Gerakan tubuh Camelia begitu lihai ketika mengikuti alunan suara musik disco yang memekkakan telinga bersama beberapa teman pria dan perempuannya di dalam sebuah bar. Perempuan berusia 28 tahun tersebut seolah lupa dengan acara yang diadakan hari ini, padahal sebelumnya sang kakek sudah mengatakan kepadanya jika ada acara penting pertemuan dengan keluarga rekan kerjanya, yang akan membahas mengenai perjodohan yang pernah dibicarakannya dulu sebelum perempuan itu difokuskan kembali pada pendidikan strata duanya di negeri kanguru.
Kenes Camelia Kirana baru saja menyelesaikan pendidikan jenjang magister di salah satu universitas ternama di Australia, yaitu Universitas of Melbourne. Bahkan cara hidupnya pun sudah mengikuti gaya orang-orang barat pada umumnya, pergi clubbing dan bersenang-senang tanpa menghiraukan segala amanat dari sang kakek kepadanya untuk selalu menjaga diri. Baginya sentuhan dari bibir ke bibir sudah dirasakannya ketika tinggal di sana dengan mantan kekasihnya yang sengaja menyusul kepergian Camelia. Padahal keduanya sudah memutuskan hubungan dua tahun yang lalu, karena perselingkuhan laki-laki itu dengan temannya sendiri, sebelum kakek Rasya membicarakan hal penting mengenai perjodohannya itu. Perempuan berparas cantik dengan kulit kuning langsat yang mulus, hidung mungil yang menambah kecantikannya adalah cucu dari pemilik perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia. Kenes merupakan sosok yang cerdas dan mudah bergaula dengan siapa pun, namun karena dirinya ingin hidup bebas tanpa kekangan membuatnya lebih memilih untuk tinggal di luar negeri, sembari melanjutkan pendidikannya. Perubahan sikapnya terjadi setelah orang tuanya meninggal dunia pada kecelakaan mobil lima tahun yang lalu setelah kepulangannya dari Jerman, membuat hidup perempuan itu benar-benar berubah 90 derajat.
Meskipun Camelia dijaga ketat oleh seorang perempuan yang merupakan bodyguardnya, bodyguard khusus yang dipekerjakan oleh sang kakek yang memiliki ilmu bela diri untuk menemani dan menjaga kemanapun cucunya pergi. Namun, nyatanya Camelia tidak peduli, dirinya terus memberontak ketika perempuan tersebut melarang segala aktivitas yang tidak bersangkutan dengan pendidikan. Namun, karena berada di negeri seberang membuatnya tak bisa mencegah segala aktivitas cucu dari atasannya, yang penting Camelia tidak melakukan hubungan lebih selain sebuah kecupan semata dengan mantan kekasihnya itu.
Di lain sisi, Camelia benar-benar melupakan rencana perjodohan yang pernah dikatakan oleh kakeknya dulu setelah ia menyelesaikan pendidikan strata satu di kampus yang sama, ia akan dijodohkan dengan cucu dari rekan dan teman baik kakek Rasya, bernama Ravendra. Tentu saja ia begitu kenal dengan sosok pria dingin dan irit bicara sepertinya. Camelia begitu ogah untuk dijodohkan dengannya sehingga melampiaskan ketidakinginannya tersebut untuk fokus pada pendidikan magisternya terlebih dahulu sehingga rencana perjodohan harus ditunda kembali.
Namun, tiba-tiba saja gerakan tubuhnya berhenti begitu saja ketika suara getaran ponsel di dalam tas selempang yang menempel di tubuhnya semakin nyata terasa menggetarkan tubuhnya. Dengan merautkan dahi, perempuan itu segera menjawab panggilan dari kakek Rasya yang ternyata sudah menunggunya sejak tadi.
Baru saja ponsel menempel di telinganya, namun laki-laki setengah baya itu langsung menyerobot pertanyaan kepadanya sampai membuat Camelia menjauhkan jarak ponsel di telinga.
"Kamu di mana, Mel?" tanya kakek Rasya yang sudah berada di restoran tempat berlangsungnya acara penting ini. Namun, tidak dengan perempuan itu yang melupakannya begitu saja dan asyik bersenang-senang dengan rekan-rekannya.
Camelia berjalan cepat pergi keluar bar sembari menutup ponsel dengan telapak tangannya, berharap agar sang kakek tak mendengar suara dentuman musik yang menggelegar dan suara para pengunjung yang tengah clubbing menikmati alunan musik, ia bisa mati nanti jika kakek Rasya tahu jika dirinya tengah berada di tempat seperti ini. Bahkan, sang kakek tidak pernah tahu dengan kegiatannya dulu saat berada di Australia, selain kuliah ia pun sering mabuk dan pulang malam. Tapi, anehnya ia selalu terselamatkan dari orang-orang yang berniat jahat kepadanya, padahal kala itu dirinya sudah pasrah jika kesucian yang selama ini dijaga direnggut oleh orang lain. Namun, ada seseorang yang selalu menyelamatkannya dan sampai sekarang ia tidak tahu siapa orang tersebut.
"Halo Mel!" Terdengar suara kakek Rasya yang terus memanggil nama cucunya, karena perempuan itu belum menjawab panggilan yang sejak tadi diacuhkan.
Sesampainya di luar, Camelia segera menjawab panggilan tersebut yang membuat sang kakek harus menunggu.
"Iya kek, sorry tadi aku lagi …." Perempuan itu tampak sulit untuk mencari alasan yang pas.
"Kamu di mana sekarang, kenapa kakek mendengar seperti banyak orang dan dentuman musik yang merusak telinga?" tanya kakek Rasya. "Kamu lagi clubbing, Mel?" Kakek Rasya sudah curiga.
"Ehm … nggak kok, Kek. Ini temenku lagi setel musik dan kenceng banget hehe." Perempuan itu terpaksa berbohong, meskipun ia tak yakin jika sang kakek akan percaya.
"Ya udah sekarang kamu segera datang ke restoran pasola. Sepertinya kamu lupa dengan acara hari ini. Kakek tunggu nggak pake lama!" cetus kakek Rasya yang langsung menutup sambungan ponselnya ketika bibir perempuan itu sudah terbuka untuk bertanya.
Camelia tampak memijat pelipisnya yang terasa berdenyut, setelah menghabiskan dua gelas vodka berukuran sedang tadi. Ia pun berusaha mengingat acara penting apa hari ini sampai membuat sang kakek menelepon dan memintanya untuk datang.
Dengan perlahan ingatannya mulai pulih, kemarin malam kakek Rasya memang sudah mengatakan jika dirinya harus datang ke acara penting untuk bertemu dengan cucu dari rekan kerjanya. Ia sudah yakin jika pertemuan ini akan membahas mengenai perjodohan lagi. Hal yang begitu menyebalkan memang. Namun, ia pun tidak dapat menolak demi harta warisan dari kakek Rasya yang selalu mengancam tidak akan memberikan kepadanya jika ia tidak mau menikah dengan laki-laki menyebalkan itu yang merupakan kakak tingkatnya dulu saat SMA, dan laki-laki yang begitu ogah didekatinya sama sekali.
Sebelum pergi, perempuan itu menyemprotkan parfum ke seluruh pakaiannya, ia tidak ingin bau alkohol sampe tercium oleh indera penciuman sang kakek yang masih tajam, walaupun usianya sudah tak muda lagi.
Waktu yang sudah menunjukkan jam satu siang ketika matahari berada tepat di atas kepala. Camelia melajukan mobilnya dengan cepat menuju restoran Pasola. Sebenarnya ia sendiri sudah melupakan mengenai rencana perjodohan yang dilakukan kakek Rasya kepadanya dulu ketika memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya kembali. Namun, entah mengapa seminggu yang lalu setelah ia menyelesaikan pendidikannya dan kembali ke Indonesia, sang kakek malah mengatakan hal tersebut lagi, bahkan sampai mengancam segala tidak akan memberikan harta kepadanya jika ia membangkang tidak ingin dijodohkan. Ia tidak keberatan jika dijodohkan dengan orang lain, tapi tidak dengan sosok Raven.
Tak berselang lama, mobil yang dikemudikan oleh Camelia tiba di halaman restoran mewah pasola. Tak terasa karena ia mengemudikan mobilnya begitu cepat, tak peduli dengan para pengemudi lain yang berada di samping mobilnya melaju yang harus menyingkir karena kemudi perempuan itu.
Camelia turun dari mobil setelah membuka safe belt dan memakai tasnya, berjalan dengan langkah cepat menuju dalam restoran yang cukup ramai. Tanpa menunggu lama ia mencari ruangan VIP yang sudah diberitahukan lebih dulu oleh kakek Rasya, dan melihat sang kakek yang tengah berbincang dengan seorang perempuan yang tampak seusia dengannya.
Camelia masih diam mematung, mendapati sosok laki-laki yang benar-benar sangat dikenalinya dan laki-laki yang begitu ogah dilihatnya. Mengapa bisa ia harus berhubungan lagi dengan laki-laki yang sok ganteng, dingin, dan irit bicara sepertinya. Dengan terpaksa perempuan itu berjalan dengan langkah gontai dan malas ke arah meja yang sudah dipesan. Ia begitu ogah jika harus menikah dengannya, tapi dirinya pun tidak ingin kehilangan harta sang kakek yang begitu banyak, karena dirinyalah calon penerus semua perusahaan kakeknya ini. Namun, dengan ancaman kakek Rasya yang akan menyumbangkan seluruh hartanya jika ia menolak perjodohan ini.
"Akhirnya kamu datang juga, Mel. Sebenarnya kamu dari mana tadi?" tanya kakek Rasya yang meminta cucunya untuk duduk di sebelahnya lebih dulu, tepat bersebelahan dengan laki-laki yang tengah menampilkan wajah dingin dan aura yang menyebalkan, bahkan dengan posisi menyilangkan tangan di dada tanpa menoleh sedikitpun kepadanya, seolah kedatangannya memang tidak penting.
Sembari mendudukkan bokongnya di atas kursi, perempuan itu tengah mencari alasan yang cukup rasional.
"Aku dari apartemen temenku kok, Kek, sorry tadi suara musik radio yang emang kenceng banget," balasnya sembari tersenyum menghilangkan kebohongan yang tiba-tiba saja terbesit dibenaknya.
Di arah lain, perempuan yang merupakan nenek dari Raven terus memperhatikan wajah Camelia, dari dulu perempuan yang merupakan seorang Chairman dan Founder sebuah perusahaan fashion terbesar di negeri ini bernama Stuff Corporation begitu setuju jika Camelia menjadi istri dari cucunya, tanpa tahu kehidupan binal yang pernah dijalani perempuan itu saat di luar negeri.
"Wah, kamu bener-bener cantik ya, Mel, wajah kamu nggak berubah setelah pertemuan pertama keluarga kita dulu untuk membahas mengenai perjodohan," sahut perempuan itu yang memuji wajah Camelia yang memang sangat cantik.
"Hehe, makasih Nek Hanna," balas Camelia yang malu-malu saat dipuji cantik olehnya.
Sesekali perempuan itu melirik ke arah Raven yang berada tepat di sebelahnya, raut wajah yang begitu menyebalkan. Bahkan, laki-laki itu seperti pura-pura tak melihat keberadaannya ini. Entah mengapa perempuan itu ingin sekali ditengok oleh Raven, bukankah ia benci dengannya.
"Ya udah karena kamu udah datang dan pastinya kamu tahu dengan tujuan pertemuan ini yang tak lain ingin membahas mengenai perjodohan kalian berdua," cetus kakek Rasya yang langsung mengutarakan tujuan pertemuan ini dengan penuh semangat membara.
Sontak saja membuat Raven dan Camelia langsung menjelak mendengarnya, apalagi ekspresi perempuan itu dengan mulut yang sedikit menganga. Sementara Raven cukup santai sudah tahu, meskipun wajahnya terus digerakkan. Namun, ia merasa berat jika harus menikah dengan perempuan di sebelahnya ini yang sedikit banyaknya tahu dengan kehidupan Camelia di Australia.
"Kalian setuju?" tanya kakek Rasya memastikan karena melihat kedua wajah yang saling merautkan keberatan.
"Nggak!"
Balas Camelia dan Raven yang menjawab secara bersamaan, membuat Rasya dan Hanna langsung tergelak mendengar jawaban dari kedua cucu mereka yang begitu kompak menolak perjodohan ini. Sebenarnya perempuan itu tahu konsekuensinya jika menolak. Namun, ia tidak ingin langsung mengiyakan saja.
Raven yang sedari tadi tak ikut menimbrung pembicaraan dan posisinya terus menyilangkan kedua tangan di dada langsung mengubah posisi begitu saja. Ia menolak dengan perjodohan yang akan dilakukan oleh nenek dan kakek Rasya.
"Raven nggak mau, Nek!" ucap Raven dengan tegas dan tanpa ada keraguan sama sekali di raut wajahnya. Jawabannya kali ini benar-benar berbeda sesaat pertama kali sang nenek bertanya mengenai perjodohan dengan Camelia. Laki-laki itu tampak menerima dan rela menunggu perempuan itu untuk menyelesaikan pendidikannya dulu.
"Iya, aku juga nggak mau, Kek. Aku nggak mau nikah karena dijodohin, emangnya aku nggak laku apa! Di luar sana tuh banyak laki-laki yang mau sama aku." Camelia ikut menimpali karena begitu kesal dengan jawaban dari Raven tadi yang begitu ogah menikah dengannya.
"Tapi kenapa? Sebelumnya kalian sudah terikat lho sebelum kamu melanjutkan pendidikan magister ke Ausi, Mel," cetus Kakek Rasya yang tidak mengerti. Bahkan keduanya menjawab secara bersamaan seperti sudah melakukan sebuah perjanjian sebelumnya.
"Raven, kamu sudah berjanji sama Nenek untuk menikah dengan cucu dari Kakek Rasya, tapi kenapa kamu malah nggak mau?" tanya Hanna yang menatap wajah cucunya, nada suaranya kali ini sudah terdengar berbeda.
"Itu dulu, Nek, tapi sekarang sepertinya nggak deh," balas Raven dengan santai, meninggalkan tanda tanya bagi Hanna.
Raven menggerakkan pupil matanya ke arah Camelia meminta perempuan itu untuk ikut dengannya. Camelia belum mengerti dengan maksud gerakan matanya tersebut, sampai membuat Raven dengan terpaksa menggerakkan kepala dan mulut yang mulai dimengerti oleh perempuan itu.
"Ikut saya ke belakang!" titah laki-laki itu dengan suara yang pelan dan beranjak bangun.
"Aku izin ke toilet dulu, Nek, dan Kakek Rasya," cetus Raven yang berlalu pergi, ada beberapa hal yang ingin diutarakannya kepada Camelia.
Tanpa menunggu lama, perempuan itu segera beranjak bangun dan memberikan alasan yang sama izin ke toilet yang sebenarnya menyusul kepergian Raven. Sementara kedua orang tua yang sudah bersahabat sejak lama itu hanya merasa heran dengan penolakan dari kedua cucunya. Padahal sebelumnya Raven setuju untuk menikah dengan Camelia, meskipun harus tertunda ketika perempuan itu ingin melanjutkan pendidikannya kembali.