir pada Anka.

Laki-laki itu menyerngit. "Memang tidak pernah. Mereka suka berlebihan."

Bella tertawa kecil mendengar perkataan laki-laki itu. Ingat Galas juga pernah mengatakan hal yang sama. Bella merasa de javu. Bedanya sekarang dia bersama Anka.

"Aku pikir Mas Anka bercanda begitu mengatakan Mbak Alleta saudaranya."

Alleta yang tertawa sekarang. "Kelihatan berbeda jauh kami ya? Maksudku dalam hal kehidupan. Habis gimana, dia jarang ke rumah."

Anka menaikkan bahunya. "Kan yang tertera di mata hukum gue bukan anak keluarga ini, sah-sah aja dong."

Bella ingat Anka sudah pernah mengatakan sepintas tentang keluarganya. Karenanya laki-laki itu tidak menggunakan Claiment di belakang namanya. Bella hanya terkejut ketika Anka mengatakannya dengan enteng.

"Lo dandan yang benar sedikit, Bella itu penggemar lo tahu," ujar Anka menatap adiknya yang jauh dari kata keanggunan di matanya itu.

"Makasi," ujar Alleta pada Bella. "Tapi memang gini aku di rumah. Pekerjaankan urusan lain."

"Aku pikir Mbak Alleta punya diet khusus agar badan Mbak sebagus itu," ucap Bella lagi. melihat Alleta yang memakan makanan ringan kemasan yang Bella ketahui biasanya dihindari sebagian orang. Bella saja yang bukan model jarang memakan makanan itu untuk menjaga badannya.

Alleta tersenyum tipis. "Aku bersyukur aku tidak mudah gendut. Kalau memang lagi ada kerjaan aku juga jaga makan kok, tapi kalau di rumah suka kelepasan," ujar Alleta nyengir. "Ngomong-ngomong jangan panggil aku Mbak dong! Ketuaan kesannya."

Bella menggigit bibirnya. Tadi ibunya Anka yang menegur panggilan Bella sekarang adiknya. "Benar tidak apa-apa?"

Alleta menganggukkan kepalanya. "ehm," belum cukup tiga puluh menit berada dalam keluarga itu, Bella sudah bisa melihat bahwa putera puteri Adam Claiment dididik dengan kesederhaaan. Bahkan ibunya sendiri yang mencontohkan apa arti dari kesederhanaan itu.

Saat mereka sedang asyik berbincang itu, sebuah mobil memasuki perkarangan rumah. Sudah bisa ditebak, itu Adam Claiment. Sosok yang sangat disegani oleh rival dan kawannya dalam dunia bisnis. Pria yang punya kharismanya sendiri.

"Aku tidak membawa pacarku, aku sudah seribu kali mengatakan aku hanya membawa temanku. Bisakah kalian tidak bertindak berlebihan?" Anka protes lagi.

"Dan aku hanya ingin menikmati makan siang dengan isteriku. Apa masalahnya dengan kamu?" tandas Adam balik.

Anka memutar bola matanya. "Aku harap memang itu satu-satunya tujuan kepulanganmu."

Bella menaikkan alisnya ketika Anka hanya menggunakan kata kamu pada pria yang dikatakannya sebagai papa. Oh! Orang luar negeri memang terbiasa memanggil nama pada ayah sendiri. Pasti itu alasan yang logis menurut Bella.

"Pa, dia tidak berhenti protes dari tadi."

Tapi Bella mengerutkan keningnya kemudian ketika Alleta malah memanggil ayahnya dengan sebutan papa. Namun Bella menyimpan teka-teki itu sendiri. Bukan urusannya. Adam Claiment kemudian menatap Bella membuat perempuan itu menjadi gugup.

"Anka tertangkap basah berbincang di telepon oleh Momnya. Jadi dia mendesak Anka untuk membawanya ke rumah."

Anka memutar bola matanya. "Kamu juga melakukan hal yang sama!" gerutu laki-laki itu.

"Aku kan hanya mendukung keinginan isteriku."

Anka memutar bola matanya sebagai jawaban atas delikannya. Bella hanya bisa tertawa kecil dengan ekspresi laki-laki itu. "Aku harap Mas Anka tidak menceritakan sesuatu yang buruk tentangku selama ini!" ucap Bella.

Adam juga tersenyum. "Dia mengatakan kalau dia bertemu dengan gadis manis dan menggemaskan."

"Oh, dengarlah buaya berbicara," gerutu Anka.

"Apa kalian akan terus bertengkar di depan Bella?" nyonya Adam menghampiri mereka. Dia juga sudah berganti pakaian sedikit lebih baik. mungkin begitu cara mereka menghargai tamu yang datang.

"Mom, tapi aku tidak salah."

"Sayang, apa aku lagi yang harus disalahkan disini?" Adam merengek pada isterinya yang membuat Bella tahu darimana Anka tadi memiliki sikap manja seperti itu.

"Tapi kamu lebih dewasa, Dam."

Anka tersenyum senang mendapatkan pembelaan lagi sementara Adam memajukan bibirnya cemberut. "Aku lagi yang mengalah karena alasan yang sama? Aku sudah mengalah ketika dia masih kecil."

"Kapan kamu mengalah? Saat itu kamu hanya belum memiliki Mom!" Anka berkata tidak terima.

"Bel. Tutup kuping saja!" saran Alleta pada Bella membuat semua orang yang berada disana tertawa.

"Manis, apa kamu juga sering bertengkar dengan orang tua di rumah?"

Bella menganggukkan kepalanya. "Yah, tapi aku tidak berdebat dengan papa. Aku lebih sering berdebat dengan mama."

Adam berdecak. "Kamu juga memiliki sisi pemberontak juga ternyata ya?"

Bella nyengir. "Aku lebih keras kepala dari yang terlihat. Sedikit … pendendam juga."

Adam menganggukkan kepalanya. "Oh! Seperti seseorang yang kukenal." Pria itu melirik pada isterinya.

"Dam, aku tidak akan melakukannya jika aku tidak dikecewakan? Bukankah begitu bel?" tanya nyonya Adam mencari pembelaan.

"Iya tante," ucap Bella menyetujui.

"Apa semua karakter perempuan seperti itu?" tanya Adam berbisik pada Anka.

Laki-laki itu menaikkan bahunya. "Entahlah! Aku tidak tahu. Tapi yang kutahu mereka memang penuh dengan teka-teki. Makanya aku selalu menghindari hubungan yang membingungkan selama ini," ujar Anka pada ayahnya tersebut.

Adam mendesah. "Ah … kamu memilih jalan yang tepat."

"Tentu saja. Aku banyak belajar dari pengalaman orang terdahulu."

Mereka berdua kemudian sama-sama menganggukkan kepalanya dan melakukan tos ala pria. Bella menatap tidak percaya apa yang tersaji di hadapannya. Tadinya dua orang itu berdebat dengan masalah kecil, sekarang malah seperti teman yang berada di kubu yang sama.

"Sebenarnya Mas Anka dan papanya berteman apa bermusuhan, sih?" Bella tidak tahan untuk tidak bertanya membuat semua orang yang berada di meja makan tersebut tertawa.

"Mereka berteman. Karenanya mereka saling memanggil nama," jelas Momnya Anka yang membuat Bella terkejut mendengar penjelasan itu.