Chereads / Husband In the Dark / Chapter 40 - mengghibah di acara pernikahan

Chapter 40 - mengghibah di acara pernikahan

Mama berdecak tipis pada anaknya dengan senyuman masih menggoda. "Biar serasi?"

"Ma …" Bella memberikan rengekannya. "Atau enggak Bella malas pergi nih!"

"Kamu ancamannya gitu."

"Habisnya mama berlebihan. Risih tahu!" ucap perempuan itu apa adanya.

Mama menarik nafasnya. "Ya udah."

"Kami pergi sekarang, ma, pa!" ujar Bella berpamitan pada mama dan papanya. Neo juga melakukan hal yang sama pada mantan mertuanya itu.

Laki-laki itu melirik Bella sekilas setelah beberapa menit perjalanan. "Mau dibeliin es krim dulu ngurangin bete kamu?" tanyanya.

"Enggaklah. Gue lagi hindari makan makanan yang manis."

"Diet?" tanya Galas lagi dengan sebelah alisnya yang terangkat.

"Ehm, mau ngurangin jadi lima kilo." Bella menjawab apa adanya. Neo menganggukkan kepalanya kemudian.

"Baju kamu yang kemarin kalau udah kering mau aku antar atau tetap di apartemen aja?"

Bella menoleh sebentar pada Neo. "Tinggalin disana aja dulu. Takut aja kalau papa tahu bisa habis kita berdua."

Neo menganggukkan kepalanya kemudian. "Jadi tadi ketemu Anka?" Neo bertanya lagi. "Bukannya maksud ingin tahu. Aku lagi nyari bahan obrolan aja agar kamu enggak bosan." Neo berkata sehati-hati mungkin agar Bella tidak kehilangan moodnya.

Bella menarik nafasnya. "Iya. Ketemu orang tuanya. Udah janji soalnya."

Neo menganggukkan kepalanya lagi. "Gimana? Asyik mereka?"

"lumayan." Bella menganggukkan kepalanya. "Mengingatkan aku saat pertama kali ketemu ibu. Cuma bedanya disana lebih rame aja."

Neo menganggukkan kepalanya. "Ohh …" ujar laki-laki itu. Ia mengetuk-ngetukkan jarinya pada stir mobil. "Keluarganya dia lebih lengkap ya?"

Bella menganggukkan kepalanya. "Ehm, anehnya aku malah kangen ibu. Nanti kalau sempat kita mampir bentar ke tempat ibu mau enggak?" tanya Bella.

Neo tersenyum tipis. "Emang enggak apa-apa kalau pulang kita agak kemaleman."

"Nanti aku kabari papa."

Neo menganggukkan kepala setelahnya. Tidak ada pembicaraan apapun lagi sampai mereka tiba di hotel tempat pernikahan mantan klien Neo itu diadakan. "Aduh, duh, makin akur aja nih." Toro tersenyum mesem-mesem menatap pasangan itu.

"Diajak. Katanya enggak punya pasangan. Sesekali nemanin mantan suami."

Toro menaikkan alisnya menatap Neo. Cukup terkejut dengan kenyataan Bella yang sudah tahu status Neo. Neo juga menganggukkan kepalanya mengkonfirmasi kebingungan Toro. "Ternyata udah tahu sebulan lebih. Tapi dia memilih menyimpannya." Neo menambahkan penjelasannya.

Toro kemudian menganggukkan kepalanya. "Claudia tadi datang sendirian tuh. Dia nyari alasan aja kali ngajak kamu."

Bella menatap Neo. Pria itu membuang mukanya membuat Bella menggeram. "Aku harusnya enggak iyain ajakan dia gitu aja ya? Huh?"

"Kan aku enggak dekat dengan Claudia."

"Nggak dekat tapi udah pernah main ke kostannya dia?" tandas Bella.

"Bel, itu kan karena dia nawarin aja. sekali lagi."

"Karena baru sekali dia nawarin kan. Kalau kali kedua lo juga mau pasti." Bella mencibir.

"Wah berantem benaran disini. Gue enggak ikut-ikutan." Toro berniat kabur yang kerahnya ditahan oleh Neo.

"Setelah memulai lo main kabur gitu aja? enak bangat. Temanin kami disini."

"Idih, ngapain? Biar jadi nyamuk!" Toro menolak mentah-mentah. "Gue mau nyari makan."

"Enggak salim sama pengantinnya?" tanya Neo.

"Udah, kalian yang telat."

Bella tersenyum kecil mendengar perkataan Toro itu. Ia kemudian menatap Neo. "ngantri gule kambing dulu apa gimana?"

"salaman sama pengantin dulu aja. aku enggak terlalu suka sama perkambingan."

"Bukannya enggak suka. Tapi lo takut efek setelah makannyakan?" delik Bella.

Neo tersenyum kecil kemudian menganggukkan kepalanya. "Nanti kita bisa rujuk lagi kalau terlalu sering."

Bella mendengus. "Nggak mau sama orang pengecut yang malas ngasih penjelasan."

"Ya maaf!" ujar Neo.

"Selamat Mas!" ujar Neo menyalami mantan kliennya itu.

"Makasi lo udah datang. Apa ini isteri yang kamu bilang waktu itu?" tanya pengantin prianya. Neo menganggukkan kepalanya.

"Dia sempat cerita sama saya kalau dia mencintai isterinya. Saya juga belajar banyak dari dia makanya akhirnya saya memutuskan menikah dihari ini."

Neo tersenyum kecil. "Itu terlalu berlebihan," ujarnya merendah.

Setelah mengatakan hal tersebut mereka turun. Bella mendekatkan wajahnya pada Neo untuk berbisik ketika mereka makan. "Kok pengantin prianya tua bangat sih? Mana lo manggil dia mas lagi."

"Ssst!" ujar Neo menginstruksikan isterinya untuk menjulid.

"Duda ya?" tanya Bella lagi. Neo memelas celingak celinguk ke kiri ke kanan tidak enak hati kalau ada pihak keluarga pengantin yang mendengar obrolan mereka.

"Isterinya mana masih muda bangat lagi. cantik gitu." Bella menilai.

"Bel, nanti saja setelah kita keluar." Neo memelas.

Bella memutar bola matanya. "Lo emang enggak seru."

"Bukannya gitu, tapi enggak enak."

"Okeh, tapi habis ini cerita ya?!" Bella menuntut membuat Galas mau tidak mau mengangguk mengiyakan perkataan mantan isterinya itu.

"Sudah lama tidak melihat Pak Galas dan isteri. Apa kabar, Pak?" seorang pria menghampiri meja mereka membuat Bella mengerutkan keningnya,

"Pak Raymond, mantan klien aku yang semarang ingat?" bisik Neo yang tahu Bella butuh kejelasan dengan pria yang sok akrab dengan mereka itu. Bella tersenyum.

"Oh Pak Raymond," senyum Bella menyambut. "Apa kabar Pak?" tanyanya. "Klien lo yang paling rewel enggak ketulungan bukan?" bisik Bella pada Neo.

"Ssst!" sekali lagi Neo menginstruksikan isterinya untuk bersandiwara lebih dulu.

"Sudah sembuh ibu Bella? Terakhir kali saya bertemu ibu Bella menggunakan tongkat."

Bella sudah tahu laki-laki itu berbicara apa. Hal hasil Bella hanya memberikan senyuman paling manisnya. "Sudah. Suami saya memperhatikan saya sekali. Pak Raymond sendiri gimana? Sakitnya udah sembuh?"

"Sakit? Saya enggak pernah sakit," ujar pria paruh baya itu.

"Oh maaf! Saya kira Bapak pernah mengidap sesuatu penyakit yang membuat Bapak sering memberikan complain tidak beralasan. Hati-hati lo Pak. Semakin tua memang semakin banyak yang dialami. Banyakin sayang sama isterinya, Pak. Sebelum Bapak ditinggal di hari tua. Permisi!" ujar Bella meninggalkan pria itu kemudian menarik Neo pergi dari sana.

"Bel, kamu tidak perlu bicara seperti itu pada Pak Raymond."

"Lalu gue harus bermanis muka seperti apalagi dengan dia? Walaupun enggak melihat tapi gue masih ingat ya perasaan sakit saat dia menghina lo punya isteri cacat."

Neo berdehem. "Kamu marah gitu demi aku?"

"Idih, idih, kemana tuh kesimpulannya? Lain dari latar belakang masalah. Gue hanya merasa terhina aja waktu itu."

"Ehm, iya juga enggak apa-apa!"

"Lo!" Bella siap memberikan cubitan kepitingnya pada Neo. Laki-laki itu segera berjalan cepat pada mobil menghindari Bella.

"jadi ke Bogor?" tanya Neo.

Bella menganggukkan kepalanya. "Sekarang cerita kenapa pengantin prianya bisa setua itu."

"Kenapa lagi? dari tempat dia menyelenggarakan acara kamu sudah bisa menebaknya, Bel." Neo menanggapi sambil memutar mobilnya keluar dari parkiran.

Bella mendengus. "Tadi katanya janji bakal ceritain. Emang tipikal cowok yang suka ingkar janji."

Neo menarik nafasya. "Itu anak pekerja di rumahnya. Gitulah, karena cantik, dia tertarik buat nikahin."

"Memangnya dia tidak punya isteri sebelumnya?"

"Punya. Seusia kita."