"Pernah cheating sama mantan enggak? Dan kalau udah berapa kali?" Amora membaca pertanyaan tersebut kemudian memainkan bibirnya. "Enggak pernah punya pacar gimana mau cheating."
Semuanya protes. "Emang bener kok!" ujar Amora.
Selanjutnya permainan tersebut berlanjut sudah berapa banyak yang memilih minum dan juga sudah berapa banyak melempar jawaban tersebut. "Spill kenangan terindah lo sama doi atau mantan juga boleh!" kali ini Neo mendapatkan kesialan dan mendapatkan pertanyaan tersebut untuk dirinya.
"Banyak pasti tuh! Susah nyebutinnya."
Neo memilih mengambil minuman dan meneguknya. "Bebas pilihankan?" yang membuat beberapa orang spontan memutar bola mata.
Selanjutnya keadaan menjadi tidak terkondisikan dengan mereka yang sudah beradi di bawah pengaruh alkohol tersebut. Permainan tentu saja tidak bisa dilanjutkan. Bella yang sedari tadi tidak menenggak satupun tentu saja masih segar.
Ia memilih meninggalkan kawan-kawannya tersebut ketika matanya belum mengantuk. Duduk di dekat kolam berenang sambil menatap malam. Hari ini dia melalui banyak hal dan tersenyum kecut penuh makna dengan sendirinya.
"Kok tiba-tiba kabur?" Neo sudah pasti seseorang yang selalu mengintilinya kemanapun Bella pergi. Mungkin karena masih meminum satu sloki, laki-laki itu tidak seperti yang lainnya. Masih bisa sedikit waras kendatipun badannya agak panas.
"Udah pada chaos gitu!" ujar Bella.
Neo melirik ke dalam sedikit kemudian tersenyum sendiri membuat Bella menaikkan alisnya kepada Neo. "Ngaku lo! Ketawain gue soal apa?" tanya Bella melihat ekspresi Neo.
Neo menggelengkan kepalanya penuh makna. "Enggak ada. Aku hanya senang sama kamu disini," ujar laki-laki itu membuat Bella geleng-geleng kepala mendengar perkataan Neo.
"Gue pernah jatuh hati sama orang satu kali. Rasa sakitnya yang enggak bisa gue sebutin gitu aja." Bella berkata dengan ada sendunya. Ia menarik nafasnya. "Lo mungkin bisa lihat sendiri gimana gue bertahan."
Neo menggigit bibirnya. Menimbang bir yang berada di tangannya. "Aku mungkin bisa mencoba memperbaiki semua luka itu kalau diberi kesempatan."
Bella mendengus kecil. Meremehkan Neo. "Gimana caranya saat gue udah benci lo."
"Tapi kamu sangat mencintai aku juga, Bel. Kita pernah bahagia. Jika diberi kesempatan aku …" Neo menunduk mengusap kepalanya.
"Kita pernah bahagia? Kita? Yakin bangat lo! Kapan?" tekan Bella.
Neo memejamkan matanya beberapa saat. Laki-laki itu tidak bisa menahannya lebih lama lagi. pengaruh alkohol membuatnya semakin ingin mendesak semua hal tersebut. "Bel, aku Galas. Neo Galas Prambudi. Pria pengecut yang enggak pernah punya keberanian untuk bilang semuanya sama kamu. Aku terlalu pengecut untuk mengaku kalau aku laki-laki itu. Pria yang menceraikan kamu, pria yang pernah melukai kamu, dan pria yang mencintai kamu."
Bella diam saja mendengarkan ocehan Neo sampai laki-laki itu terhenti juga diakhir. "Bel, kamu diam aja. juga enggak terlihat terkejut kamu …"
Bella menarik nafasnya. "Gue enggak segoblok itu untuk enggak tahu suami sendiri. Bukan lebih tepatnya mantan suami." Perempuan itu kemudian menatap langit-langit. "Awalnya ia gue terlalu dibutakan oleh kemarahan, tapi setelahnya gue sadar lo punya beberapa kemiripan dengan Galas. Toro, Miko, kerjaan lo, cerita ibu, tambahan informasi dari Anka."
Neo terkejut mendengar perempuan itu. "Bel …"
"Udah malam! Gue mau tidur!" Bella berdiri memasuki lagi ruangan yang tidak terbentuk lagi itu. Ada yang tergeletak di kursi, ada yang tergeletak di lantai begitu saja. Claudia menangkupkan wajahnya pada meja.
Dari semua yang ada disana Bella hanya tertarik pada Amora. Membawa perempuan tersebut ke dalam kamar. Ia melakukannya bukan karena sepenuhnya peduli juga dengan kawannya tersebut. toh mereka sudah sama-sama dewasa. Hanya saja dia melakukannya untuk mencegah kegilaan Neo yang menyelinap ke dalam kamar setelah membuat pengakuan.
Yeah, setelah mendepati banyak kebohongan dan berbagai pihak, Bella akhirnya memutuskan meminta bantuan pada Anka untuk mengkonfirmasi beberapa kecurigaannya. Tidak butuh waktu bagi lama untuk Anka menemukan bukti-bukti konkrit tentang hal itu.
***
Mentari pagi yang menerpa wajahnya akhirnya membuat Neo terbangun juga dari tidurnya di teras tersebut. Ia mengerang memegangi kepalanya. Tidak tahu entah karena terlalu banyak minum semalam atau karena kejedot sesuatu. Dilihat dari beberapa botol yang berserakan di dekatnya, kemungkinan pertama lebih masuk akal.
Neo terhenti sebentar ketika mengingat pengakuannya kepada Bella semalam. Merutuki dirinya sendiri yang tidak menahan mulutnya. Ia kemudian mengingat dengan kenyataan Bella yang sudah tahu fakta bahwa dirinya Galas. Hal tersebut yang membuat Neo semakin was-was. Entah Bella akan mengamuk padanya atau tidak dengan semua kebohongannya selama ini.
Kalau dipikir-pikir apa yang Bella katakan memang benar. Lingkungan Neo dan Galas yang persis sama dan semuanya. Tidak mungkin Bella tidak tahu. Hanya saja dia memilih menyimpan mulutnya mengabaikan seolah tidak tahu apapun.
Neo masuk ke dalam bangunan dan langsung bertemu dengan wanita yang baru saja dipikirkannya. Seperti biasa ketika dia membuat salah. Neo tidak berani bertingkah banyak dihadapan Bella takut perempuan itu semakin mengamuk padanya.
"Semuanya sudah siap-siap untuk pulang," ujar Bella santai seolah tidak tergubris dengan kejadian semalam padanya.
"Bel …" ujar Neo menahan lengannya ketika Bella berniat berbalik untuk pergi juga.
"Nanti kita bicarakan lagi! Banyak orang, enggak enak membuat keributan," ujar Bella pada mantan suaminya itu.
Neo memainkan bibirnya kemudian menganggukkan kepalanya. "Gue udah buatin sup ayam di dapur!" itu yang Bella katakan sebelum perempuan itu menghilang dari hadapan Galas.
Neo mengikuti perintah mantan isterinya itu memasuki dapur dan mencicipi sup ayam buatan isterinya. Memang rasanya pas sekali untuk mengembalikan tenaga. Disisi lain, dia tidak bisa mencerna tindakan Bella tersebut dengan benar. Apakah bentuk kepedulian padanya atau justru hanya tindakan biasa yang salah Neo artikan.
"Nyet, Lo mau bareng gue balik apa mau pulang ke tempat ibu?" tanya Toro padanya sambil menyembulkan kepalanya.
"Gue balik sama Bella aja," ujar Neo. Alis Toro terangkat sedikit namun setelahnya dia tidak ingin ikut campur akan hal lain. pria itu pada akhirnya menganggukkan kepalanya.
"Okeh!" ujar Toro padanya meninggalkan lagi temannya tersebut.
Neo kemudian selesai sarapan, juga selesai membereskan barang bawaannya yang tidak seberapa itu. Bella sudah duduk di dalam mobil. Tentu saja mengambil kursi penumpang. Membiarkan Neo yang mengemudi untuk pulang.
Laki-laki itu mengetuk-ngetuk stir mobil melirik pada Bella yang belum mau bicara. Neo akhirnya memilih menjalankan dulu saja mengingat Miko dan Amora yang sudah tidak sabar di belakang juga ingin keluar tapi mobil Bella menghalangi jalan.
"Gue mungkin tidak tahu bentuk suami gue gimana, tapi gue hapal parfumnya, sentuhannya, perilakunya dan beberapa hal lainnya." Bella terhenti kemudian. "Selama ini gue mencocokkan kecurigaan aja. Enggak tahu kalau lo butuh alkohol dulu buat punya keberanian."
"Kamu …. Enggak marah?" tanya Neo ragu-ragu pada mantan isterinya itu.
"Menurut Lo?" tanya Bella mendengus.
"Maaf, Bel!" ujar Neo dengan perasaan bersalah.