Pasangan itu menyelenggarakan pernikahan sederhana. Tidak lama, hanya lima jam sampai semua bubar. Tidak mengundang banyak orang selain teman terdekat. Neo melirik isteri yang dinikahinya kedua kali, Bella tetap menawan seperti pertama.
"Kali ini akan akur lagikan?" selidik Toro masih menyipit.
Bella menaikkan bahunya. "Enggak tahu, belum tentu tahu."
Toro mendesis menyerngit. Pria itu membisikkan sesuatu pada neo yang membuat laki-laki itu berdecak tipis sambil memberikan tendangan kecil pada tempurung kaki Toro. "Semuanya mengganggu, kita pergi sekarang?" tanya Neo.
"Ehm okeh. Gue ambil dulu kamera sama tripod."
"Hati-hati ya sayang!" mama dan ibu berkata kompak melepas puteri mereka dengan senyum manis pada bibir masing-masing. Senang harapan kedua orang tua itu kembali terkabul.
Sementara Neo melirik pada sisi sampingnya sambil tangannya tetap fokus mengemudi. "Ehm, Bel. Teman kamu, Anka itu enggak kamu undang?"
"Gue undang kok. Cuma kebetulan aja enggak datang. Dia lagi ada kerjaan di luar kota."
Neo menggigit bibirnya. "Bukan cemburu sama kita kan?"
"Cemburu? Buat apa dia cemburu. Cinta aja enggak?"
Neo menaikkan alisnya. "Dia seriusan enggak cinta."
Bella menghembuskan nafasnya. "Berkali-kali gue bilangin sama lo ya, enggak semua cowok dan cewek temanan itu cinta. Memang beberapa memutuskan pacaran. Tapi enggak semua."
Neo menggigit bibirnya. "Kalian saling perhatian jadi aku berfikir ,,,"
"Dan pikiran lo terbukti salah."
Neo diam. Dia paham kesalahannya pada bagian tersebut. mereka sampai pada pantai tempat piknik. Bella langsung mengambil kameranya. Membidik beberapa hal yang pasti yang tidak mungkin untuk dilewatkan. Sunset selalu berhasil menarik perhatian dengan pesonanya sendiri.
Neo hanya bisa tersenyum tipis. Itu pemandangan yang sudah lama diimpikannya. Bahkan mereka berdua belum sempat menanggalkan baju pengantin sama sekali. Baju rancangan khusus dari Amora yang berhasil membuat wanita itu begadang selama seminggu untuk menyelesaikannya.
"Emh, aku senang!" ujar Neo memeluk Bella dari belakang.
Perempuan itu menepuk tangan Neo menginstruksikan untuk Neo melepaskan tangan itu dari perut Bella. "Padahal udah nikah juga, Bel!"
"Dan lo tahu alasan kita nikah buat apa."
Neo memainkan bibirnya. "Aku pikir peluk salah satunya,"
"Idih!" ujar Bella geleng-geleng kepala.
"Mending buat api unggun sekarang deh, daripada gelap nanti, gue mau nyelesaiin ini dulu."
Neo berdecak kecil, mencuri kecupan dari Bella singkat lantas kabur. "Loe ya!!" geram Bella seperti yang Neo harapkan.
Bella kembali fokus pada kameranya. Sementara Neo fokus pada perkataan Bella. Pria yang sudah resmi menjadi isteri Bella itu membuat peerapian untuk Api unggun. Untuk penghangat mereka malam nanti juga penambah cahaya. Entah dapat ide dari mana mereka menggunakan konsep honeymoon ala piknik seperti itu.
"Jadi apartemen yang satu lagi tetap buat gue?" tanya Bella pada Neo setelah perempuan itu menyimpan kembali kameranya.
Neo menganggukkan kameranya. "kalau kamu tiba-tiba pengen nginap, Bee."
Bella menganggukkan kepalanya. "Okeh," ujar perempuan itu.
Bella merebeahkan badannya pada belakang mobil yang sudah disulap Neo menjadi kasur. Ia menatap suaminya itu beberapa saat. "Lo aneh senyum-senyum kayak gitu. Bayangin yang aneh-aneh ya?"
"Bolehkan?" ujar Neo padanya.
"Enggak!" ujar Bella menggelengkan kepalanya.
Neo yang sudah selesai menghampiri Bella. "Masa sih? Dulu pas kita nikah pertama kali kamu mau-mau aja."
Bella spontan memutar bola matanya. "Situasinya berbeda."
Neo mengusap kepalanya, pria itu menatap langit nun jauh di hadapannya. "Enggak nyangka ya, Bee kita bisa wujudin beberapa mimpi yang pengen kita jalanin."
Bella memainkan bibirnya. "Hm, meski agak tertunda sih. Lo sih pakai gugat cerai."
Neo menarik nafasnya. "Kenapa masih dibahas sih, Bee? Kan kalau bukan aku yang gugat cerai pasti kamu yang gugat cerai."
Bella menyengit kemudian tertawa kecil. "Iya sih!" ujarnya membidik Neo dengan sekejap tanpa laki-laki itu memiliki persiapan.
"Bee, itu curang!" Neo protes duduk menghampiri Bella untuk melihat hasilnya. "Aku tampan juga ya?!" ujar laki-laki itu memuji dirinya sendiri.
Bella spontan memutar bola matanya. Mereka tertawa beberapa saat sebelum terhenti dalam tatapan masing-masing. Neo meneguk air liurnya terlebih dulu sebelum mendekatkan wajahnya pada Bella. Memainkan dengan lembut kemudian beralih pada leher perempuan itu.
"Aku buka ya!" bisiknya pada Gaun Bella dibelakang. Perempuan itu terhipnotis. Kameranya tergelatak sementara tangannya beralih mencengkram punggung Neo. Puas dengan ronde mereka memutuskan main air laut meski sudah malam. Tidak tahu baik untuk kesehatan atau tidak. Yang jelas karena basah-basahan itu mereka menempel dari balik selimut berdua.
"Suka enggak?"
Bella menganggukkan kepalanya. "Enak!" ujarnya memasukkan daging ke mulutnya. Lapar sudah menjadi bagian lainnya setelah mereka kenyang dengan hal lain. bagi Neo untuk tambah stamina juga bisa.
Neo tertawa kecil. "Bee, aku punya rancangan rumah kita," ujar Neo menyodorkan satu kertas dihadapan Bella. "Ini kamar aku dan ini kamar kamu. kayak rolling door gitu kamu bisa pergi ke kamar aku sesuka kamu, kalau marah kamu bisa kunci."
"Gimana sama lo sendiri?"
"Aku enggak bisa nguncinya. Kamu yang bisa bukak dan ngunci."
Kening Bella mengkerut tanda berfikir. "Berarti lo enggak bisa nyelinap ke kamar gue?"
Neo mengggelengkan kepalanya.
Bella berdecak. "Jangan gitu! Ntar lo jajan diluar lagi. Pakai aja pintu penghubung yang bisa dibukak kunci dari kamar gue ataupun kamar lo."
Neo menarik bibirnya untuk tersenyum. "Okeh!" ujarnya.
Bella berdecak tipis. "Okeh!" balas perempuan itu juga.
"Bee, ronde ketiga mau enggak?"
Bella membelalakkan matanya. "Lo ya?!" delik perempuan itu.
"Mau ya?" ujar Neo dengan sebelah alis terangkat.
Bella memutar bola matanya tanpa menjawa. Perempuan itu tidak menolak ketika Neo semakin mendekat, menggoda Bella lagi. "Jadi gimana Bee, mau apa enggak!"
"Lo lagi pengen gue pukul apa gimana sih?"
Neo tertawa. "Kamu seksi marah-marah kayak gitu!" bisik Neo serak sebelum membuat mobil itu kembali bergoyang. Padahal mereka tidak sungguhan pengantin baru. Sebelum perceraian mereka pernah menikah. Tiga tahun malah, selama tiga tahun itu mereka jalanin dengan keromantisan.
Neo mengusap-usap rambut Bella penuh sayang setelah mereka selesai. Tidak lupa dengan kata-kata cinta yang memuakkan bagi Bella. Dia dulu menyukainya, sekarang malah tidak. "Bee," ujar Neo lagi masih dengan tangan yang usah pada rambut isterinya.
"Hm …"
"Di rumah mama hati-hati ya, kalau ada apa-apa telepon aku. Jangan suka stress, jangan suka panik! Kalau aku enggak angkat itu berarti aku lagi enggak megang ponsel atau enggak dapat sinyal. Tapi aku akan usahain untuk hubungin kamu terus kok!"
Kening Bella mengkerut. "Wait, enggak dapat sinyal gimana maksudnya."
Neo nyengir. "Itu …" ujar pria itu duduk. Bella langsung menahan suaminya yang berniat kabur itu.
"Itu apa?" tanya Bella dengan sebelah alis yang terangkat. "Jangan bilang lo mau pergi keluar kota!"
Noe mengusap rambut belakangnya. "Bee, aku ditelepon …"
"Galas sialan!" umpat Bella. "Lo nipu gue ya?! Kalau kayak gitukan kita bisa nikah habis lo pulang?!"