Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 29 - BAB 29

Chapter 29 - BAB 29

"Reyna, mau kah kamu kembali padaku?" tanyanya tiba-tiba hingga mampu membuatku terkejut. Akankah aku menerimanya kembali? Lalu, mau dikemanakan istrinya yang sekarang?

Aku menatap matanya dengan tatapan tajam, lalu tersenyum sinis ke arahnya. "Begitu mudahnya kamu mengucap kata talak, setelah kamu rasa mendapat penggantiku yang kamu anggap lebih baik dan lebih sempurna dariku. Lalu, dengan entengnya sekarang kamu minta aku balik padamu, Mas?" selorohku menatap tajam ke arahnya. Terlihat ada gurat penyesalan dari wajahnya.

"Maafkan aku, Reyna! Aku menyesal sudah menyakitimu sedalam itu," tuturnya.

"Aku memaafkanmu, Mas! Tapi bukan berarti aku menerimamu kembali. Semua yang terjadi sudah aku ikhlaskan dan terima keadaanmu yang sekarang dengan ikhlas. Jaga pernikahanmu dengan istrimu yang sekarang. Dan maaf aku tak bisa berlama-lama di sini denganmu," ucapku. Kemudian beranjak pergi tanpa menghiraukannya.

*******

POV REYHAN

Dulu saat aku bersama Reyna, aku diam-diam berselingkuh darinya dengan sahabatnya yang dianggapnya baik. Begitupun juga denganku, aku dianggap suami yang baik untuk Reyna. Karena seringnya bertemu dengan Keyla yang kebetulan bekerja di perusahaanku atas permintaan dari Reyna, sebagai sekretaris. Hingga kewarasanku menjadi hilang perlahan. Keyla yang aku anggap paling sempurna dibandingkan istriku, hingga aku dibutakan oleh nafsuku sendiri dengan menikahinya tanpa mempedulikan hati Reyna tersakiti.

Aku meninggalkan berlian demi seonggok sampah. Aku meninggalkan Reyna demi menikahi Keyla yang aku anggap perempuan baik-baik, tapi ternyata dia hanya mempermainkanku.

"Tunggu Keyla, sayang! Aku akan melemparmu dari hidup dan rumahku," batinku.

Ponsel milik Keyla yang berada di atas nakas bergetar tanpa jeda. Keyla yang sedang sibuk di depan cermin hanya meliriknya sekilas.

"Sayang, ponsel kamu dari tadi bergetar terus, Kenapa tidak dijawab? Apa karena ada aku?" sindirku sambil menyandarkan tubuhku pada ujung ranjang.

"Iya, Mas!" jawabnya datar. Satu tangannya masih sibuk mengoles krim malam pada wajah cantiknya. Beberapa kali Keyla memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, menatap pada pantulan di dalam cermin.

"Ada apa Keyla sayang? Sepertinya ada sesuatu yang kamu pikirkan?" tanyaku melihat Keyla yang tak seperti biasanya.

Dreg! Dreg!

Ponsel Keyla kembali bergetar. Kali ini ia baru beranjak dari depan cermin menuju nakas yang berada di ujung ranjang. Keyla meraih benda pipih tersebut dan mendudukkan tubuhnya di tepi tempat tidur.

Keyla menghela nafas panjang menatap tajam ke arah layar ponsel miliknya. Terlihat jarinya begitu lincah menulis aksara. Entah, itu apa? Aku tak tahu.

Sentuhan tanganku membuat ia terkejut. "Mas!" ucapnya padaku. Keyla menoleh ke arahku yang berada di belakang punggung.

"Ada apa? Kenapa kamu hanya diam? Apa ada masalah di perusahaan?" tanyaku bersandiwara.

Keyla menghela nafas panjang. "Tidak ada apa-apa, Mas! Aku baik-baik saja kok. Hanya kecapekan saja," balasnya mengusap punggung tanganku.

Semburat senyuman tersungging dari sudut bibirku. Aku menurunkan tanganku dari punggung, Keyla.

Tanganku turun dari bahu Keyla, meraba hingga berhenti di pinggang rampingnya. Seketika Keyla terkesiap, mungkin ia tahu maksud dari sentuhanku. Sengaja aku melakukan hal ini padanya, bukan karena hasratku. Namun, ingin mengetahui reaksinya. Jika ia memang mencintaiku dan menginginkanku, pasti akan ada hasrat untuk melakukan hubungan karena sudah lama tak aku sentuh. Tapi ternyata, aku hanya tersenyum sinis dengan reaksinya.

"Sayang, bukankah kita sudah lama tak melakukannya?" tanyaku perlahan menarik tubuhnya mendekatiku untuk ku dekap. Aku mendekatkan wajahku pada leher jenjang milik Keyla.

Wajah Keyla nampak risih mendapat perlakuan dariku. "Mas, aku...!" Keyla berusaha melepas tanganku dari pinggang rampingnya. Namun, yang ada aku semakin kuat mencengkramnya. Bukan karena nafsu untuk mencumbunya. Tapi ada gejolak amarah yang ingin aku lampiaskan. Menghadapi ular bet**a seperti dia harus dengan cara licik pula.

"Kali ini aku tidak mau mendengar alasan darimu, sayang!" bisikku pada telinga Keyla. Aku mencoba menelusuri leher jenjangnya dengan ciuman ganasku. Tapi nampaknya tidak membuatnya tergoda.

"Mas, tapi aku!" Keyla terus berusaha menjauhkan tubuhnya dariku.

"Sayang, aku memang lumpuh pada satu kakiku tetapi aku masih normal. Kalau hanya untuk memuaskanmu, aku masih sanggup," desisku menahan gejolak amarah.

Terlihat Keyla semakin risih dengan sentuhanku. "Mas, aku sedang datang bulan!" cetus Keyla seketika menghentikan aksiku.

Rahangku seketika mengeras. Aku menatapnya dengan sorot mata tajam. "Sayang, kamu jangan berbohong! Aku hafal betul kamu datang bulan tanggal berapa," debatku dengan rahang yang gemertak.

"Mas, aku tidak sedang berbohong!" debat Keyla. "Akhir-akhir ini aku memang terlalu banyak pekerjaan dan pikiran, yang mengakibatkan siklus datang bulanku tidak tepat," jelas Keyla.

Aku menarik tangan dari tubuh Keyla. Meraba pada dinding ranjang meraih kursi roda dan turun dari ranjang.

Keyla memperhatikan wajahku yang memasang wajah datar mendorong kursi roda menuju pintu keluar. "Mas...!" panggil Keyla.

"Tidurlah, jika kamu tidak mau melayaniku," decihku dan berlalu pergi meninggalnya sendiri di dalam kamar.

*******

POV REYNA

Pagi ini udara sangat cerah, seperti hatiku yang sekarang sudah terasa sangat membaik, baik dari segi ekonomi dan perasaan. Terlebih dengan jabatan yang aku dapat sekarang yaitu sebagai salah seorang Direktur di perusahaan bonafit. Seperti biasa aktifitas pagiku yaitu bekerja sebagai rutinitas keseharianku. Pagi ini aku memilih berjalan kaki untuk menuju ke tempat kerja.

Tidak ada sepuluh menit, aku sudah sampai di tempat kerjaku. "Reyna!" panggil Haris ketika aku memasuki pintu halaman perusahaan ini.

"Iya, Ris! Ada apa?" tanyaku sambil menoleh ke belakang. Haris mempercepat langkah kakinya untuk segera sampai mendekat ke arahku.

"Nanti malam ikut ke rumah aku, ya? Mama, Papa dan Kak Nico sore nanti sampai di rumah. Mereka pulang ke Indonesia," ucap Nico setelah sampai di dekatku.

"Wah aku jadi deg-degan, nih," ucapku sambil memegang dadaku dengan tangan kiriku yang terasa berdetak lebih cepat.

Wajah Haris terlihat sumringah dari biasanya. Mungkin ada kebahagian tersendiri dari hatinya, yang akan berjumpa dengan keluarganya karena sudah lama mereka tidak bertemu.

Haris dengan percaya dirinya menggandeng tanganku berjalan memasuki perusahaan ini. Nampak beberapa tatapan mata mengarah ke arah kami dan terlihat mereka saling berbisik. Namun, Haris seakan tidak menghiraukannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 sore, menandakan aktifitas di kantor ini selesai. Segera aku berkemas untuk kembali pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah aku segera mandi dan bersiap untuk datang ke rumahnya Haris, berkenalan dengan keluarganya.

Seusai merias wajahku dengan cukup cantik dan elegan, memakai dress panjang warna hitam dengan semua pernak-perniknya, aku menunjukkan pada Ibuku yang sedang duduk santai di ruang depan bersama Bapak.

"Ibu! Ibu!" panggilku mendekatinya. "Bagaimana penampilanku malam ini, Bu?" tanyaku dengan berlenggak lenggok di depan keduanya.

Dengan wajah sumringah, senyum yang merekah dari bibir keduanya, menatapku tak berkedip, memperhatikan penampilanku dari atas ujung rambut hingga ujung kaki.

"Betul-betul kamu terlihat cantik dan mempesona malam ini, sayang," ucap Ibu memegang bahuku dan masih tak berkedip memandangku.

"Betul kah, Bu? Ibu tidak bohong kan?" tanyaku memastikan.

Tok! Tok!

Ibu belum sempat menjawab pertanyaanku, tiba-tiba terdengar pintu depan diketuk beberapa kali, Aku bergegas menuju pintu untuk membukanya.

"Haris, kamu sudah menjemput....?" aku menghentikan ucapannya yang belum selesai. Tatkala aku membuka pintu dan ternyata bukan Haris yang datang.