Chereads / Husband In the Dark / Chapter 35 - (bukan) berbaikan

Chapter 35 - (bukan) berbaikan

Ia turun dari taksi kemudian menuju pada lantai yang sudah dihapalnya di apartemen tersebut. memindai setiap sudut apartemen mengingat lagi kenangannya bersama Galas disana. Meresapi apa yang mamanya katakan sebelum dia menjemput kuncinya di unit Neo disebelah.

Ia membuka pintu kamar "Oups sorry!" ujar Bella reflek menutupi pintu lagi ketika melihat Neo disana menggunakan pakaian yang minim. Perempuan itu berjalan menunggu Neo di sofa saja pada akhirnya dengan wajah yang memerah. Tidak tahu laki-laki itu baru selesai mandi disana.

Neo keluar kamar setelahnya dengan pakaian yang sudah lengkap. "Gue kira lo di unit sebelah!" ujar Bella jujur.

"Ehm, semalam lagi kangen aja. makanya tidur disini," ujar Neo jujur melihat sepintas pada isterinya tersebut. membaca kadar kemarahan yang tersisa dari mantan isterinya tersebut.

"Mau … coklat panas?" Neo tidak kalah gugupnya dengan kehadiran isterinya tersebut disana.

Bella menganggukkan kepalanya canggung. "Dingin boleh," ujarnya memberikan opsi lain. Neo melirik kemudian menganggukkan kepalanya.

"Itu remote acnya kalau kamu merasa kepanasan. Buka jendela juga boleh!" ujar Neo melihat isterinya yang mengibas-ngibaskan tangannya ke wajah.

Bella berdehem kemudian menganggukkan kepalanya. "Aku enggak tahu kalau kamu masih sering berkunjung."

"Iseng-iseng aja sih tadi sebelum minta kunci ke Lo," jawab Bella menerima coklat dingin dari laki-laki itu. "Memastiin aja Lo udah jual unit ini atau belum."

Neo menggelengkan kepalanya. "Enggaklah. Aku belinya buat kamu. kecuali kalau kamu yang jual."

Bella mengalihkan tatapannya ketika Neo mengatakan hal tersebut. Neo berdehem sambil memainkan giginya diseputar lidah. "Kunci mobil kamu ya? Aku ambilin dulu disebelah."

"Enggak, enggak apa-apa. gue enggak buru-buru!" ujar Bella sambil meminum coklat dinginnya lagi.

Neo melirik pada isterinya tersebut. memberanikan dirinya menatap Bella lebih lama. Bella berdiri mencairkan suasana canggung melihat kediaman yang sebenarnya sudah sangat familiar bagi perempuan itu. "Kamu memperhatikan detail semuanya," ujar Bella asal.

Neo berdiri memeluk mantan isterinya tersebut dari belakang. "Aku kangen kamu …" bisiknya dengan suara rendahnya. Mengecup pundak isterinya tersebut sebelum mereka bertatapan dengan mata yang saling mengunci. Entah siapa yang dulu memulai.

Neo mengecup penuh sayang pelipis isterinya tersebut setelah pelepasan akhir mereka dari sesi pertarungan panjang mereka hari ini. "Bee …" panggil Neo ketika perempuan itu diam saja beberapa saat.

Bella menarik selimut sambil memunggungi Neo. "Jangan panggil gitu dulu ke gue!" ujar Bella membuat Neo paham bahwa mereka belum bisa kembali seperti semula. Mereka masih butuh waktu.

Neo menganggukkan kepalanya. "Ya sudah! Kamu istirahat dulu aja," ujar Neo memberikan kecupan lagi pada isterinya tersebut sebelum membiarkan Bella terlelap dalam pelukannya. Memejami matanya meresapi kerinduan yang pecah pada hari ini.

***

Bella menggeliat bangun ketika ponselnya berdering. Mamanya tentu yang meneleponnya membuat Bella mengangkatnya. "Halo ma …" ujarnya.

"Bel, mama sama papa kayaknya enggak ke kejar pulang malam ini. Kamu hati-hati di rumah ya!" ujar mamanya.

"Ya, ma!" ujarnya mengakhiri panggilan tersebut sambil menggigit bibirnya. Bukan reaksi mama yang Bella pikirkan. Tapi reaksi papanya mengingat yang dia lakukan dengan Galas tadi siang. Memutuskan hal tersebut, dia memilih membersihkan dirinya, mandi dan memilih baju baru. Beruntung dia tidak membawa semuanya dari sana. Neopun tidak berniat membuangnya sama sekali.

Ia kemudian membuka pintu kamar. Neo dengan pekerjaannya tersenyum padanya. "Bentar ya aku siapin makan malam," ujar Neo beranjak.

"Enggak usah! Gue bisa masak sendiri!" tolak Bella. "Maksud gue kan lo lagi kerja." Perempuan itu berkata.

Neo menggukkan kepalanya. Wanita itu membuka lemari pendingin tanpa canggung dan mulai memasak dengan bahan yang ada. "Kok lebih banyak makanan kaleng kayak gini sih? Enggak sehat tahu!" Bella memberikan komentarnya.

"Namanya juga pria lajang, Bel! Apa yang bisa dimasak instan ajalah," ujar Neo.

Bella memainkan bibirnya mencibir. "Dulu siapa yang sering sok-sokan larang gue kalau mau makan makanan instan. Jangan-jangan lo sering curang gini ya dibelakang gue?" dengus Bella.

Neo mengusap kepala belakangnya. "Itukan …" Neo tidak tahu harus menjawab apa.

"Mama ngomong apa? aku enggak sengaja dengar kamu nerima telepon dari mama," ujar Neo.

"Enggak ada. Bilang hati-hati aja di rumah sendirian. Mereka enggak pulang malam ini."

Neo menganggukkan kepalanya. "Memangnya mereka kemana?" tanya Neo.

"Biasa. Ada acara di luar kota."

"Tidur disini aja kalau gitu!" ujar Neo yang langsung mendepat dengusan dari Bella.

"Biar lo bisa modus lagi gitu? Hapal gue kalau sama lo mah!" cibir Bella.

"Kan kamu juga mau, Bel," jawab Neo dengan senyuman khas laki-laki itu.

"Heh, jangan ngada-ngada ya Lo!" Bella mengacungkan pisau pada suaminya tersebut. "Tadi siang khilaf aja."

"Khilaf liat ototku, ya?"

"Neo!" ujar Bella berhasil mendapatkan ledakan tawa dari laki-laki itu. "Lo memang ngeselin ya?!" decak Bella.

"Yang penting kan kamu cinta," ujar laki-laki itu sambil menaik-naikkan alisnya.

"Idih!" ujar Bella. "Galas ya, bukan lo!"

"Orangnya sama gitu."

Bella menaikkan bahunya. "Galas difantasi gue bukan lo! Itu yang jelas," ujar perempuan itu yang membuat Neo mendesis perih sambil merabai dadanya. Tapi dia tidak tersinggung. Pun tidak terlalu terluka.

"Makasi ya udah maafin aku," ujar Neo kemudian.

Bella memutar bola matanya. "Disaranin mama aja. Tapi enggak semua sama kayak dulu," ujar Bella memberikan batasan yang diangguki oleh Neo.

Pria itu menutup gambar dan laptop pada mejanya, tidak lupa merapikan tempat itu untuk menyimpannya lagi. "Kan udah gue bilangin kalau mau kerja, kerja aja," ucap Bella.

"Besok-besok aja. Aku belum tahu mendapatkan tatapan baik dari kamu seperti ini di esok hari."

Bella mendengus sambil mencibir. "Bisa bangat kalau buaya ngomong."

Neo nyengir menampilkan deretan gigi rapinya kemudian bergabung bersama perempuan itu di dapur. Membantu Bella. Perempuan itu melirik kesekeliling. "Lo enggak pernah rubah desain unit ini setelah beberapa bulan. Bahkan barang-barang gue yang tertinggal masih kesimpan gitu aja. makanya gue kira tadi enggak ada siapa-siapa."

"Biar kenangan kamu terus ada. Kalau aku rubah jadi beda. Nanti kalau aku kangen sama kamu …"

Bella menggeleng-gelengkan kepalanya menolak mendengar perkataan Neo selanjutnya. Pria itu mencubit hidung isterinya. "Huu, padahal biasanya suka bangat digombalin."

"Setelah gue tahu semuanya omong kosong ngapain. Lagian lo juga bukan pasangan gue lagi."

"Akan bolehkan?" bisik Neo merayu membuat Bella menggelengkan kepalanya.

"Enggak!" ujar perempuan itu.

"Kalau aku berjuang bisa kayaknya," ujar Neo memberikan proposalnya pada Bella.

"Sebaiknya lo rumah deh unit ini. Ntar kalau bawa cewek kesinikan repot diliatin foto nikah kita. Dikira kita masih bersama." Bella mengalihkan topik sambil menata meja makan.

Neo tersenyum tipis. "Mereka enggak aku bawa kesini. Unit sebelahkan ada. Unit ini kamu aja."

Bella menganggukkan kepalanya. "Gitu cara mainnya. Satu unit satu cewek. Jangan-jangan masih ada unit lain nih?"