"Bella, ada apa lagi sih?" tanyanya pada anak tunggalnya itu.
"Ma, udah deh. Anak mama enggak kenapa-napa. Menantu mamanya aja bisa pergi kemana-mana.masa aku enggak bisa sih? Lagian aku udah dewasa ini." tidak lupa Bella memasukkan beberapa kamera dan peralatannya juga dalam tasnya.
"Galas tahu?" tanya mamanya lagi.
"Nanti dia juga akan tahu sendiri melalui postingan aku."
"Bel, kamu tidak bisa seperti itu, nak. Kamu sudah menjadi isteri Galas."
Bella mengecup pipi mamanya. "Aku tahu, ma. Nanti aku kirim pesan pada dia. Mama puas"
Pada akhirnya Rita hanya bisa menarik nafasnya mengingat kelakuan puteri tunggalnya itu. Bella pergi dari rumah, memulai pertualangannya seorang diri. Perjalanan pertamanya menuju Thailand, negeri tetangga. Baru setelah itu dia akan menentukan destinasi wisata selanjutnya.
"Sawasdee, kha, Jaa!" Milk, seorang teman Bella dari luar negeri yang pernah berkuliah di tempat yang sama dengannya itu.
"Sawasdee kha, Phi." Bella membalas kata dasar yang masih diingatnya dulu. Dua orang yang sudah lama tidak bertemu berpelukan. Saling melepas rindu.
"Aku minta maaf membuat kamu kerepotan, kak." Bella tidak enak dengan perempuan yang setahun lebih tua darinya itu. Sebenarnya Milk mengizinkan Bella untuk memanggilnya dengan nama saja. tapi demi kesantunan Bella tetap memanggil Milk dengan panggilan Phi atau kakak.
"Jadi kemana kita akan berpetualang, nona?" decak perempuan itu.
Bella tersenyum kecil. "Kemana tour guide akan mengarahkanku." Bella mengedip kecil dengan senyuman khasnya. "Tapi sejujurnya aku mau ke Chiang Mai, aku dengar disana salah satu pusat budaya, Pattaya juga boleh. Kemanapun itu yang bisa memberikan tanggapan layar yang bagus untuk kamera kita. Seorang fotographer professional sudah pasti tahu bukan?"
Milk tertawa kecil. "Aku tidak seprofesional itu lagi. Sudah lama aku hanya memotret untuk bersenang-senang. Semenjak papa lebih menyuruhku untuk melanjutkan bisnisnya."
"Sepertinya aku harus minta maaf kepada Om yang membuat anaknya absen dari kantor."
Milk berdecak tipis. "Sudahlah. Sudah lama juga aku tidak liburan. Papa harus tahu aku juga butuh healing."
"Aku pikir tidak ada kosakata healing yang akan kakak lontarkan."
Milk tertawa kecil. "Aku masih banyak punya teman dan berinteraksi dengan kolega dari Indonesia. Kamu saja yang jarang menghilang tiba-tiba bahkan nyaris tidak pernah datang saat kumpul reuni."
Bella tersenyum kecil. "Yeah, memang terjadi sedikit accident yang membuatku menarik diri dan melupakan beberapa hal."
Milk menyerngitkan hidungnya. "Kamu bahkan tidak memberitahuku soal itu."
"Come, on, phi. Kita bukan teman dekat, hanya mantan teman sekelas yang terpaksa dekat dikarenakan kepentingan masing-masing bukan? Kita bahkan musuh terberat satu dengan yang lainnya."
Milk tertawa kecil memeluk Bella. "Tapi masalah itu sudah usai bukan?" jauh dari apapun, Milk tahu sekali kalau Bella tidak ingin menunjukkan kesedihannya pada orang untuk dikasihani. Puteri Janu itu memiliki harga diri yang selangit.
Bella menganggukkan kepalanya. "Sudah, Aku tidak mungkin bisa berada disini jika masih terjebak dengan masalah itu."
"Ahm, sebelum kita pergi ke hotel bagaimana jika makan dulu?"
"Boleh." Bella suka dengan ide yang satu itu. Dua kawan yang sudah lama tidak bertemu itu masih melanjutkan obrolan mereka selama makan. Mengulang beberapa hal konyol yang pernah mereka lakukan dan beberapa hal lainnya. Keduanya tertawa menertawakan juga beberapa tragedy yang sekarang menjadi lucu ketika diceritakan ulang.
"Ehm, perjalanannya kita mulai esok hari?" tanya Milk sebelum meninggalkan Bella di hotel.
Bella menganggukkan kepalanya. "Ehm, aku tunggu disini."
Milk menganggukkan kepalanya. "See you, Ja!" ujar milk sebelum meninggalkan Bella.
Bella tersenyuk mecil menutup pintu. Barulah dia membongkar ponselnya. Pesan dari mama dan Galas langsung masuk secara beruntun. Oh dua orang itu.
"Bella sudah sampai. Sekarang lagi di hotel besok jalan-jalannya. Ada teman kok!" setelah mengirimkan foto dirinya, Bella meletakkan lagi ponselnya. Dia tidak mengabari Galas dan mengabaikan pesan dari laki-laki itu. Tapi Galas kembali menghubunginya. Sepertinya pria itu tidak tenang ketika isterinya tiba-tiba bertingkah.
"Be, mama bilang kamu jalan-jalan." Galas langsung to the poin tanpa basa basi.
"Iya nih, mau cari suami baru rencana. Kali aja ada orang luar yang nyantol." Bella berkata seenaknya tanpa beban pada Galas.
"Aku enggak larang kamu kemana. Aku hanya terkejut kamu pergi tiba-tiba."
Bella mendengus kecil. "Lah, siapa ya yang pergi duluan tanpa aba-aba? Isteri kan mencontoh apa yang dilakuin suaminya. Suami enggak di rumah, isteri juga enggak di rumahlah."
Neo tersenyum tipis. "Jadi ceritanya pergi karena aku? kalau aku pulang kamu juga akan pulang?"
"Ogah!" ujar Bella.
Neo berdecak kecil. "Maaf, sayang."
Bella memutar bola matanya. "Dah, gue muak dengarin buaya."
"Kamu harus tahu Be, buaya itu hewan paling setia yang pernah ada. Dia hanya memiliki satu pasangan seumur hidupnya. Ketika pasangannya meninggal, dia tidak akan mencari pengganti yang lain. fakta lainnya, buaya itu selalu mencari buaya yang sama setiap kali musim kawin. Tidak pernah singgah ke hati yang lain. dia bahkan bersikap protektif pada pasangannya saat pasangannya bertelur. Buaya juga rela mati untuk melindungi pasangannya." Neo berkata yang membuat Bella memutar bola matanya mendengar perkataan suaminya.
"Itu kalau buayanya melata. Kalau buaya yang bisa berdiri tegak kayak lo mah, lain lagi." Bella selalu punya jawaban dari semua perkataan Bella.
Pria itu berdecak tipis. "Aku kangen kamu, juga."
"Ih, kapan gue bilang gue kangen sama lo." Bella melotot pada Galas.
"Nah, itu barusan kamu ngomong." Neo tertawa kecil berhasil menggoda Bella yang mengeluarkan tanduknya. "Jadi rencananya mau perjalanan berapa lama, Be?" tanya Neo yang sudah selesai tertawa.
"Belum tahu gue." Bella merebahkan dirinya ke tempat tidur. Dia bahkan hanya menempuh penerbangan sekitar dua jaman. Juga tidak lama berada di luar bersama Milk tapi dia sudah ingin merebahkan dirinya begitu saja.
"Dalam masa yang enggak ditentukan ya?" tanya Neo.
Bella menganggukkan kepalanya. "Gitu deh. Mau ngisi banyak-banyak potret. Kalau dingat-ingat setelah sembuh gue belum pernah kemana-mana. sekarangkan udah jauh dari waktu operasi. Udah bolehlah perjalanan jauh."
Neo menganggukkan kepalanya. "Tetap kabari ya kamu di mana, biar aku tahu nyusul kamu kemana. Enggak perlu setiap detik hanya setiap perpindahan kota aja."
Bella mencibir. "Idih, kayak bisa aja nyusul gue."
"Mana tahu aku punya kesempatan membolos, Be." Galas berkata.
"Tapi gue rencana mau ke tempat pacarnya, Toro. Amora nitip buat jengukin adeknya dia. Enggak tahu sih pastinya kapan. Katanya kalau gue singgah sekalian aja temuin. Gitu. Toro ada nitip sesuatu enggak? Cincin lamaran atau apa gitu?"
Neo tersenyum tipis. "nanti deh aku bilangin Toro. Amora enggak ikut kamu emang?"
"Kalau Amora ikut bukan perjalanan sendiri dong namanya. Lagi pula dia sedang dapat project besar tu dari anaknya tuan Adam Claiment, tenang aja bukan Anka, kok. Tapi adeknya Alleta."
Neo menganggukkan kepalanya. "Yang model itukan?"