Chereads / DINGINNYA SUAMIKU / Chapter 27 - BAB 27

Chapter 27 - BAB 27

Aku menelan ludah, sorot mataku tertuju pada seorang wanita yang berjalan bergandeng tangan dengan seorang laki-laki menuju meja yang tak jauh dari tempatku duduk.

"Keyla!" gumamku menahan gemuruh yang ada di dalam dada. "Dengan siapa ia?" aku memperhatikan dengan seksama kalau aku tidak sedang salah dalam penglihatan.

"Silahkan, Tuan!" suara pelayan perempuan ini membuyarkan lamunanku. Kemudian aku menoleh dan tersenyum tipis pada pelayan tersebut, lalu pelayan perempuan itu meletakkan semua pesanan makananku di atas meja.

"Terimakasih!" jawabku. Namun pandanganku tetap fokus tertuju pada Keyla dan seorang laki-laki yang bersamanya.

"Tuan, kenapa hanya mendiamkan makanan ini?" tanya Jodi. Kemudian ia menatap ke arah tempat yang aku perhatikan.

"Tuan! Tuan!" panggil Jodi seraya tangannya dilambaikan di depan wajahku. Baru aku menyadari setelah Jodi memanggilku beberapa kali.

"Iya, Jodi! Kenapa?" aku tergeragap dari lamunanku.

"Silahkan dimakan dulu, Tuan!" ucap Jodi sambil tangannya menunjuk ke arah meja makan yang sudah dihidangkan oleh pelayan tadi.

Rasanya perutku mendadak kenyang melihat pemandangan yang ada di ruangan ini. Gemuruh dalam dadaku semakin memuncak ketika mereka terlihat begitu mesra. Namun, aku berusaha untuk menahannya hingga batas kesabaranku sudah habis dimakan oleh rasa amarah dan cemburu.

"Jodi, habiskan semua makanan ini! Aku sudah tidak berselera makan," selorohku pada Jodi tanpa menoleh ke arahnya.

"Tapi, Tuan! Mana...." belum selesai Jodi mengucapkan kata-katanya sudah aku sela kembali.

"Kamu jangan banyak membantah! Habiskan saja kalau kamu tidak mau aku pecat," ucapku memberi ancaman padanya.

"Ba-baik, Tuan!" jawab Jodi terbata.

Pandangan mataku masih tertuju pada Keyla dan laki-laki itu. Dadaku kembali bergemuruh ketika melihat keduanya saling menyuapi satu sama lain. Amarahku sekarang sudah berada di ubun-ubun, ingin aku melabrak keduanya.

"Tunggu, Reyhan! Lihat dulu apa yang akan direncanakan Keyla selanjutnya," batinku. Kemudian aku mengurungkan niatku untuk memberi pelajaran pada kedua pasangan itu.

"Keyla, ternyata kamu bukan wanita yang bisa setia. Aku sudah melakukan kesalahan besar dengan menikahimu dan meninggalkan Reyna," lirihku. Namun, masih bisa didengar oleh Jodi.

"Tuan, bicara dengan siapa?" tanya Jodi yang menatapku aneh.

"Cepat kita pergi dari sini!" perintahku pada Jodi. Dengan segera ia meminum minumannya. Kemudian berdiri mendorong kursi rodaku meninggalkan restoran ini.

********

Sepanjang perjalanan aku hanya diam dan menatap kosong ke depan. Kali ini aku benar-benar seperti orang yang sangat bodoh, bisa-bisanya aku jatuh cinta dengan seorang ular seperti Keyla.

"Siapa laki-laki yang bersama Keyla itu?" batinku. "Keyla, benar-benar sudah menghianatiku. Sudah berapa lama dia bermain di belakangku?" aku berpikir keras berusaha mengingat siapa laki-laki itu.

"Tuan, apakah Tuan baik-baik saja?" seloroh Jodi membuatku tergeragap. Semua lamunan yang ada di benakku seketika buyar.

"Aku baik-baik saja!" jawabku. "Hanya saja aku merasa sangat mengantuk," tuturku menyandarkan tubuhku pada bangku yang berada di belakang kemudi.

"Beristirahatlah, Tuan! Aku tidak akan mengganggu," ucap Jodi sekilas melirikku dan mengalihkan tatapannya pada jalanan yang berada di depan kaca mobil.

Aku mengangguk sebagai jawaban, lalu memejamkan mataku. Namun, hal ini justru membuatku benakku semakin ramai memikirkan siapa laki-laki yang bersama Keyla di restoran tadi. Ribuan terkaan berjejalan menyesak ruang di dalam kepalaku.

*******

POV REYNA

Dreg....! Dreg....!

Aku melirik pada ponsel yang berada di atas meja. Nama Reyhan tertera pada layar yang berkedip.

"Baiklah, demikian meeting kita hari ini. Apakah ada yang mau ditanyakan?" pandangan Haris tertuju pada seluruh karyawan yang berada di dalam ruangan meeting ini.

Setelah beberapa menit, tidak ada seorang karyawan yang mengajukan pertanyaan. "Baiklah, kalau tidak ada yang ditanyakan, kalian boleh meninggalkan ruang meeting ini dan kembali di ruangan kalian masing-masing," perintah Haris. Kemudian mereka meninggalkan ruang meeting ini.

Aku mengambil ponsel yang sedari tadi bergetar. "Ada apa Mas Reyhan kembali menghubungiku?" timbul berbagai pertanyaan dalam benakku. Aku melirik Haris yang tengah sibuk merapikan berkas-berkas di hadapannya.

Aku mengusap tanda hijau pada layar ponselku untuk menerima panggilan dari Mas Reyhan. "Hallo, ada apa kamu menghubungiku?" lirihku pada Mas Reyhan yang berada di seberang sana.

"Aku ingin bertemu denganmu. Nanti jam 04:30 sore temui aku di cafe Sejuk!" ucapnya langsung pada intinya. Aku belum memberinya jawaban, tapi Mas Reyhan sudah memutuskan telepon dengan sepihak.

"Siapa yang menelpon, Reyna?" tanya Haris sembari menata berkas.

"Mas Reyhan," jawabku.

"Ada apa?" tanyanya mengernyitkan dahi.

"Dia ngajak ketemuan. Nanti sepulang kerja di cafe Sejuk,"

"Mungkin mau ngajak rujuk?" ucap Haris sambil berpikir. Sementara aku hanya mengangkat kedua bahuku ke atas.

Aku berdiri hendak meninggalkan ruang meeting ini. Namun, tiba-tiba Haris menarik tangan kiriku. Seketika aku menoleh menatapnya. "Ada apa, Ris?" tanyaku melepaskan tangannya yang masih memegangiku.

"Jika Reyhan mengajakmu rujuk, apakah kamu mau?" tanyanya memasang wajah sok sedihnya.

"Kenapa?"

"Iya jelas aku patah hati lah," tuturnya sambil memegang tanganku kembali.

"Mulai gombalnya," ucapku.

"Aku tidak sedang menggombal Reyna. Cobalah pegang dadaku," ia menarik tanganku ke atas dadanya.

"Ada apa dengan dadamu?" tanyaku memandang wajahnya.

"Coba kamu rasakan, Rey!" ucapnya sambil memejamkan kedua matanya. "Masih berdetak dengan normal," lanjutnya. Kemudian terkikik.

Secepatnya aku menarik tanganku, mengibaskan tangannya Reyhan. Lalu meninggalkannya sendiri.

******

Waktu sudah menunjukkan pukul 04:00 sore, saatnya kantor tutup. Aku melangkah meninggalkan kantor ini, menuju ke tempat dimana mobilku diparkir. Sesampainya di mobil, aku masuk dan melajukan mobilku dengan kecepatan sedang.

Karena mengalami kemacetan di perjalanan, maka aku datang sedikit terlambat. Pada pukul 04:40 barulah tiba di cafe yang Mas Reyhan maksud. Aku memasuki area parkiran untuk memarkirkan mobilku. Kemudian turun dari mobil dan melangkahkan kakiku masuk ke dalam cafe ini. Pandangan mataku menyapu ke seluruh ruangan cafe ini. Mataku tertuju pada satu meja di sudut cafe ini. Nampak seorang laki-laki melambaikan tangannya. Aku berusaha memastikan siapa laki-laki tersebut. Ternyata benar, dia adalah Mas Reyhan. Tapi terlihat badannya agak kurusan.

Aku melangkahkan kakiku mendekat ke arah Mas Reyhan duduk. Ia tersenyum ramah melihat kedatanganku. Terlihat dari raut wajahnya tak sekeras dulu. Mungkinkah ia sudah berubah? Ah, masa bodoh. Bukan lagi urusanku.

"Maaf, telat!" ucapku.

"Tak apa-apa, silahkan duduk!" jawabnya dan mempersilakan aku duduk.

Aku menarik kursi untuk aku duduk. Namun, sekilas aku melirik Mas Reyhan, ia selalu memperhatikanku dengan tatapan sendunya.

"Ada apa kamu minta kita bertemu di sini?" tanyaku. Lalu mengalihkan pandanganku pada dinding kaca cafe ini.

"Kamu terlihat semakin bersinar dan semakin cantik," ucapnya. Tapi aku berusaha untuk tidak terbawa perasaan oleh ucapannya.

"Katakan! Apa yang kamu inginkan? Aku tidak punya banyak waktu," tegasku padanya. Tanpa aku sangka ia meraih kedua tanganku yang berada di atas meja dan menggenggamnya erat. Sontak membuatku terkejut dan seketika kedua bola mataku melebar.

"Reyna! Aku ingin mengatakan sesuatu padamu," ucapnya lembut.

Deg

Apakah yang dikatakan Haris tadi di kantor itu akan menjadi kenyataan, kalau Mas Reyhan ingin rujuk?