Seberkas cahaya matahari menembus kaca jendela kamar tidur Katsuki. Perasaan hangat yang menenangkan itu nyatanya tidak dapat menutupi rasa terganggu yang dirasakan oleh Katsuki ketika cahaya itu membuat mata remaja cantik itu silau.
"Sudah pagi? padahal rasanya aku baru terpejam selama dua menit," gerutu Katsuki.
Tidak, silau di Amerika berarti sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Katsuki bangun kesiangan. Padahal biasanya, jam lima pagi dia sudah bangun dan menyiapkan segala hal yang ia butuhkan. Namun entah kenapa dia merasa malas sekali hari ini.
"Aku pesan makanan saja, aku tidak mau mengerjakan apapun hari ini---"
Ting tong
Katsuki ternganga, dia hampir tak percaya dengan apa yang ia dengar. Padahal baru saja dia berpikir untuk memesan makanan, tapi sudah ada yang menekan tombol bel apartemennya.
Tidak ada pekerjaan hari ini, Katsuki jarang bekerja pagi. Siapa juga yang mau bercinta dengan pelacur di pagi hari, sedangkan pada pagi semua orang sedang sibuk dengan pekerjaannya. Jadi tidak mungkin Melia menjemputnya.
"Hm, siapa ya?" tanya Katsuki bermonolog.
Katsuki mengangkat bahunya tanda tidak tahu, tak mengindahkan rasa curiga yang ia rasakan, Katsuki bangkit dari kasur dan keluar dari kamar tidurnya.
Hanya dengan menggunakan piyama tidur tipis berwarna merah. Dan tentu saja piyama tipis itu hanya menutupi sedikit saja dari bagian pahanya. Dan yang lebih parahnya lagi, saat itu Katsuki sedang tidak memakai celana dalam.
Tolong siapa saja tegur kebiasaan buruk lelaki itu.
"Tunggu sebentar," ucap Katsuki.
Saat dia sudah berada di dekat pintu ruang tamu apartemennya, Katsuki merasa ada yang tidak beres. Samar-samar dia merasa ada aura dari Shouki. Walau auranya terasa sangat tipis.
Katsuki menggunakan kekuatannya sebagai seorang Werewolf, menembus tembok itu dengan penglihatannya dan melihat siapa yang berdiri di depan pintu itu.
'Ada satu orang? pengantar makanan? aku tidak ingat kalau aku memesan makanan. Bahkan aku baru bangun tidur,' batin Katsuki. Tapi setidaknya ia tidak melihat keberadaan Shouki di sana. 'Mungkin aku salah kira, bisa saja ada aura nya mirip.'
Dengan santai Katsuki membukakan pintu apartemennya, dan dalam waktu sedetik Shouki sudah ada di samping pengantar makanan tersebut.
"Selamat pagi."
Katsuki tercengang. Tidak seperti dugaannya, Shouki muncul secara tiba-tiba dan kemudian menyergap Katsuki. Pengantar makanan itu hanya menunduk sembari menurunkan posisi topinya. Membiarkan Shouki menyibukkan dirinya dengan kegiatan mesumnya bersama Katsuki.
"Ekhem." Pria itu berdehem pelan. "Makanannya saya letakkan di sini." Kemudian dia menutup pintu apartemen itu dan tidak mempedulikan Katsuki yang berkali-kali meminta tolong pada si pengantar makanan tersebut.
Sialan.
Pasti kata itu yang berkali-kali Katsuki ucapkan di mulutnya sekarang. Tak sampai di situ, Katsuki berusaha membanting tubuh Shouki namun hal itu tak terjadi. Sebab, Shouki punya fisik yang lebih berotot daripada Katsuki. Ditambah, kekuatan magis yang dimiliki Shouki jauh lebih kuat daripada Katsuki.
Tentu saja, hal itu didasari oleh Katsuki yang hanya merupakan seorang omega dan Shouki adalah alpha. Dari segi energi magis, Shouki sudah menang dari Katsuki.
"Kenapa kau lakukan ini, sialan?!" hardik Katsuki. Dia menatap nyalang ke arah Shouki. Matanya bertatapan langsung dengan mata berwarna biru cerah milik Shouki.
Mata Shouki kini jauh lebih terang daripada biasanya, menandakan bahwa Shouki sedang mengaktifkan kekuatan magisnya. Pantas saja Katsuki tidak dapat mendorong tubuh Shouki sedikit pun dari tubuhnya.
"Aku menagih jawaban darimu," jawab Shouki singkat. Dia semakin merapatkan tubuhnya dengan tubuh Katsuki. Dia tidak membiarkan Katsuki pergi darinya.
"Tapi seharusnya kau tidak menagihnya dengan cara seperti ini! memangnya kau siapa hah?! kau tidak berhak untuk memaksa aku menjawab ajakan mu itu! aku sudah punya orang yang aku cintai, dan lebih baik kau mencari orang lain untuk dijadikan sebagai mate mu!" bentak Katsuki. "Aku tidak ditakdirkan oleh Moon Goddess untuk menjadi mate mu!"
Shouki nampak tidak peduli dengan seruan Katsuki, ia juga tidak tersinggung sama sekali dengan umpatan yang berulang kali keluar dari mulu Katsuki. Dia sibuk menahan tubuh Katsuki agar tetap terus berada di pelukannya. Dia menghimpit Katsuki hingga tubuh Katsuki berhimpitan dengan dinding ruang tamu apartemennya tersebut.
"Tapi lelaki itu tidak mencintaimu, bukan?" tanya Shouki. Dia sengaja memberikan tamparan realita pada Katsuki. Kalau tidak seperti itu, pasti Katsuki tidak akan pernah sadar tentang hubungan toksik antara dirinya dengan Eijiro.
Pertanyaan itu seketika membuat Katsuki terdiam, dia yang tadinya bergerak agresif dengan penuh kekuatan kini diam melemah dan hanya mematung tanpa berbuat apa-apa.
Pertanyaan yang dilontarkan oleh Shouki membuat luka di dalam hati Katsuki kembali terasa perih. Ingatannya ketika ia menerima penolakan-penolakan yang dilakukan Eijiro kepadanya. Menyakitkan sekali.
Namun bukan Katsuki namanya kalau dia tidak keras kepala. Baginya, Eijiro adalah obat dari rasa sakit hati dan kerinduannya. Jadi, meskipun Eijiro menyakiti perasaannya, maka kehadiran Eijiro juga yang menjadi penyembuh rasa sakit itu.
Ironis sekali.
"Kau tidak perlu ikut campur urusan orang lain. Menjadi pemimpin peck bukan berarti kau bisa mengontrol dan mengatur hidup bawahan mu sesuka hati mu," balas Katsuki, nada suaranya merendah namun dingin dan sinis.
"Sayang sekali, tapi kenapa kau menolak sebuah keindahan untuk rasa sakit? aku benar-benar tergila-gila padamu, di saat pertemuan pertama kita aku sudah menyukaimu. Jadi apa kau tidak mau mencoba untuk menerima perasaan ku? aku tidak akan menyalahkan dirimu bila kau tidak membalas perasaan ku. Tapi izinkan aku menjadi kekasihmu, dan aku akan membuatmu jatuh cinta padaku."
Katsuki tertawa singkat, senyuman bercampur seringai itu dia tampakkan langsung di hadapan Shouki. Katsuki yakin sekali kalau pria yang tengah menghimpitnya sekarang ini adalah pria yang tidak waras.
Namun, kalau dipikir-pikir sebenarnya Katsuki juga tidak waras. Sebab dia mengejar-ngejar cinta yang menyakitkan untuknya.
Cinta memang membuat siapa saja menjadi tidak waras. Tidak akan ada yang bisa menggunakan logikanya sepenuhnya bila sudah berkaitan dengan cinta.
"Kau mau apa hah?! jangan sentuh aku!!! Akhh!" Katsuki mengerang keras, dia tidak kesakitan melainkan merasakan nikmat pada lehernya meskipun ada rasa sedikit ngilu.
Katsuki mengerang secara tidak sengaja saat gigi Shouki mengigit leher mulus milik Katsuki. Shouki sangat candu dengan aroma tubuh Katsuki, rasanya ia lebih bergairah dan merasa nyaman aroma tubuh Katsuki. Ditambah, Katsuki punya wajah yang cantik dan menggemaskan. Walau tatapan matanya cukup tajam dengan alis yang menukik tajam tersebut. Dan juga mata berwarna merah milik Katsuki yang sangat indah bagi Shouki.
Pertemuan pertama kali Shouki dan Katsuki sebenarnya tidak terjadi di dalam kamar hotel waktu itu, melainkan sudah jauh beberapa hari sebelum waktu itu.