Chereads / Husband In the Dark / Chapter 34 - Kembali ke titik Nol

Chapter 34 - Kembali ke titik Nol

Bella membuang muka sebentar pada luar jendela. "Bukan maaf yang gue mau! Alasan Lo ceraiin gue kenapa? Itupun kalau lo berniat buka mulut." Bella berkata dengan nada jengah sekaligus pasrah melemparkan pertanyaan itu pada Neo.

Mengingat bagaimana laki-laki itu selama ini berusaha menyembunyikan identitas dirinya pada Bella. Neo memperhatikan mantan isterinya tersebut sambil menjilati bibirnya sendiri. Mengusap kepala belakangnya sebelum dia membuka suara.

"Kamu yang minta," ujarnya setengah berbisik.

"Apa?" tanya Bella mengerutkan keningnya. Seingatnya dia tidak pernah mengatakan pada Galas untuk menceraikannya. Jelas saja dia merasa kebingungan sampai tidak terima.

"Ingat enggak kamu pernah vidio callan sama aku dan kamu bilang kamu benci sama orang yang udah menabrak kamu itu. Kamu ingin dia pergi dari hidup kamu. Aku …" Neo terhenti. "Aku nurutin kemauan kamu walaupun sulit." Neo agak tersendat untuk kalimat yang terakhir.

Bella menaikkan alisnya sambil mendengus. "Trus yang disebelah gue sekarang siapa? Enggak pernah tuh gue liat lo niat menjauh dikitpun! Dan … dari awal gue kenal dengan sosok yang bernama Galas dia juga paham gimana gue membenci pelaku yang menabrak gue. Kenapa dia bertahan tiga tahun? Kalau mau bilang alasan kasihan tu ngomong aja. Enggak usah cari alibi lain!" Bella berkata tajam pada Neo.

Neo memainkan bibirnya. Membuat Neo menarik nafasnya. "Awalnya memang kayak gitu, Bel. Bukan kasihan, tapi merasa bersalah udah membuat kamu sampai frustasi di awal-awal. Tapi setelahnya aku benaran jatuh cinta sama kamu. Aku sangat takut kamu tahu kebenaran dan membenciku. Itu hal yang paling menyakitkan."

Bella mendengus kemudian membuang wajahnya ke luar jendela. "Padahal malam pertama gue dan Galas pria itu dengan semua kata-kata buayanya pernah membuat gue bahagia."

Neo menggigit bibirnya. Tidak ingin lagi memberikan kata-kata kosong untuk Bella. Walaupun sekarang kata-katanya benar-benar tulus dari hatinya tetap saja laki-laki itu tidak menganggapnya demikian.

***

Bella langsung memasuki rumah begitu sampai di kediaman mamanya. Neo sudah bisa memprediksinya. "Bel, kunci mobilnya …" Neo berkata pada isterinya tersebut.

"Bawa aja!" ujarnya sambil masuk ke dalam kamarnya.

Janu sudah menunggu di luar memperhatikan interaksi mantan pasangan tersebut. tatapan laki-laki itu siap mengintimidasi Neo. Tapi mama selalu ada dipihak Neo dari dulu. Menjadi pelindung untuk mantan menantunya yang dia harapkan menjadi menantunya setiap saat.

"Ada apa Galas? Kalian bertengkar lagi?" tanya mama Bella pada pria itu.

Ia mengusap kepala belakangnya. "Ternyata Bella selama ini udah tahu semuanya, Ma. Aku bingung gimana jelasinnya ke Bella."

Mama melototkan matanya beberapa saat, sementara papa Bella menunjukkan ekspresi datar. Entah laki-laki itu terkejut atau tidak, tidak ada yang tahu pasti bagaimana raut wajah laki-laki itu. "Tapi tidak ada apa-apa yang terjadi diantara kalian selain itu? Kamu mengerti maksud saya Galas?" dia lebih fokus menginterogasi Neo pada hal lainnya.

Neo menganggukkan kepalanya. "Enggak ada, Pa. sungguh! Bella tidur dengan Amora semalam."

Janu menganggukkan kepalanya. "Sebelumnya?"

"Kami hanya berbincang …" ujar Neo menjelaskan.

Janu menganggukkan kepalanya. "Ehm … Aku mau pulang dulu. Ini kunci mobil Bella."

"Kamu enggak bawa mobil?"

Neo menggelengkan kepalanya. "Bareng Toro kemarin, Ma. Mikirnya malas aja bawa kendaraan banyak-banyak."

"Bawa dulu aja. Toh, Bella juga ngomong gitu tadi."

Neo menganggukkan kepalanya pergi dari kediaman mertuanya tersebut sambil mengintip jendela kamar Bella. Perempuan itu berdiri disana memperhatikan Neo dan membuang muka ketika mereka beradu tatap. Neo menarik nafasnya, Bella mungkin sedang tidak ingin di dekati dulu. Tapi ia tetap berusaha tersenyum sambil mengatakan dengan gesturnya kepada Bella dia pulang dulu.

Tidak lama setelah kepergian Neo, mama menyusulnya ke dalam kamar. Hal lainnya yang Bella prediksi akan terjadi. "Menurut mama, Bella pantas marah enggak sama menantu kesayangan mama itu? Bella enggak hanya disakiti tapi juga dibohongi." Perempuan itu langsung bersuara karena dia tahu mamanya akan membahas hal yang demikian dengannya.

"Galas melakukan itu semua karena …"

"Dia sayang sama Bella, takut kehilangan Bella. Neo udah mengatakannya." Bella memotong perkataan ibunya.

Mama menghampiri anaknya tersebut mengusap lengan Bella lembut. "Kenapa mama menerima dia? Dulu Bella juga tahu mama sama membenci Bella seperti Bella membenci sialan itu."

Mama terdiam sebentar mengusap lengan anaknya itu. Mengingat lagi sekian tahun yang lalu itu. "Mama diyakinkan papa kamu bahwa setiap orang memiliki kesempatan kedua. Galas ingin menebus semua kesalahannya. Menurut papa juga bersama Galas kenyataannya kamu bisa survive lagi. Hal tersebut terbukti benar. Terutama setelah kalian menikah, Galas sangat perhatian dan mencintai kamu."

Mama memeluk puterinya tersebut dengan erat. "Dia juga dengan keras berusaha mencari donor untuk mata kamu. Seperti impian kamu, Bel. Mama melihat kerja kerasnya, mama melihat ketulusannya, disana mama sangat mempercayainya bahwa kamu aman bersamanya."

Bella menangis. Itu memang Galas pada masa gelapnya. Bukan si bajingan Neo yang ada saat terangnya. "Meski dia menyakiti aku," bisik Bella.

"Sebelum dia menceraikan kamu dia berbicara dulu pada papa. Menjelaskan semuanya baru dia mengambil keputusannya. Tidak mudah bagi Galas untuk melepas kamu sayang."

Bella menarik nafasnya. "Tapi Bella berhakkan untuk enggak memaafkannya? Berhak untuk enggak menerima dia kembali? Gimanapun dia menyetujui permintaan berpisah dengan Bella."

Mama menghampiri anaknya tersebut mengusap lengan Bella lagi. "Anggaplah hubungan kamu dengan Galas sekarang kembali ke titik nol. Mama tidak memaksa kamu kembali bersamanya. Sungguh, kamu sudah dewasa dan kamu berhak dengan keputusannya. Mama hanya mencoba membuat kamu membuka mata untuk memaafkannya karena dia sama tersiksanya seperti yang kamu rasakan. Itu saja."

***

Neo dikediamannya yang sedang melamun itu cukup terkejut ketika ibunya menelepon. Wanita tua itu memang sesekali menghubungi anaknya. Tapi tidak biasanya disiang hari seperti sekarang ini. "Halo, bu!" Neo mengangkat panggilan itu.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Ibu padanya.

Neo menganggukkan kepalanya. "Baik-baik saja. terasa lebih sedikit lega malah." Neo menjawab jujur. Kendatipun Bella membencinya dia harus mengakui dia tidak lagi berada dalam tahap kebohongan tersebut. bebannya sedikit lebih berkurang sekarang.

"Syukurlah kalau kamu baik-baik saja. Oh ya, Bella memberikan tas untuk ulang tahun ibu. Kamu sudah lihat fotonya?"

Neo tersenyum. "Sudah. Ibu suka?"

Ibu berdecak kecil. "Tentu saja ibu suka. Pemberian dari Bella. Ya sudah, ibu harus ke pengajian. Kamu hati-hati disana. kalau ada apa-apa jangan lupa telepon ibu!"

"Kayak Galas masih kecil aja," ujar pria itu sebelum menutup panggilan telepon dari orang yang melahirkannya tersebut. setelahnya Neo memainkan bibirnya sebentar sebelum masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya. mengingat pria itu yang belum mandi dari semalam.

Ia mengguyur tubuhnya dengan air dingin. Mengukir nama Bella pada embun kamar mandinya tersebut seperti sudah mejadi kebiasannya. Berada lagi dalam titik apakah dia harus mengejar mendapatkan Bella atau melepaskan perempuan itu sepenuhnya demi kebahagiaan Bella.

***