Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 23 - BAB 23

Chapter 23 - BAB 23

Tak berapa lama salah seorang suster masuk ke dalam ruangan ini. "Iya, Bu! Ada yang bisa saya bantu?" tanya suster ini.

"Tolong, Sus! Berikan pasien ini suntik penenang!" ucap Haris diluar dugaanku. Seketika mata Keyla melihat ke arah Haris. Ada kekesalan dalam dirinya dengan tingkah Haris. "Oh, akhirnya kamu melihat kedatangan kami juga, Keyla?" ucap Haris dengan senyum sinisnya.

Sontak kata-kata Haris barusan membuat kedua bola mataku membulat sempurna. Karena tak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Seketika aku menoleh menatap Keyla, terlihat dari wajahnya menunjukkan amarah yang membuncah. Wajahnya memerah dengan kedua tangan mengepal.

"Haris, jangan kurang ajar kamu sama aku, ya!" geram Keyla.

"Bapak dan Ibu, tolong jangan menimbulkan kegaduhan di ruang pasien," ucap suster ramah kepada kami. Sementara Haris hanya tersenyum mengejek ke arah Keyla.

"Maaf, Ibu Reyna! Bapak Reyhan mengalami kritis dan membutuhkan donor darah secepatnya. Kalau tidak maka pasien tidak akan bisa diselamatkan." ucap salah seorang suster yang tiba-tiba muncul dengan nafas yang tersengal karena terburu-buru.

"Apa, sus?" tanyaku terkejut. Kemudian aku menoleh ke arah Haris. Dan kami menoleh ke arah Keyla bersamaan. Terlihat dari wajahnya masih bingung dengan apa yang baru saja ia dengar.

"Iya, Bu! Pak Reyhan suami Ibu Reyna membutuhkan tranfusi darah secepatnya. Apakah golongan darah Ibu sama dengan golongan Pak Reyhan?" tanya suster itu selanjutnya.

"Iya, Sus. Kebetulan golongan darahku sama dengan golongan darah Mas Reyhan," ucapku lagi.

"Baik, Bu! Sekarang secepatnya Ibu ikut kami untuk melakukan pengambilan darah." ucap suster itu dengan terburu-buru, kemudian segera melangkah pergi meninggalkan ruangan ini.

Ketika aku hendak mengikuti langkah suster tersebut, tiba-tiba tanganku ditarik oleh Keyla dengan cukup kuat. Membuatku seketika menghentikan langkahku.

"Tunggu, Reyna! Apa yang dimaksud oleh suster tadi itu, Mas Reyhan suamiku?"tanya Keyla menatap tajam ke arahku. Aku terpaksa mengangguk sebagai jawabannya. Meski sebenarnya aku tak ingin mengatakan yang sejujurnya, disaat kondisi Keyla seperti ini. Namun, aku juga tak punya waktu banyak untuk mencari alasan yang tepat untuk tidak mengatakannya.

Keyla terlihat shock atas jawabanku. Seketika aku melepas genggaman tangannya untuk segera mengikuti perintah suster tadi. Namun, lagi-lagi Keyla menghalangiku.

"Apa yang sudah terjadi pada, Mas Reyhan? Aku istri Mas Reyhan. Tapi kenapa aku malah tak tahu tentang ini?" tanya Keyla yang tiba-tiba bangun dari tempat istirahatnya dan menarik kasar infus yang ada ditangannya. Netranya tajam menghujam menatap ke arahku dan sorot matanya menyiratkan ada kemarahan yang ia rasakan. Namun, aku tak butuh waktu lama untuk menjawab semua pertanyaannya. Bergegas aku meninggalkannya tanpa mempedulikannya.

"Reyna, apa yang sudah kamu lakukan terhadap, Mas Reyhan?" Ia mulai meninggikan nada suaranya dan menarik tanganku lebih kasar. Entah, apa yang ada dalam pikiran Keyla saat ini? Mungkin sedang traveling kemana-mana kali. Aku pun masih enggan menjawab pertanyaannya.

"Keyla, lepaskan tangan Reyna!" ucap Haris berusaha melepaskan tangan Keyla yang masih menggenggam pergelangan tanganku erat. "Kamu betul-betul wanita yang tidak tau berterimakasih, Keyla. Untung kami segera membawa Reyhan ke rumah sakit ini. Kalau tidak, mungkin kamu sudah menyusul Reyna. Menyandang status janda." ucap Reyhan yang geram atas perilaku Keyla terhadapku. Sementara aku tak menghiraukan keduanya dan bergegas pergi.

*******

POV KEYLA

Aku yang tadi seharian bersenang-senang dengan kekasih gelapku di rumah, ketika hendak menuruni anak tangga, tiba-tiba kepalaku terasa pusing dan pandangan mataku menjadi kabur. Selanjutnya aku tak tahu apa yang terjadi. Bangun dari tidurku tiba-tiba aku sudah berada di rumah sakit ini. Tapi, entah siapa yang membawaku kemari. Jika aku dibawa oleh David atau Iva pembantu baruku ke sini, kenapa aku tak menemukan keduanya di sini? Tapi, aku malah menemukan kedua manusia pengganggu itu, Reyna dan Haris. Lalu, kemana David dan Iva? Rasanya tidak mungkin juga kalau Reyna dan Haris membawaku ke sini. Entahlah, aku pusing dengan apa yang sudah terjadi.

Disaat yang bersamaan aku mendengar bahwa Mas Reyhan dirawat di rumah sakit ini dengan kondisi yang cukup kritis. Apa yang sudah terjadi sebenarnya? Kenapa suster itu mengatakan kalau Mas Reyhan adalah suami, Reyna? Bukankah mereka sudah bercerai? Lalu, kenapa minta donor darah dari Reyna? Sedangkan aku yang sekarang menjadi istri Mas Reyhan. Tapi, aku malah tidak tahu apa-apa.

"Haris, katakan apa yang sebenarnya terjadi pada Mas Reyhan?" tanyaku menahan emosi yang sudah di ubun-ubun.

Haris menghela nafas panjang. Lalu menatapku. Dan mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya. "Reyhan, mengalami kecelakaan dan patah tulang di kakinya." jawab Haris. Seketika kakiku terasa lemas dan tubuhku terasa bergetar hebat. Dan hilang pertahanan tubuhku seketika. Dengan sigap Haris memapahku dan membaringkanku kembali.

Kenapa semua ini terjadi dengan tiba-tiba dan secara bersamaan? Apakah ini adalah karma yang aku dapat? Karena telah dengan sengaja menyakiti hati Reyna? Ah, tidak mungkin. Ini semua karena murni kecelakaan. Bagiku karma adalah omong kosong. Aku ingin mendapatkan sesuatu, jadi aku harus berusaha untuk mendapatkan. Termasuk dengan merusak rumah tangga sahabatku sendiri. Toh, Mas Reyhan juga tak bahagia dengan pernikahannya dengan, Reyna. Lalu, apa salahnya jika aku masuk ke dalam hidupnya. Meski aku hanya menginginkan hartanya saja.

"Reyna, sekarang mendonorkan darahnya untuk Mas Reyhan. Apa itu artinya Reyna masih mencintai mantan suaminya itu? Lalu bagaimana kalau Mas Reyhan tahu, jika yang memberi donor darahnya adalah mantan istrinya? Bisa-bisa mereka kembali rujuk. Ini tidak boleh terjadi," pikiranku tiba-tiba traveling kemana-mana.

"Haris, tolong antarkan aku pada Reyna. Dia tidak boleh mendonorkan darahnya untuk Mas Reyhan!" ucapku pada Haris.

"Kenapa, kamu cemburu?" jawab Haris sambil mengernyitkan keningnya.

"Biar aku saja yang mendonorkan darah untuk suamiku," jelasku.

"Hei, kamu bisa mikir tidak? Kamu itu baru saja mengalami pendarahan dan keguguran. Gimana mau.....?" belum selesai Haris mengucapkan kata-katanya, aku sudah menghentikannya.

"Apa kamu bilang? Aku keguguran? Kamu jangan bercanda, Haris!" selaku di tengah-tengah ucapannya yang belum kelar.

Haris menatapku. Namun, tatapannya seakan tak menunjukkan rasa empatinya. Laki-laki itu justru mengejekku dengan senyuman sinisnya. "Iya bagus, kan! Kalau kamu keguguran. Jadi kamu tak perlu menjebak Reyhan dengan drama murahan kamu itu," ucapnya membuatku kembali merasa ada emosi yang membuncah.

"Jaga mulutmu, Haris! Apa maksud perkataanmu itu?"

"Bukankah, anak yang kamu kandung itu adalah anak David? Bukan anak Reyhan, kan?" ucapnya enteng dan kembali menatapku sinis.

Tiba-tiba aku seperti ada kekuatan yang lebih dari dalam tubuhku. Dengan cepat aku bangun dari tempatku istirahat, berjalan dan berdiri tepat di hadapan Haris.

"Kamu jangan sekali-kali memfitnahku, Haris!" ucapku penuh penekanan dengan telunjuk tepat di depan wajahnya. Aku berusaha mengelak dari tuduhannya dengan mengancamnya.

"Kamu pikir aku tidak tahu. Apa perlu aku bilang ke Reyhan, kalau anak yang pernah kamu kandung itu bukan anaknya?" ucap Haris membuat dadaku semakin bergemuruh menahan amarah.