"Sshhhh"
Malika mengeluarkan suara aneh saat kekasihnya itu memberikan jitakan di dahinya.
"Kenapa kau menutup mata? Apa yang kau harapkan, hm?" Ucap Ryan menggoda kekasihnya.
"Aku enggak ngarepin apa pun, kok. Aku menutup mata karena tiba-tiba ada debu yang masuk di mataku," kilah Malika berbohong. Namun, wajahnya yang memerah telah menunjukkan semuanya membuat Ryan terkekeh karena tingkah wanitanya itu.
Malika segera mengatur ekspresinya, lalu meraih ponsel Ryan yang ia letakkan begitu saja di atas meja.
"Hari ini enggak 7a boleh ada yang mengganggu kita." Malika meletakan kembali ponsel tersebut setelah ia mematikannya. Tentu saja hal itu membuat Ryan senang.
"Eh, Sayang. Aku masih penasaran dengan wanita yang sedang Kak Renda dekati." Malika menopang dagu.
"Kamu bilang tadi jangan membahas dia." Ryan memasukan suapan terakhir nasi goreng ke dalam mulut.
"Iya. Tapi aku masih penasaran banget." Malika mengedip-ngedipkan mata dengan manja.
"Dia itu wanita yang sulit banget buat ditaklukan. Menurut informasi yang aku dapat, dia selalu cuek ke setiap pria yang deketin dia. Dia wanita yang super dingin pokoknya."
"Aku smakin penasaran, deh. Kalau gitu rencanaku untuk ngenalin Kak Rendra dengan seseorang gagal, dong." Malika memanyunkan bibirnya yang seksi.
"Itu untuk cadangan saja, Sayang. Seenggaknya kita masih ada jalan lain kalau kakak sepupumu itu ditolak lagi."
Malika dan Ryan pun tertawa bersama.
Ah, Ryan sangat puas menertawakan atasannya itu. Meski jauh dalam lubuk hatinya dia sedikit iba karena harus berusaha meluluhkan hati Aleeta. Namun, biarlah dia menertawakan ketidakberdayaan Rendra untuk mengobati kekesalannya tadi.
"Sayang, siapa nama wanita yang bikin Kak Rendra klepek-klepek itu, hm? Beritahu aku, aku penasaran banget," ucap Malika menggoyang-goyangkan tubuh Ryan.
Alih-alih menjawab, pria itu justru terdiam. Mempertimbangkan untuk memberitahu kekasihnya itu.
"Hm, okay akan aku kasih tau. Mungkin saja kau bisa membantunya dan itu juga mempermudah pekerjaan aku." Ryan akhirnya akan menjawab rasa penasaran Malika. Membuat wajah kekasihnya berbinar senang.
"Namanya Aleeta Queen Elvina. Wanita cantik yang terkenal sebagai seorang ratu bisnis yang dingin. Dia juga pemilik hotel Grand Hilton," terang Ryan panjang lebar.
"Aleeta? Sepertinya aku pernah mendengar nama itu." Malika berusaha mencari-cari dalam ingatannya. Namun, sia-sia. Dia sama sekali tidak bisa mengingatnya.
Sekilas kemudian Malika meraih ponselnya dan mengetikkan sesuatu di mesih pencari Googel.
"What? Kebetulan macam apa ini?" jerit Malika tanpa sadar berdiri dari duduknya. Matanya membulat tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
"Kenapa, Sayang?" Ryan mengikuti arah pandang Malika. "Itu dia Aleeta yang bikin kakak sepupumu itu klepek-klepek," ujar Ryan.
"Sayang, ini perempuan yang ingin aku kenalin ke Kak Rendra.
Tentu saja ucapan Malika membuat Ryan terkejut. Sejak kapan kekasihnya itu mengenal Aleeta? Kenapa dia tidak pernah tahu selama ini?
"Kau kenal dengan Aleeta?" tanya Ryan penuh selidik.
"Aku cuma sekali ketemu dengan dia. Beberapa bulan lalu waktu kau dan Kak Rendra nyariin aku di mall. Waktu itu aku lagi kesal karena kau lama banget datangnya. Untung ada dia yang mau nemenin aku ngobrol dan makan ice krim." Malika tersenyum membayangkan kejadian waktu itu.
"Kenapa?" Ryan bertanya lagi saat melihat kekasihnya terkekeh.
"Kak Aleeta itu orangnya baik dan sabar. Mungkin waktu itu dia merasa risi karena aku yang sok akrab dan cerewet banget. Tapi dia tetap sabar mendengarkan ceritaku."
Ryan bisa membayangkan bagaimana posisi Aleeta saat itu. Malika memang wanita yang ceria. Tetapi ia tidak mudah akrab begitu saja dengan orang lain. Namun, ia mempunyai feeling cukup kuat. Jika dia merasa orang itu baik dan Malika merasa nyaman bersama orang itu, maka orang tersebut harus siap mendengarkan malika bercerita.
"Kalau begitu kau pasti setuju, dong, kalau mereka jadian?"
"Tentu saja! Aku akan menyusun rencana agar mereka bisa berkencan secepatnya." Malika tampak sangat bersemangat setelah mengetahui kebenarannya.
"Sayang, kasih alamat hotel Aleeta, dong," imbuhnya kemudian.
Ryan segera meraih ponsel Malika dan mengetikkan sebuah alamat di sana.
"Aku pasti akan menjalankan rencanaku," batin Malika terkekeh setelah membayangkan apa yang akan dilakukannya jika Aleeta sudah menjadi kekasih Rendra.
"Aku pasti akan menjalankan rencanaku," batin Malika terkekeh setelah membayangkan apa yang akan dilakukannya jika Aleeta sudah menjadi kekasih Rendra.
Sepertinya Malika tengah menyusun rencana.
Malika berjanji akan membantu Rendra agar Aleeta mau menerima cinta kakak sepupunya itu. Bagaimana tidak, jika Rendra dan Aleeta resmi menjadi sepasang kekasih, tentu saja Rendra akan terlepas dari segala perjodohan. Dan Ryan tidak akan lagi terlibat dengan semua perjodohan Rendra.
Namun, seketika wajah Ryan berubah. Iya teringat sesuatu.
"Sayang ...." Ryan ragu ingin mengatakannya.
"Kenapa?"
"Sebenarnya ada satu hal lagi yang belum kamu tahu." Ryan tampak semakin ragu.
"Apa? Katakan!" tegas Malika.
"Sebenarnya Aleeta enggak tahu siapa Rendra sebenarnya."
"Maksudmu?" Malika semakin penasaran dengan ucapan Ryan. "Bicara yang jelas, dong."
"Aku dan Rendra sebenarnya lagi tukar posisi di depan Aleeta. Jadi setahu Aleeta, Rendra adalah Ryan asistenku dan aku adalah Rendra."
Malika terkejut mendengar penuturan kekasihnya. Namun, dia pun sangat yakin jika semua pasti memiliki alasan yang masuk akal.
"Kenapa kalian ngelakuin itu? Kenapa menipu Aleeta?" tanya Malika penasaran akan alasan di balik tindakan Ryan dan Rendra.
Tentu jika berada di posisi Aleeta, Malika akan sangat kesal karena telah dibohongi. Terlebih dia dan Rendra akan menjalin hubungan percintaan. Apakah benar jika semua berawal dari kebohongan?
"Mm, itu semua perintah dari Rendra. Dia ingin melihat langsung bagaimana sifat dan sikap seorang Aleeta," ujar Ryan menjelaskan alasannya.
"Tapi dengan menjadi diri sendiri pun kalian bisa menilai Aleeta, 'kan?" Malika masih bum paham inti pembicaraan itu.
"Maksudnya, kalau Rendra menjadi bawahan bisa jadi sikap dan perlakuan Aleeta akan berbeda. Bukankah biasanya orang akan memandang remeh orang yang kedudukannya lebih rendah dari dirinya? Nah, Rendra ingin memastikan hal itu baru memutuskan akan mendekatinya." Ryan kembali menjelaskam lebih rinci.
Malika tampak mengangguk mengerti. Alasannya cukup masuk akal, tetapi tetap saja tidak membenarkan perbuatan itu.
"Tapi aku enggak bisa melakukan apa pun tanpa perintah Rendra, Sayang. Kalau aku salah langkah, bisa-bisa aku dipecat." Ryan menggelengkan kepala sat mbayangkam bagaiman nasibnya ketika membocorkan rahasia sang atasan.
"Lalu sampai kapan kalian akan bohongin Aleeta?"
"Emm ... semua keputusan ada di tangan Rendra."
"Aku harap Kak Rendra mau segera kasih tau kebenarannya sama Aleeta."
Ryan tampak ragu dengan ucapan Malika. Bahkan ia tidak tahu apa motif Rendra sebenarnya. Apakah lelaki itu hanya sekedar penasaran karena Aleeta adalah wanita yang sulit untuk ditaklukan. Ataukah atasannya itu memang benar-benar mencintai Aleeta.
Entahlah, terkadang Ryan bingung dengan kehidupan Rendra yang terlihat sempurna, tetapi begitu rumit dalam percintaan.
"Aku harap untuk sementara kau enggak nemuin Aleeta dulu." Itu bukan sebuah permintaan melainkan sebuah perintah.
"Kenapa?" tanya Malika.
"Sayang ...." Ryan menggenggam tangan sang kekasih, menatap dalam manik indah itu. "Aku enggak ingin mau kau terlibat dalam kebohongan ini. Kalau pun kau ingin bertemu dengan Aleeta, anggap saja kau enggak tahu apa pun. Aku enggak mau Aleeta benci sama kau kalau dia tahu semuanya. Biarin Rendra berjuang sendiri dulu tanpa melibatkan kau." Wajah lelaki itu tampak cemas.
Semula Ryan memang senang saat Malika ingin membantu Rendra untuk semakin dekat dan menjadi sepasang kekasih. Bukankah itu menjadi keuntungan untuknya juga karena tugasnya akan segera hilang. Namun ia segera sadar, posisi mereka tidak sedang dalam keadaan normal. Bahkan Ryan sudah berfikir kedepannya akan semakin rumit.