Angin berhembus, menyapa kulit ketika mereka keluar dari dalam kafe. Suara hiruk pikuk kendaraan yang awalnya ramai, kini menjadi sepi. Masih ada beberapa yang lewat, dan itu pun hanya bisa dihitung jari.
Karena ini sudah waktunya orang tenggelam dalam mimpi.
Melepas lelah karena kegiatan pada siang hari.
"Ok. Besok lagi ya ...,"seru Diva
"Dah semuanya?" imbuh Caca
Sedangkan Cindy, hanya melambaikan tangan perpisahan. Bersama suara Diva dan Caca yang mengiringi lambaian tangannya.
Ketiga gadis itu melambaikan tangan, pada tiga remaja laki-laki yang berjalan berlawanan arah dengan mereka.
"Iya iya ....
Dah juga ... jangan pada keluyuran, langsung pulang!" sahut Egy, "kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub ok," lanjutnya.
"OKEE ...!" sahut ketiga gadis itu, bersamaan dari sebrang sana.
Suara perpisahan yang tadinya mengisi gelapnya malam perlahan mulai hilang.
Suara-suara yang selalu mengisi keheningan di dalam hati, kini kembali tak terdengar.
Ketiga remaja cowok itu, terpaksa harus pulang berpisah dengan Diva, Caca, dan Cindy.
Karena letak rumah mereka, berlawanan arah.
Untung saja, rumah mereka terhitung saling berdekatan. Jadi mereka tidak harus pulang sendiri- sendiri.
Mereka bertiga, pulang dari kafe dengan berjalan kaki.
Sembari berjalan di malam hari yang kira-kira sudah masuk jam setengah 10 malam itu, salah satu dari ketiga remaja itu yang bernama Raizel. Sudah berulang kali melihat berbagai jenis sosok yang sering disebut 'Mahluk halus.'
Sudah 15 menit waktu terlewat, sejak mereka pulang berjalan dari depan kafe, tidak terasa mereka bertiga telah sampai di jalan depan rumah Vano.
"Yah, udah sampe rumah gue, nih.
Mampir dulu, yuk!" ajak Vano.
Tetapi, karena sudah sangat larut malam, kedua temannya itu menolak.
"Gue langsung pulang aja," kata Raizel.
"Iya, gue juga. lain kali aja kita mainnya, ini udah terlalu malem," ujar Egy.
Vano menengadah sejenak, alasan teman-temannya masuk akal.
Ini sudah terlalu malam, Gio dan Raizel tidak membawa mobil. Mereka harus berjalan menyusuri jalan pulang malam ini.
"Oke, kalian berdua baik-baik di jalan.
Gue masuk dulu, udah ngantuk, tapi jangan lupa, nanti kalo udah sampe rumah pada ngabarin di grub" kata Vano, pada Raizel dan Egy.
"Oke lah, Bro ... kita bakal kasih kabar nanti" jawab Egy, menepuk pundak kanan Vano dua kali.
"Ya udah, masuk gih! Udah malem" titah Raizel.
Alasan Raizel menyuruh Vano untuk segera masuk adalah, karena tidak jauh dari tempat mereka bertiga mengobrol.
Ada sosok mahluk hitam berbulu, yang tengah berjalan santai ke tempat mereka berdiri. Layaknya manusia.
Namun, meskipun begitu. Jelas Raizel tahu sekali, itu bukan manusia.
Egy dan Vano masih asik mengobrol beberapa kata. Sedangkan Raizel diam-diam tidak fokus pada apa yang temannya obrolkan, karena matanya yang terus mengawasi pergerakan mahluk astral tersebut semakin dekat.
Saat Raizel melihat sosok mahluk itu sudah akan sampai menghampiri mereka.
Raizel kembali menyuruh Vano untuk segera masuk ke dalam rumah.
"Van ... udah gih! Masuk, dingin. Kita juga mau langsung pulang nih."
"Kalo gitu, gue masuk dulu, ya? Baik-baik di jalan," ujar Vano berpesan.
Setelah Vano masuk, sosok hitam besar itu yang sedari tadi berjalan menghampiri mereka, saat itu juga tiba-tiba berhenti.
Raizel yang melihat makluk itu berhenti. Sejenak, Ia bisa bernafas lega.
Kini tinggal Raizel dan Egy yang harus berjalan pulang meninggalkan rumah Vano, beserta mahluk hitam itu di sana.
******
Kakinya yang melangkah berjalan bersampingan dengan Egy, ditemani malam yang semakin dingin dan sunyi.
Karena sudah terlalu malam .
sehingga tidak ada orang yang lewat di jalan lagi, hanya ada dua remaja itu. Raizel dan Egy yang menyusuri jalan untuk pulang.
Raizel, sesekali memutar kepala menengok ke arah belakang.
Memastikan mahluk itu berganti mengikutinya dan Egy atau tidak, dan ternyata dugaannya benar.
Jarak 10 meter dari tempat Raizel dan Egy berjalan, kini mahluk itu tengah mengikuti di belakang mereka berdua.
Raizel yang mengetahui itu, tentu sungguh terkejut dan mulai merasa sedikit takut.
'Kenapa, mahluk itu ngikutin gue sama Egy, sih? Mau apa dia?' tanya Raizel dalam hatinya.
Raizel tidak menyadari, bahwa sedari tadi dirinya telah diperhatikan oleh Egy.
Egy juga menjadi penasaran.
Dia mulai ikut memutar kepala ke arah belakang, ingin tahu, apa yang sejak tadi Raizel lihat. Namun, Egy tidak melihat apapun.
"Raizel, Woy!" pekik Egy.
Egy memanggilnya dengan nada lumayan tinggi, yang membuat takut Raizel menjadi-jadi.
"Apaan sih lo, Ngagetin aja!" jawab Raizel, Ketus.
"Hahaha ... lo tuh kenapa? ngeliat ke belakang terus, lihat apa'an lo? gue panggil gitu aja kaget," jawab Egy tertawa.
Egy menganggap respon Raizel terlalu berlebihan.
Raizel tentu bingung untuk menjawab, sekaligus memaklumi temannya—Egy yang sama sekali tidak merasa takut, karena Egy tidak melihat apa yang Raizel lihat.
"Enggak kok ... nggak pa-pa. Ayo lebih cepet jalannya gue ngantuk nih, Hooammhh ...," kilah Raizel.
Ia menutupi mulutnya dengan telapak tangan, mencoba berpura-pura menguap, Agar terlihat mengantuk.
"Hahaha .. iya" Egy kembali terkekeh
Beberapa menit sesudah itu, mereka berdua berjalan sedikit lebih cepat dari sebelumnya.
Raizel dan Egy sengaja mengobrolkan
macam-macam hal yang tidak penting, seperti membicarakan rasa makanan di kafe. Hingga menggosip karyawan kafe, yang menurut para remaja itu cantik.
Itu semua Raizel dan Egy lakukan, demi mengisi keheningan malam sambil berjalan pulang.
Saat sedang asik mengobrol, tanpa disengaja Raizel kembali menoleh ke belakang. Memastikan kembali, mahluk hitam itu masih mengikuti atau tidak.
Tetapi setelah Raizel menoleh, tanpa diduga, mahluk itu ternyata sudah berjarak dua meter dari belakang mereka berdua.
Artinya jarak antara mahluk itu, menjadi lebih dekat dengan jarak mereka berjalan.
Tiba-tiba ... tangan mahluk itu bergerak, mencoba meraih Egy. Raizel yang terkejut melihat itu dengan cepat menarik kuat baju depan Egy, sehingga membuat Egy terpelanting ke depan.
"Gyy ...!! Awaaass!!" Teriak Raizel. Dilanjut Raizel memeluk Egy dari depan.
"Rai! Apa-apa'an sih, Lo! Gue hampir jatuh!" protes Egy.
"Gy ... Gy ... awas," ucapnya sekali lagi dengan posisi tubuhnya dan tubuh Egy, sudah berpelukan layaknya pasangan.
Raizel memeluk kencang tubuh Egy, tidak perduli bahwa mereka sesama jenis, ia hanya takut, mahluk itu berusaha melukai Egy. Itu saja.
Ditambah Raizel sendiri yang melihat mahluk itu secara langsung, juga ingin bersembunyi, namun tidak bisa.
Egy yang ditarik paksa dengan cepat, ditambah juga secara tiba-tiba Raizel memeluknya sangat erat.
Sudah pasti merasa kaget, Ia juga merasa aneh dengan tingkah Raizel.
"Gy ... Gy ... awas," ucapnya sekali lagi dengan posisi tubuhnya dan tubuh Egy, sudah berpelukan layaknya seorang pasangan.