Chereads / Husband In the Dark / Chapter 37 - Mama Tahu

Chapter 37 - Mama Tahu

Neo tidak menjawab, membalikkan badannya untuk menghadap perut Bella. "Jangan mulai!" ujar perempuan itu penuh peringatan ketika kepala Neo sudah mulai masuk ke dalam baju Bella.

Laki-laki itu mengeluarkan kepalanya lagi. "Kata kamu ibu pengen cucu!"

Mata Bella spontan terbelalak, bersiap untuk mencubit laki-laki itu lagi tapi Neo buru-buru memberi jarak dengan gesit. Sebelum pria itu terkena dengan serangan Bella.

***

Cahaya pagi menyingkap di apartemen tersebut. Bella menyipit sambil membuka matanya. Ia melihat jam pada ponsel membuat perempuan itu mengerang. Sudah terlalu kesiangan. Jangan sampai mama dan papa di rumah dulu sebelum Bella pulang.

"Bel, kenapa panik gitu?" tanya Neo melihat tingkah mantan isterinya.

"Ntar aja bertanyanya. Gue mau balik dulu." Bella mengambil kunci mobilnya yang sudah disediakan pada Neo. Perempuan itu sudah keluar dari unit Neo dengan cepat bahkan sebelum laki-laki itu mampu mencegahnya. Neo mengusap kepalanya tipis. Pasti tuan Janu, ayah Bella yang menjadi alasannya. Ah, harusnya dia bisa membangunkan perempuan itu lebih awal.

Bella melajukan kendarannya diatas rata-rata. Memang bukan contoh yang baik untuk ditiru. Saat menaiki undangan tangga, mobil mama dan papanya juga sampai di depan rumah. Bella buru-buru berlari ke kamarnya.

"Bel!" mama memanggil anak gadisnya tersebut dari bawah.

Bella buru-buru memasuki ranjang. Menaiki tempat tidur kemudian menyuruk dalam selimut secepat mungkin mengambil posisi tertidur. Tidak lama mama membuka pintu kamarnya. Langkah kaki yang mendekat membuat Bella tahu mama ingin memastikannya. Perempuan itu mengusap pelan pipi anaknya.

"Kamu masih tidur?" tanya mama sambil menyingkap selimut dan menyerngit melihat pakaian Bella. "Tidur pakai celana jeans, aneh kamu." Mamanya berkomentar.

Bella duduk tergagap pada mama. "Ehm, semalam malas ganti pakaian."

Mama menyerngitkan kening. Menelisik puterinya tersebut. "Malas berganti pakaian atau tidak sempat berganti pakaian. Udah lama mama enggak lihat kamu pakai baju itu." Mama memberikan Bella komentar.

Bella berdehem. "Ma …"

Perempuan itu menoel dagu anaknya. "Kamu tidak bisa berbohong dengan mama. Menginap di tempat Galas semalamkan?" tanya mamanya sambil menoel dagu puterinya tersebut.

"Mama tahu dari mana?" tanya Bella. Perempuan itu kemudian melototkan matanya. "Dia ngaku ya?"

Mama tertawa kecil. "Tadi mama nelepon kamu jam setengah enam. Dia yang mengangkat. Kamu ini, mama udah nelepon kamu tiga kali padahal."

Wajah Bella memerah. Ia ingin mengumpati laki-laki itu sekarang. Kenapa Neo tidak mengatakan apa-apa padanya. Lupakan! Kenyataannya, Bella yang terbirit-birit terlebih dulu sebelum Neo sempat menjelaskan apapun.

"Kalian ini! Udah bercerai padahal," ujar mama.

Bella menunduk. "Maaf, Ma!" ujar Bella.

Mama berdecak. "Papa enggak tahu. Mama akan coba tutup mulut. Ya udah yuk! Ke bawah, kita sarapan barang."

"Yah, Bella cuci muka dulu," ujar Bella pada mamanya.

Sebelum keluar dari kamar tersebut mama berbalik. "Kalau ingin memberikan kami cucu, kalian harus nikah lagi. Ingat itu ya!"

Bella menganggukkan kepalanya. "Iya, ma! Lagian yang kemarin juga khilaf."

Mama geleng-geleng kepala. "Khilaf kok sampai tidur bersama. Pakai baju yang sedikit tertutup, Bel!" ujar mama pada anaknya tersebut. menujuk pada pepotongan leher dan pundak Bella yang sedikit memerah. Perempuan itu menggeram. Neo benar-benar tidak berfikir panjang dalam membuat tanda.

Mama menutup pintu. Bella kemudian beranjak dari ranjangnya, berjalan ke kamar mandi mencuci mukanya, memakai conclear dalam beberapa bagian sambil menggerutu. Selanjutnya berjalan keluar kamarnya duduk bergabung bersama mama dan papanya di meja sarapan.

"Mau kemana, Bel?" tanya papanya melihat anaknya yang berpakaian sedikit lebih rapi.

"Ke rumah Anka, Pa." Bella menjawab apa adanya.

Mama sedikit terkejut mendongakkan pandangannya menatap pada anaknya tersebut. "Anka?" tanya mama mengulang nama itu.

Bella menganggukkan kepalanya. "Iya, aku udah janji sama Anka untuk ketemu orang tuanya hari ini."

"Mama pikir kamu sudah enggak contactkan lagi dengan dia." Wanita tua berkata lesu. Bella tahu apa yang mama harapkan. Tapi dia dan Neo tidak akan seperti impian mama lagi. Bella rasa sih. Mengingat bagaimana dia sudah melabeli laki-laki itu dengan buruk. Itu tidak akan merubah apapun sepertinya kendatipun Neo adalah Galas.

"Anka udah banyak bantu aku gitu. Enggak mungkinlah aku tiba-tiba menghilang setelah aku mendapatkan semua infornasi yang aku mau."

Mama tersenyum. Berusaha mengerti puteri semata wayangnya tersebut. Kendatipun dia tidak menerima Anka sebagai menantunya. Padahal menurut pandangan Bella mamanya terlalu berlebihan. Dia dan Anka tidak pernah berfikiran sejauh itu. Mereka hanya berteman.

***

Kawasan rumah elit di daerah Pantai Indah Kapuk itu menjadi tempat yang dipilih oleh Adam Claiment dan keluarga kecilnya sebagai hunian tempat tinggal. Sudah bisa dipastikan pengusaha yang kaya raya itu tidak akan memilih tempat tinggal yang kaleng-kaleng. Bella tahu orang kaya selalu memiliki hunian mewah dengan gaya arsitektur yang mengagumkan. Tapi Bella memang tidak berlebihan untuk mengatakan kediaman Adam persis seperti istana.

"Bel, Yuk masuk!" Anka menegurnya ketika Bella berdiri, tergugu di depan pintu.

Perempuan itu berdehem seketika gentar sendiri. Anka tersenyum tipis. "Mama tidak akan memakan orang. Dia hanya pernah ahli memainkan kata-katanya."

Bella melotot. Apa maksud Anka dengan ahli memainkan kata-kata? Mama nyonya Adam tersebut mahir dalam melayangkan kata-kata tajam pada orang-orang? Kalau iya, itu lebih buruk. Bella benar-benar merasa gamang.

Anka tertawa. Seolah mengerti apa yang Bella pikirkan. "Maksudku, mama pernah menjadi penulis," decak laki-laki itu.

Bella tersenyum tipis juga mendengar penjelasan laki-laki itu. Bella akhirnya memasuki rumah mewah tersebut yang langsung digiring oleh pegawai. Bayangan Bella, nyonya Adam adalah wanita-wanita sosialita yang melakukan perawatan di rumah, atau wanita yang tengah berkebun dengan anggunnya, bisa juga seseorang yang tengah membaca buku mode dengan gaya yang elegan.

Kenyataannya, Bella malah menemui wanita sederhana dengan rambut yang dicepul asal. Perempuan itu sedang sibuk di dapur kesana kemari dengan seorang gadis yang tidak kalah sederhananya. Memakai baju kaos ukuran big size dengan celana mini yang menampilkan setengah paha mulusnya dan kaki jenjangnya. Tidak lupa sebuah kaca mata menempeli wanita muda itu.

"Mama," ujar Anka menegur wanita yang sibuk itu.

Nyonya Adam tersebut berbalik. "Tamunya sudah datang?" perempuan itu menyambut Bella. Bella menjadi semakin gugup entah kenapa apalagi setelah nyonya Adam tersebut menelisiknya.

"Saya Bella, nyonya."

Wanita itu tersenyum ramah. "Saya tahu. Anka sudah menceritakannya. Duduk dulu, Bel!" ujarnya mempersilakan Bella. Bella menurut. "Dan tolong panggil tante aja ya?!" pinta wanita itu.

Bella menggigit bibirnya. "Baik tante," ujar Bella.

"Tidak perlu canggung seperti itu." Wanita itu mengusap pelan lengannya. Bella tersenyum kecil.

"Maklum Bel, mama penulis. Sama kayak kamu yang punya sensitifitasnya sendiri." Anka berkomentar. Maksud laki-laki itu, mamanya bisa membaca orang.

"Cuma beda media ya bel, kamu dengan kamera, saya dengan pena."

Bella tersenyum lagi.