Chereads / Jeratan Sang Mantan / Chapter 30 - Bab 40. Makna dari sebuah cinta

Chapter 30 - Bab 40. Makna dari sebuah cinta

Setelah menempuh waktu sekitar enam belas jam, akhirnya Asti dan Sarah sudah sampai di kota Paris. Mereka menyewa sebuah apartemen yang cukup nyaman walaupun tidak terlalu besar. Terdapat dua kamar tidur yang pintunya saling berhadapan. Karena seperti rencana awal, mereka akan tinggal lumayan lama di sana. Mereka sudah menentukan kamar yang akan mereka tempati, dan mulai membereskan baju mereka masing-masing.

Sarah menempati kamarnya dan langsung membereskan isi dari kopernya. Setelah itu dia merebahkan badannya di atas kasur, dia merasakan panas yang luar biasa pada punggungnya. Hal itu biasa terjadi kepada ibu hamil.

Asti menatap bingung kepada Sarah, ketika tanpa sengaja Sarah sedang mengelus perutnya sambil meringis kesakitan.

"Kamu kenapa, Sarah?" tanya Asti cemas.

Sarah yang terkejut langsung pura-pura menggaruk perutnya,

"aku tidak apa-apa, Asti. Tiba-tiba perutku gatal," jawab Sarah asal.

Asti sebenarnya menaruh curiga kepada Sarah, karena terlihat perut Sarah lebih buncit dari biasanya. Namun Asti tak mau menguliknya lebih dalam lagi, dia masih merasa tak enak jika harus membahas masalah pribadi. Apalagi Sarah juga belum pernah menceritakan tentang semua hal pribadinya, dan Asti pun sangat mengerti akan hal itu.

Asti sedang berada di kamarnya, dia terlihat sedang menatap ke arah layar komputer jinjingnya. Sepertinya masih ada beberapa pekerjaan yang harus dia kerjakan.

Tiba-tiba ponselnya berbunyi, ternyata Rudi meneleponnya. Namun Asti hanya membalikan layar ponsel dan mengabaikan panggilan telepon dari Rudi. Dia masih malas untuk menanggapi suaminya, dia pun melanjutkan lagi pekerjaannya.

Tapi sepertinya Rudi tidak mudah menyerah, dia terus menghubungi ponsel istrinya berharap Asti egera menjawab panggilan telepon darinya.

Dengan kesal akhirnya Asti menjawab panggilan telepon dari Rudi.

Sepertinya sudah sepuluh kali Rudi mencoba menghubungi Asti karena ada hal yang terjadi dengan ibunya dan alangkah baiknya jika anaknya mengetahui tentang apa yang sedang terjadi saat ini.

"Kamu tidak tahu jika sekarang aku sedang bekerja?!" teriak Asti ketika panggilan teleponnya sudah tersambung.

Rudi merasa tersentak, namun dia mencoba untuk sabar. Karena ada hal yang penting yang harus dia sampaikan.

"Ibu aku larikan ke rumah sakit."

"Apa? Ibu kenapa? Ibu sakit apa?"

"Semalam saat aku sampai rumah, ibu sedang menangis histeris." Rudi mencoba menjelaskan dengan perlahan.

"Kenapa ibu seperti itu?"

"Aku juga sudah menanyakannya kepada ibu, tapi ibu tidak mau menjawab. Lalu setelah menangis, dia mengelus kepalanya sangat sakit dan saat aku pegang keningnya ternyata ibu demam. Lalu aku dan mbok Yum sekarang sedang menunggu ibu di Rumah Sakit." Setelah Rudi menjelaskan panjang lebar, Asti tidak memberikan respon apa-apa.

Asti terdiam di seberang telepon, hingga akhirnya suara isak tangisnya yang mulai terdengar.

"Ibu tidak apa-apa kan, Rudi?! Bagaimana kondisi ibu sekarang?" Asti bertanya dengan suara terbata. Tapi Rudi langsung menenangkannya.

"Tenang, Asti. Kata dokter ibu hanya kecapekan. Kamu tenang ya di sana, urus saja pekerjaan kamu di sana. Ibu akan baik-baik saja."

"Tolong jaga ibu ya, di sini banyak yang sedang aku kerjakan. Aku titip ibu, Rudi." Asti langsung menutup sambungan teleponnya, dia lalu mengusap air matanya dengan cepat dan melanjutkan lagi pekerjaannya. Hari ini dia harus fokus pada pekerjaannya, karena dia akan melakukan presentasi kepada rumah mode yang ada di Paris. Jika dia berhasil, baju rancangannya akan di pasarkan di sana. Asti harus bekerja keras lagi, karena ini merupakan cita-citanya sejak dulu. Dan berkat kerjasamanya dengan Sarah sedikit lagi impiannya akan terwujud.

Sarah memang ikut andil akan terwujudnya projects ini, selain dia menaruh modal yang banyak pada butik Asti, ternyata dia juga punya koneksi yang luas pada hal mode pakaian. Dan Asti sangat berterima kasih kepada Sarah.

Tapi yang tidak diketahui oleh Asti, jika semua yang dilakukan Sarah saat ini hanya untuk menjebaknya.

Sebenarnya Sarah sudah merencanakan untuk mengambil alih butik Asti dan semua projects yang sedang Asti kerjakan saat ini. Namun tidak hanya itu, masih ada satu jebakan lagi yang pasti bisa membuat Rudi kembali lagi ke pelukannya.

***

Rudi masih berada di Rumah Sakit. Dia seperti merasa de javu karena belum baru dua hari yang lalu dia menemani Asti di rumah sakit ini, dan sekarang malah berganti pasien. Iya Retno kemarin mengalami demam tinggi, sehingga Rudi dan mbok Yum merujuknya untuk di bawa ke rumah sakit saja karena takut nanti terjadi hal yang tidak diinginkan.

"Mending mas Rudi pulang saja, biar mbok Yum yang jaga di sini menemani Bu Retno."

Rudi memang terlihat kelelahan, namun dia juga tidak tega untuk meninggalkan mereka berdua. Namun besok Rudi juga harus berangkat ke kantor.

"Baiklah kalau begitu, saya titip ibu ya mbok. Nanti kalau terjadi apa-apa, ibu hubungi saya saja." Rudi lalu bersiap untuk pergi, wajahnya terlihat begitu lelah. Dengan langkah sempoyongan dia berjalan menyusuri koridor rumah sakit untuk menuju ke parkiran mobilnya.

Rudi mulai membuka pintu mobilnya kemudian masuk dan duduk di kursi kemudi. Ada banyak pikiran yang berkecamuk di otaknya, dia juga harus ikut menyelesaikan masalah Asti dan ibunya.

"Apa sebaiknya aku hubungi Randy? Sepertinya dia yang menyebabkan ibu seperti ini?" tanya Rudi pada dirinya sendiri.

"Besok aku akan menghubungi Randy tanpa sepengetahuan ibu," ucapnya yakin.

Rudi kemudian menghidupkan mesin mobilnya setelah itu dia langsung menancap gas dan meninggalkan rumah sakit itu untuk menuju ke rumahnya.

Sedangkan di kamar rawat inap, Retno perlahan tersadar dari pingsannya dan mulai membuka kedua matanya.

Menyadari hal itu, mbok Yum gegas menghampirinya.

"Bu Retno sudah sadar? Syukurlah."

Retno mencoba bangkit dan duduk, dan di bantu oleh mbok Yum.

"Ibu mau apa? Nanti saya ambilkan," tanya mbok Yum karena terlihat mata Retno sedang mencari sesuatu di atas meja samping ranjangnya.

"Mbok Yum lihat ponsel saya?" tanya Retno sambil tangannya menggapai ke atas meja.

"Oh ponsel, ini mbok Yum amankan." Mbok Yum mengulurkan ponsel kepemilikan Retno dan dengan cepat tangannya langsung menggapainya. Kemudian saat ponselnya sudah berada di tangannya dia gegas mencari nama Randy lalu menghubunginya. Dia berharap Randy mau menjawab teleponnya walaupun hanya sebentar. Namun nomor yang di tuju itu hanya mengeluarkan suara "nuuutt nuuuutt" tanda bahwa ponsel yang di tuju sepertinya sedang sibuk .

Mbok Yum hanya bisa menyaksikan saja ulah majikannya itu. Dia hanya ingin menjalankan tugas yang di beri oleh mas Rudi saja.

Rudi menyuruh mbok Yum untuk mencari nomor ponsel seseorang yang terdapat di ponsel kepemilikan Retno, namun sayangnya ponsel itu sudah berada di tangan pemiliknya. Mbok Yum harus memutar otak agar bisa menemukan nomor ponsel Randy yang terdapat pada ponsel majikannya itu. Dia masih mencari waktu dan kondisi yang tepat.