Dia justru menanti saat Egy akan mengatakan semua rahasianya, juga rencana yang sudah mereka susun.
"Kita berdua, mau ketempat Papah gue buat nyari tau penyebab adik gue meninggal?" jelas Egy.
"APA!?" Serentak mereka mengatakan satu kata yang sama.
"Bukannya adik lo udah lama meninggal 5 tahun yang lalu Gy?" tanya Vano penasaran.
"Sebenarnya. Gue nggak tau penyebab asli Ega bisa meninggal, bagi gue ini masih janggal jadi gue mau nyari tau sama Raizel" kata Egy, memutar pandangannya pada Raizel, yang sejak tadi hanya diam menyimak.
"Rai, lo janji 'kan bakal bantuin gue?" tanya Egy memperjelas.
"Gue janji, Gy" balas Raizel.
"Tunggu! tapi kenapa cuma harus sama Raizel? Kenapa kita nggak boleh ikut?" tanya Diva.
"Karena ... cuma Raizel di antara kita berenam yang bisa ngelihat apa itu hal gaib" jawab Egy.
"Apa!! ...." pekik Diva.
"Maksud Lo? ...." tanya Vano.
"Gue nggak ngerti!" timpal Cindy.
"Maksud lo, Raizel? ...." celetuk Caca.
"Iya ... Raizel Indigo" ungkap Egy.
Kini sampai sudah di momen yang sangat ditunggu Raizel, yaitu di saat teman-temannya tahu bahwa dia adalah Indigo.
Semua pandangan mata temannya, terarahkan pada Raizel.
Mereka benar-benar tidak menyangka bahwa Raizel adalah seseorang yang berbeda dari kebanyakan orang lain.
Di antara lima temannya.
Raizel hanya melirik sedikit ke arah wajah Diva yang duduk tepat di sampingnya. Apakah Diva takut atau tidak, setelah mendengar penjelasan Egy.
Namun, semuanya tidak seperti apa yang Raizel kira sejak lama.
"Gue harus Ikut!" seru Diva.
"Gue juga mau ikut Gy" timpal Vano.
"Kalo lo pergi, gue juga harus pergi" tutur Cindy.
"Gue juga harus ikut lo!" kata Caca.
Egy yang menyaksikan bahwa semua temannya ingin ikut, membuatnya terperangah.
"Lo semua beneran mau ikut kita?" tanya Egy ingin memastikan.
"Iya! Gue bener-bener pengen ikut!" ucap Diva mantap.
"Kita nggak akan ngebiarin lo dan Raizel nyari tahu sendiri" imbuh Vano.
Raizel dan Vano saling bertatap mata.
Mereka tidak mengira, hal yang tadinya akan mereka tempuh berdua, ternyata akan ditempuh bersama semua teman baik mereka.
Termasuk pujaan hati mereka masing-masing.
Dimulailah, hal-hal yang belum pernah mereka alami sebelumnya, tengah menanti mereka semua.
Raizel hanya diam melamun, menjadi sedikit tidak fokus setelah mendengar semua jawaban temannya.
Dia mengira, semua temannya akan pergi menjauh setelah tahu fakta diri Raizel yang seorang Indigo.
Hingga sampai, Egy memecah lamunannya.
"Tapi ... perjalanan kita akan jauh, dan tempatnya di pedesaan, apa kalian yakin tetep mau ikut?" tanya Egy.
Mengingat, temanya yang terbiasa hidup di kota, Egy hanya takut, mereka tidak akan betah saat tinggal di desa nanti.
"Nggak masalah kalo gue, gue juga udah sering mudik ke desa, ke tempat sodara gue di kampung dan ya, gue yakin. Desa tempat Bokap lo suasana, juga keadaannya nggak akan beda jauh, dari kampung sodara gue" tutur Cindy.
"Gue juga nggak masalah, gue tetep mau ikut. Mana bisa gue ngebiarin Raizel pergi jauh dan berusaha sendiri" ungkap Diva.
Egy, Vano, Caca dan Cindy tercengang mendengar pernyataan Diva.
Mereka dengan kompak menoleh kearah Diva, termasuk Raizel yang duduk tepat di sampingnya pun, ikut menatap gadis berambut hitam nan panjang itu.
Diva tertenggun. Matanya berkeliling memperhatikan wajah temannya satu persatu, ia mulai merasa aneh, kenapa tiba-tiba mereka memberikan tatapan terkejut padanya?
Kemudian ia mulai berfikir dan mencoba mengingat, apa yang barusan ia ucapkan satu menit lalu.
Tiga detik Diva merenung. Kemudian ....
Mata Diva melebar, ia baru sadar, akan apa yang sudah ia katakan.
Dengan cepat Diva menoleh ke arah Raizel yang masih Diam menatap wajahnya. Cowok itu sedang menunggu penjelasan, apa maksud dari ungkapkan Diva sebelumnya.
Mata dan mata saling memandang.
Seketika pipi Diva memerah, kepanikannya, yang tidak mau ditinggal pergi oleh Raizel, membuatnya lepas kendali, sampai mengatakan sebuah fakta yang merujuk bahwa ia sebenarnya khawatir pada Raizel.
"Mak-mak-maksud gue ... gu-gue nggak bisa. Gitu, ngebiarin temen berusaha sendiri, memecahkan masalah yang serius kaya gini" ucap Diva berdalih dengan terbata-bata, mencoba memberikan penjelasan kepada semua temannya, termasuk kepada Raizel.
Sungguh ia merasa malu, ingin sekali ia berlari, seperti anak kecil yang telah melakukan sebuah kesalahan yang konyol dan memalukan.
Berlari pergi, tanpa harus menjelaskan apapun.
Namun, dirinya bukanlah anak kecil. Ia tidak bisa melakukan hal tersebut.
Egy, Caca, Vano, dan Cindy kemudian tersenyum, yang seakan mengatakan, bahwa mereka tidak percaya pada alasan Diva.
Ya ... Egy, Caca, Vano, dan Cindy memang sudah tahu. Jika Diva dan Raizel saling mencintai dan menyukai.
Tetapi, entahlah, semua temannya juga tidak paham, tentang apa alasan yang membuat mereka tidak saling mengungkapkan perasaan.
"Ekheem ... kembali ketopik."
Sela Caca untuk menyelamatkan Diva dari para penatap.
Mereka pun teralihkan karenanya.
"Jadi ... gimana, kalian masih tetep mau ikut apa enggak?" tanya Egy memperjelas keputusan.
"Gue tetep ikut" kata Vano.
"Gue pasti ikut" tambah Cindy.
"Gue jelas ikut lah" imbuh Caca.
Di saat semuanya sudah memperjelas keputusan mereka, tinggallah Diva yang belum menjawab.
Lagi-lagi. Semua kepala temannya termasuk Raizel, menoleh ke arah Diva untuk kedua kalinya.
Menanti akan keputusannya, memastikan tetap akan ikut atau tidak.
"Iy-iya jelas, gue juga ikut" kata Diva masih tetap menjawab dengan terbata-bata.
"Ok. Besok kita ketemu Di halte bus depan toko buku, ya. Jam 09.00 pagi," ucap Egy.
Merekapun mengiyakan.
Setelah selesai berunding. Tiba-tiba, hujan sedikit demi sedikit mulai turun bergemeletak membasahi atap kafe.
Egy, Caca, Cindy, dan Vano. Sibuk dengan kemesraan.
Sedangkan Diva, ia hanya menatap ke arah kaca, yang memperhatikan air hujan terus mengalir turun dari ujung atap di luar kaca.
Ia masih saja meratapi kelakuannya yang menurutnya sendiri, sangat memalukan.
'Bodoh bodoh bodoh ... Diva! lo bodoh banget! Kenapa lo keceplosan, cuma gara-gara khawatir sama cowok yang lo suka' cemohnya di dalam hati.
Raizel yang duduk di samping Diva, sedang fokus memainkan ponsel, ibu jarinya sibuk menggeser beranda sosial media pribadinya.
Namun, tanpa Diva sadari.
Sesekali Raizel juga sempat melirik Diva yang terus saja diam merenung.
Raizel tersenyum tipis mengingat pernyataan Diva tadi, yang tidak sengaja membeberkan sedikit isi hatinya.
Kalau ia sebenarnya khawatir padanya.
Ketidak sengajaan Diva membuat hati seorang Raizel senang. Ia merasa bahagia, cewek yang disukainya ternyata bisa cemas juga terhadapnya.
Lalu. Raizel berinisiatif untuk mengirimi Diva pesan WhatsApp, agar Diva tidak terus saja diam melamun.
Kliing ...!!
Terdengar bunyi nyaring suara kotak masuk yang berasal dari ponsel Diva, membuatnya tersadar dari ratapan kesalahan.
Diva meraih Handponenya, kemudian membuka pesan WA dari Raizel.