Beberapa menit setelah ibunya berpamitan untuk keluar, Asti mengatakan kepada Rudi jika dia ingin berjalan-jalan sebentar keluar kamar. Dia merasa membutuhkan udara segar.
Kemudian Rudi mengiyakan keinginan Asti, dia berniat mengajak Asti ke arah taman yang ada di sebelah kantin di rumah sakit ini.
Asti yang masih terlihat lemas, dituntun oleh Rudi untuk duduk di atas kursi roda kemudian dengan perlahan Rudi mendorongnya dari belakang. Semua tampak biasa, mereka mulai berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang terlihat cukup padat oleh orang yang lalu lalang.
Hingga mata Asti menangkap sesuatu yang cukup membuatnya fokus pada satu titik itu. Dari kejauhan Asti melihat sosok ibunya yang sedang digandeng oleh seorang pria yang rasanya seperti tidak asing di matanya. Tubuh Asti tiba-tiba mematung, dia tidak percaya dengan apa yang sedang dia lihat saat ini.
"Rudi, bawa aku ke kamar lagi!" ajak Asti dengan tergesa.
Rudi nampak bingung dengan permintaan Asti, tanpa banyak bertanya Rudi kemudian memutar balikkan arah kursi roda yang di duduki olek Asti untuk kembali menuju ke kamar, tempat Asti dirawat.
Namun bersamaan dengan itu, Retno ternyata sudah terlebih dulu melihat keberadaan anak dan menantunya tersebut. Dia lalu berjalan mendekat ke arah mereka sambil berteriak memanggil,
"Asti! Rudi!"
Dengan spontan Rudi menghentikan laju kursi roda yang dia dorong.
"Kenapa kamu malah berhenti?!" protes Asti kesal.
"Ibu memanggil, dan aku tidak bisa mengabaikannya," sahut Rudi memberikan alasan. Namun sebenarnya Rudi sengaja melakukan hal itu, dia ingin melihat reaksi Asti ketika mengetahui jika ibunya mempunyai hubungan dengan mantan kekasih anaknya sendiri. Dan terlihat dengan jelas dari gelagat Asti yang seperti ingin menghindar.
Kini Retno dan kekasihnya itu sudah berada di hadapan anak dan menantunya.
Asti mencoba memalingkan wajahnya saat sekilas matanya melihat ke arah pria yang digandeng ibunya. Dan ternyata benar dugannnya jika pria yang dibawa ibunya adalah Randy. Mantan kekasihnya dulu.
"Kenapa bisa ibu mengenal Randy? Kapan mereka bertemu? Apa jangan-jangan mereka sedang menjalin sebuah hubungan percintaan?!" banyak spekulasi yang bermunculan di otaknya, semua pertanyaan bergulat di kepalanya tanpa bisa ia utarakan langsung kepada ibunya.
Kemudian tubuh Retno langsung bersimpuh di kaki anak perempuannya, dia ingin meminta izin sekaligus memperkenalkan perihal pria yang dibawanya itu.
"Mungkin waktunya tidak tepat, karena kita- khususnya kamu sedang tertimpa musibah. Namun, daripada ibu menundanya lagi, alangkah baiknya jika ibu cepat-cepat mengenalkan pria yang sedang dekat dengan ibu saat ini."
"Dia Randy, kekasih ibu saat ini."
Randy yang tadi hanya berdiri di belakang Retno kemudian mendekat ke arah Asti sambil mengulurkan tangannya hendak bersalaman.
Namun Asti mengabaikannya, dia lalu mengarahkan pandangannya kepada suaminya.
Rudi hanya diam mematung, dan bingung dengan situasi yang sedang terjadi di epan matanya.
Pria tegap itu hanya tersenyum simpul, saat mendapati respon dingin dari Asti. Sebenarnya dari beberapa hari yang lalu, Randy sudah mencari tahu tentang semua kehidupan Retno sampai dia mengetahui jika Asti merupakan anak kandung Retno buah cintanya terdahulu dengan mendiang suaminya.
Memang awalnya Randy hanya memikirkan soal hubungan percintaannya saja tanpa perlu memperdulikan soal anak Retno atau hal yang menyangkut dengan masa lalunya. Namun, seiring berjalannya waktu, Randy mulai merasa nyaman dengan hubungannya sekarang dan ingin membawa ke jenjang yang lebih serius.
Bahkan saat akhirnya mereka bertemu, Randy berusaha untuk bersikap tenang dan menganggap jika dirinya belum mengenal Asti sebelumnya.
Mata Asti membulat ketika mendengar penjelasan ibunya barusan. Belum juga Asti memberikan jawaban, tiba-tiba tubuhnya seketika menggigil dan dadanya terasa sesak.
"Asti, kamu kenapa?" tanya Rudi dengan wajah yang panik dan suasana perkenalan itu berubah menjadi ketegangan. Tanpa basa basi, Rudi segera mendorong kursi rodanya untuk kembali ke kamar agar Asti segera mendapatkan perawatan.
Retno dan Randy ikut mengekor di belakang dengan wajah yang tidak kalah panik.
Rudi mencoba menenangkan istrinya itu, sedangkan tubuh Asti menggeliat sampai menjerit karena rasa sakit di tubuhnya semakin tak tertahankan.
Aaarrrggh!!
Teriakan Asti memenuhi seantero kamar yang dia tempati. Lalu seorang perawat datang sambil membawakan obat. Perawat itu lalu menyuntikan satu dosis ke dalam botol infusnya, dan perlahan Asti pun menjadi tenang. Tubuhnya sudah kembali ke tahap normal.
"Sebenarnya apa yang tadi terjadi, sus?" tanya Rudi sambil mengusap lembut rambut Asti.
"Pasien merasakan sakit karena efek pembersihan darah tadi pak.
"Saya sudah suntikan obat pereda nyeri, lebih baik pasien istirahat total dulu karena tubuhnya masih lemah karena tadi sudah kehilangan terlalu banyak darah."
"Baik, sus. Terima kasih," ucap Rudi lemas.
Terlihat Retno sedang memegangi tangan anaknya itu dengan lembut, hingga Asti pun mulai terlelap. Lalu suasana pun mendadak menjadi sepi.
Hingga akhirnya Rudi membuka pembicaraan,
"Lebih baik ibu pulang saja, mungkin Asti butuh waktu untuk menenangkan diri dulu. Asti sepertinya terkejut perihal sosok lain yang dekat dengan ibu selain ayah."
Padahal Rudi tahu jika yang membuat Asti terkejut karena mengetahui mantan kekasihnya dulu malah memacari ibunya.
Jika di lihat dari respon Asti barusan, Rudi menganggap jika Asti masih memiliki perasaan kepada Randy. Entah itu perasaan suka atau malah dendam.
Retno mengerti, karena keegoisannya dia malah menambah beban pikiran anaknya. Dan hingga detik ini hanya Retno belum mengetahui jika Randy adalah mantan kekasih putrinya.
"Baiklah, ibu juga akan menenangkan pikiran ibu dulu. Kamu jaga Asti ya, Rudi. Jika terjadi apa-apa, cepat hubungi ibu."
Retno melangkahkan kakinya menuju keluar kamar, disusul oleh Randy di belakangnya.
Saat hendak pergi Randy menundukkan kepalanya ke arah Rudi, sebagai tanda untuk pamit.
Rudi hanya tersenyum tipis saat melihat hal itu.
***
Dalam perjalan pulang, Retno dan Randy tampak diam tak bersuara. Mereka bergelut dengan pikirannya masing-masing.
"Aku akan antar ke rumahmu," ucap Randy memecah kesunyian.
"Lebih baik aku ikut ke tempatmu, aku tidak mau sndiri di rumah."
Randy hanya tersenyum, lalu mengiyakan ajakan Retno. Namun tanpa disadari, pikiran Randy sedang tertuju kepada Asti. Dia tidak menyangka setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa bertatap muka lagi dengan Asti.
Kenangan dulu mulai tergambar kembali di angannya. Dia mengingat masa lalu yang indah dengan Asti sebelum akhirnya dia pergi meninggalkannya.
"Asti terlihat lebih cantik," ucap Randy dalam hati.
Ada gejolak yang tiba-tiba timbul dalam hatinya, namun segera dia tepis.
"Maaf, Randy. Kamu mungkin kurang nyaman dengan situasi tadi?!" tanya Retno.
"Tidak apa-apa, memang aku yang ingin cepat-cepat dikenalkan dengan anakmu. Mungkin situasi dan kondisinya yang kurang tepat."
***